VIII. Past

133 36 19
                                    

Izuku duduk di tepi balkon kamarnya, pekerjaannya sebagai informan memang menyibukkan, tetapi ada kalanya dia menganggur seperti itu. Racun dan obat-obatan yang ia jadikan sebagai senjata masih belum siap, jadi ia hampir tanpa senjata untuk sekarang. Pistol, belati, dan kaitnya ia pesan secara massal sehingga masih ada banyak stok di gudangnya.

Suara bel pintu hampir membuatnya terjatuh dari tempatnya sekarang. Sudah jam tujuh malam, siapa yang mengunjunginya? Yang tahu apartemennya hanya Katsuki dan ibunya.

Oh, jadi itu pasti di antara dua orang itu.

Setelah turun dari balkon, Izuku melangkahkan kaki ke pintu depan. Ketika pintu sudah terbuka, hidungnya disodori (dipukul) dengan sebuah kotak makan. Izuku sedikit tersandung ke belakang.

"Kacchan!" keluh Izuku, memegangi hidungnya yang agak sakit.

Yang diteriaki hanya menyeringai sinis, "Makanan. Dari old hag."

"Oh, terima kasih! Bibi Mitsuki tahu saja aku belum makan!" ucap Izuku, menerima kotak itu dan berbalik pergi. Meninggalkan Katsuki yang berdiri di depan pintu, baru menyadari interior apartemen Izuku.

"Kacchan, kau tidak mau masuk?" tanya Izuku heran. Dia tidak mendengar langkah yang mengikutinya.

Mengangkat bahu, Katsuki mengikuti Izuku sampai ke ruang makan.

"Kau tidak berubah, masih nerd," celetuk Katsuki, melihat betapa banyak buku yang menghiasi apartemen Izuku.

"Diamlah, Kacchan," gerutu Izuku. Ia meletakkan makanan yang dibawakan Katsuki di meja dan ke dapur untuk mengambil minuman dan camilan. Ketika kembali, ia membawa dua gelas jus jeruk dan satu toples biskuit coklat.

Mereka hening selama beberapa menit. Katsuki hanya menggulir layar ponselnya sambil mengemil coklat. Sedangkan Izuku asyik menikmati makanan yang dibawakan Katsuki.

Selesai makan, Izuku langsung mencuci piringnya, sekaligus kotak bekal yang dibawa Katsuki.

"Hei, ayo keluar."

"Kencan malam hari?" tanya Izuku santai. Kemudian mengaduh karena sebuah buku acak yang dilemparkan Katsuki tepat kena kepala.

"Luruskan dulu otakmu," geram si peledak.

Katsuki adalah orang yang paling mengerti dan mengetahui betapa pemalunya Izuku sebelum dia pindah. Jika tidak ada Katsuki di dekatnya, Izuku akan jadi samsak tinju dan sasaran ejekan anak-anak yang mengetahui bahwa dia quirkless. Waktu itu, kemampuan darah Izuku belum terlihat jelas. Tentu saja, apa yang akan terjadi pada anak usia 7 tahun? Yang dia tahu, luka Izuku akan sembuh keesokan harinya.

Yah, Katsuki mungkin akan menjadi salah satu pembully jika tidak teringat dengan cita-citanya sebagai Hero. Dia tidak ingin dicap sebagai Hero dengan masa lalu pembully.

Dua pemuda itu melangkahkan kaki ke sebuah taman di dekat apartemen Izuku. Katsuki mendudukkan diri di bangku taman, dengan Izuku duduk di bawah pohon, tepat di belakang Katsuki.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Kau berubah," jawab Katsuki, tidak nyambung.

Izuku mengerutkan kening. "Setiap orang berubah, Kacchan, apalagi kita sudah tidak bertemu delapan tahun."

"Kalau begitu, apa yang terjadi padamu, sialan?"

"Namaku Izuku, bukan sialan. Seharusnya kau ingat itu," sembur Izuku.

"JAWAB SAJA DEKU!"

Izuku tertawa sejenak, membuat kesal Katsuki selalu menyenangkan.

"Kau memanggil seseorang dengan nama depannya. Itulah perubahan yang paling jelas. Lalu..." Katsuki berhenti sejenak. "KAU TIDAK BILANG KALAU KAU JUGA KE YUUEI, SIALAN!"

Share, Tell Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang