Liquid beningnya mengalir begitu saja membasahi pipinya yang cabi, hidungnya seketika memerah kala isakan tangisannya keluar dari mulut mungilnya.
hal ini sudah biasa terjadi pada anak itu setiap kali melihat teman-temannya pulang dijemput kedua orangtuanya. sedangkan dirinya tak pernah merasakan hal itu.
"Jeno!"
Panggil seorang wanita yang berlari memasuki sekolah dengan nafas tersengal-sengal. wanita itu telat sepuluh menit dari waktu biasanya menjemput anak bernama Jeno.
"Kenapa menangis sayang?"
Jeno menggeleng, mengusap kasar matanya mencoba menghapus jejaknya airmatanya disana.
"Kau pasti takut yah menunggu bibi disekolah sendirian, hmm?"
Jeno hanya mengangguk. anak itu tak mau kesedihannya diketahui oleh bibinya, yang pastinya akan membuat Bundanya juga ikut merasa sedih kalau tahu alasan kenapa dirinya menangis.
"Bibi Lisa kapan Daddy pulang?" tanya anak itu berjalan keluar Sekolah dengan Lisa yang senantiasa menggandeng tangan anak itu.
"Entahlah, bibi juga tak tahu"
"Jeno rindu Daddy" ucapnya sendu.
"Nanti kita tanyakan pada Bunda?"
Jeno mengangguk dengan tersenyum.
"Jeno ingin menemui Bunda dulu atau pergi makan siang bersama Bibi Lisa?"
"Jeno lapar Bi"
"Baiklah kita makan siang dulu"
Lisa pun membawa Jeno ke salah satu Restoran yang tak jauh dari Sekolahan Jeno.
Jeno duduk dengan manis menunggu pesanannya datang, sesekali anak itu menceritakan harinya selama belajar disekolah. Jeno tumbuh menjadi anak yang pintar meski masih duduk di bangku kanak-kanak anak itu sudah pandai membaca diumurnya yang baru menginjak lima tahun.
"Jeno tunggu disini yah sayang, Bibi Lisa mau ke toilet sebentar?"
"Iya, bibi"
"Jeno jangan kemana-mana, bibi takkan lama"
Jeno mengangguk mengerti. anak itu pun mencoba mengalihkan rasa bosannya dengan bermain mainan yang selalu dibawanya. sebuah robot kecil yang dibelikan oleh pria yang disebutnya Daddy, Jeno begitu menyukai mainan itu. bahkan saat salah satu tangan robot miliknya lepas anak itu tak henti-hentinya menangis, yang membuat Bundanya harus membawa mainan itu untuk dibenarkan. beruntung masih bisa dibenarkan seperti semula. dan semenjak itu Jeno lebih berhati-hati lagi saat bermain dengan robot mainannya.
Jeno baru teringat kalau salah satu temannya disekolah memberinya mainan baru untuknya sebagai tanda terimakasih karna Jeno sudah membantunya saat anak itu menangis karena dijahili oleh teman yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [JaeRose)
FanfictionDibawah gemuruh hujan lebat seorang wanita berjalan tak tentu arah. hidupnya hancur dengan tuduhan perselingkuhan yang membuat wanita itu diusir dari rumah dengan cara yang hina. bahkan sang suami tak berniat menolong meski seluruh keluarganya menye...