XIII. Penyamar

127 35 17
                                    

Beberapa jam lalu, masih sama seperti biasa. Himiko baru sarapan ketika tiba-tiba ia dipanggil ke laboratorium. Di sana, dia disuruh untuk menemui All For One untuk sedikit membicarakan misinya.

Gadis berambut pirang itu sedikit ketakutan. Tentu saja, sekuat apapun Himiko, dia hanya semut di mata super villain itu. Namun dia menyembunyikan ketakutan itu dengan tingkah gilanya.

"Ada apa?" tanya Himiko, berhasil menjaga nada suaranya tetap gila seperti biasa. Seperti apa? Silakan bayangkan sendiri.

Pria besar di depannya terdiam beberapa detik, sebelum seringai melebar di wajah tanpa mata dan hidung itu. "Toga, aku ingin kau menyamar menjadi seseorang."

"Siapa siapa? Apakah aku boleh menghisap darahnya langsung? Apakah dia cewek cantik? Atau laki-laki tampan? Apakah dia imut?" Himiko melompat mengelilingi laboratorium, bertingkah senang.

"Tenang saja, kau akan melihatnya nanti. Tapi, kau tidak boleh menghisap darahnya secara langsung," sahut All For One, jelas tidak terpengaruh oleh kegilaan Himiko.

"Kenapaaa? Darah lebih nikmat jika dinikmati langsung dari tubuh!" keluh gadis itu.

"Kau boleh menghisap darah sebanyak yang kau mau setelah urusanku dengannya selesai." Mata kucing Himiko berbinar mendengar ini. Meski dia berfirasat sangat buruk. "Dia akan sampai di sini siang nanti. Akan diantar langsung oleh Kurogiri. Setelah dia sampai, kau akan langsung mengonsumsi darah yang sudah kami sediakan. Kau gantikan tempatnya juga untuk menjadi mata-mata kami. Apakah kau mengerti?"

Mata Himiko menyipit girang. Dia berusaha menghalau perasaan sesak di dadanya dengan bersenandung aneh. Tepat di hadapan All For One. Pria besar itu juga sepertinya tidak mempermasalahkan dan sedang berada di mood yang baik.

"Kau harus segera kembali masuk ke kandang, kelinci kecilku... Dan kali ini tidak akan kubiarkan kau lari. Yang perlu kau lakukan hanya tidur dan biarkan aku menggunakan darahmu."

Bisikan All For One tidak membuat Himiko merasa lebih baik. Bisikan itu terus menggema di kepalanya, membuat dia ingin menarik rambutnya. Perutnya sakit, ia merasa terlilit oleh tali tak kasat mata ketika melirik ke pria itu dari tempatnya duduk.

Beberapa jam berlalu penuh keheningan. Himiko hanya bermain dengan ponselnya, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Sebisa mungkin dia menghiraukan bisikan-bisikan mengerikan dari pria di dekatnya.

Perhatiannya teralihkan oleh sebuah kabut ungu yang terbentuk di depannya.

"Kuroo~" panggil Himiko senang. "Aku ingin pergi! Membosankan di sini!"

Himiko baru saja akan berdiri ketika tiba-tiba kabut itu mengeluarkan seseorang yang tidak sadarkan diri. Seorang pemuda, wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh tudung hijau muda yang dipakainya. Suitnya berwarna lumut dan kantong hitam menggantung di sabuk merahnya. Gadis itu mengerutkan kening, merasa familiar dengan suit itu. Ia merasa pernah melihatnya...

"Seorang pahlawan?"

"Dokter, lanjutkan," perintah All For One, menghiraukan pertanyaan Himiko. Seorang pria bertubuh pendek dan gemuk dengan jas laboratorium keluar dari pintu di sisi lain dinding dan menuju si pemuda dengan membawa sebuah brankar.

Himiko memekik keras dalam hati saat dia melihat wajah si korban. Raut Himiko masih menunjukkan seringai gila, tapi matanya menunjukkan hal lain. "Apa aku harus menyamar menjadi dia?" tanya Himiko, menunjuk pada pemuda yang tidak sadarkan diri itu.

"Ya, tugasmu adalah menyamar menjadi dia dan menyusup ke Yuuei. Kau paham?"

"Mengerti~" Mata Himiko menatap pada wajah yang tadi tertutup oleh kerah mantel yang tinggi. Tidak terlihat oleh dokter yang berada di sisi lain brankar, berkutat dengan kabel, jarum, dan beberapa alat lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Share, Tell Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang