Jaesi sudah menyelesaikan tugasnya untuk mengopy beberapa berkas. Kini ia sedang berjalan pelan berdampingan dengan Seokjin.
"Jadi kau belum lama kerja disini?" Tanya Seokjin dan dibalas dengan anggukkan kepala wanita yang ada disampingnya itu.
"Tapi.... sepertinya kau dan Jimin terlihat sudah sangat akrab." Sambungnya.
"Ah... benarkah? tapi... sepertinya itu hanya perasaanmu saja... Tuan kan baru bertemu kami sekali saat di Jepang... bagaimana Tuan bisa mengatakan hal itu?"
"Benar.... tapi aku tahu Jimin karena-"
"Akh!"
#WUSSHH ~
Jaesi sedikit mengeluarkan teriakannya saat berkas yang di bawanya tertiup angin AC yang cukup kencang saat itu. Berkasnya bertebangan hingga ada satu berkas yang tertiup ke bawa meja.
Saat Seokjin hendak menolongnya, ia melihat Jiyeon yang berjalan kearahnya sambil menangis. Seokjin pun menoleh bergantian kearah Jiyeon dan Jaesi, siapa yang akan ia prioritaskan. Tapi Jiyeon berjalan begitu saja melewatinya dan membuat Seokjin akhirnya memilih menyusul sepupunya itu.
#DUGH!
"Awh!" Jaesi merintih begitu kepalanya tak sengaja menghantam meja saat ia sedang memunguti berkas-berkasnya.
Selesai mengambil seluruh berkasnya, Jaesi terlihat kebingungan karena tak mendapati Seokjin di tempat. Ia menoleh kesana kemari mencari keberadaan Seokjin tapi nihil.
Ia menghidikan kedua bahunya cuek dan tak peduli kemana Seokjin. Lalu ia pun kembali ke ruang kerjanya. Jaesi berjalan menuju meja kerjanya untuk menaruh berkasnya itu dan kembali melanjutkan kerja.
Jaesi membawa berkasnya yang cukup berat itu ke sebuah ruangan yang sudah Jimin siapkan untuknya jika Jiyeon tiba-tiba datang ke kantor. Jaesi merapikan berkas kerjanya itu di meja dan rak. Saat dirinya sedang sibuk merapikan berkas kerjanya, tiba-tiba ada sepasang tangan melingkari perutnya. Jimin masuk ke dalam ruangan lalu memeluknya dari belakang.
"Sajangnim... kenapa?" Tanya Jaesi cemas saat mendengar helaan nafas atasannya itu.
"Aku hanya penat dan cuman dirimu yang bisa mengobati rasa penatku... biarkan aku memeluk dan bersandar seperti ini 5 menit saja." Ujar Jimin.
Jaesi tersenyum karena ia menyukai sifat manja atasannya seperti yang sedang di lakukannya saat ini.
******
Jungkook pergi menuju tempat kerja Yuna. Ada yang ingin ia katakan karena rasa penasaran kenapa Jaesi tiba-tiba berubah dan enggan beradu tatap dengannya.
"Selamat dat--" ucapan Yuna pun terhenti saat melihat Jungkook memasuki cafe tempatnya bekerja.
Akhirnya Yuna pun menyajikan segelas coffe latte untuk Jungkook lalu duduk di depan pria yang mengenakan setelan ala pekerja kantoran.
"Kenapa?" Tanya Yuna ketus.
"Langsung saja.... apa yang terjadi pada Jaesi? apa aku melakukan suatu kesalahan yang tidak kusadari?" Kata Jungkook.
Yuna menghela nafasnya sukar. Sebenarnya ia ingin sekali memberitahu pada Jungkook tapi di lain sisi ia menghargai Jaesi sebagai sahabatnya untuk menyimpan rahasianya.
"Tidak ada... dia tidak cerita apapun... memangnya kau sendiri merasa melakukan sesuatu yang buruk pada Jaesi atau tidak?" Ucap Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Señor
FanfictionMuda, tampan, berlimpah harta, sedikit cuek namun terkadang romantis. Itu lah pria bermarga Park bernama Jimin, seorang CEO muda dari Park Co. Pria yang selalu menjadi idaman karyawan wanitanya yang masih single. Jimin justru harus melangsungkan per...