Rose kembali membuka Cafenya seperti biasa. hari ini dirinya tak perlu khawatir soal Jeno yang mengganggunya saat bekerja. karena Jisoo membawa membawa Jeno pergi untuk jalan-jalan. sehingga Rose tak perlu khawatir tentang itu.
"Selamat datang... ada yang bisa saya bantu?" sapa Rose pada seorang pelanggan yang baru saja memasuki Cafe. Rose mengenal wanita itu.
"Kau wanita yang waktu itu pagi-pagi datang ke apartemen Johnny, bukan?" ucap wanita itu yang merasa tak asing dengan wajah Rose.
"Ya" Rose mengangguk dengan sedikit tersenyum.
"Jadi kau bekerja disini?" ucap wanita itu lagi yang kembali dijawab Rose dengan anggukan.
Wanita itu nampak mengitari seisi Cafe yang membuat beberapa karyawan melihatnya penasaran.
"Cafe ini berubah banyak tak seperti dulu" terangnya dengan melihat interior Cafe yang berbeda. sepertinya Johnny telah merubah semuanya.
"Bukankah anda Joy model terkenal itu?" tebak salah satu karyawan yang sedari tadi mencoba mengingat siapa wanita cantik yang datang ke Cafe tempatnya bekerja.
Joy nampak tersenyum malu dengan mengangguk pelan.
"Gilaaaa! ini benar-benar gila. mimpi apa aku semalam bertemu dengan model terkenal. Nona, bolehkah aku meminta foto?" ucapnya dengan antusias.
"Tentu" jawab Joy tak lupa dengan senyum indahnya yang membuat orang-orang disana histeris. beruntung Cafe ini baru saja buka sehingga belum ada pelanggan yang datang sehingga tak terjadi keributan berebut meminta foto karena nama Joy memang sangat di kenal di dunia modeling.
Sedangkan Rose menciut ditempatnya. ternyata wanita yang Johnny ceritakan waktu itu adalah seorang selebriti. pantas saja wajah dan tubuhnya begitu memukau.
"Nona, apa anda memiliki hubungan khusus dengan Boss kami?" seorang karyawan melontarkan pertanyaan yang tak terduga.
"Yak. kenapa kau menanyakan hal itu?!" protes si teman.
"Maaf, aku hanya penasaran saja"
Joy nampak tertawa melihat keributan kecil didepannya.
Lonceng pintu Cafe kembali berbunyi menandakan seseorang telah datang.
"Johnny!" pekik Joy dengan berlari memeluk Johnny yang membeku ditempatnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Johnny melepas pelukannya yang membuat Joy sedikit merengut.
Semua karyawan membubarkan diri setelah melihat ekspresi wajah Bossnya yang kurang bersahabat. sedangkan Rose memilih untuk tak perduli dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
"Silahkan..."
"Terimakasih"
"Apa maumu?" ucap Johnny langsung tanpa memperdulikan Joy yang merasa kesal dengan sikapnya.
"Hanya berkunjung, sudah sangat lama sekali aku tak mengunjungi Cafe kita" jawab Joy santai dengan menikmati minuman ditangannya.
"Cafe kita? ck. lucu sekali kau menyebutnya Cafe kita" Johnny tertawa remeh mendengar ucapan Joy.
"Kau sudah membuangnya kalau kau lupa?!"
"John!"
"Kalau kau datang kemari hanya untuk mengingat masa lalu sebaiknya kau pergi. ini bukan lagi Cafe kita yang dulu. aku telah membuang semuanya saat kau memutuskan untuk pergi!"
"Kau masih marah padaku?" Joy mencoba mengatur emosinya.
"Johnny, aku sudah meminta maaf padamu tapi kenapa kau masih saja belum bisa memaafkan ku–"
"Ku mohon. pergi dan jangan pernah datang lagi menemui ku?!" tekan Johnny berharap Joy mengerti.
"Baik. aku akan pergi. tapi kau perlu mengetahui ini?!" Joy meletakkan sebuah amplop dimeja, beranjak dari tempatnya berdiri meninggalkan Johnny.
Johnny memandang amplop itu tak minat namun ia tetap mengambilnya tanpa berniat membukanya.
"Daddy!" teriak si kecil yang memasuki Cafe melihat Daddynya berada disana.langkah Joy terhenti saat melihat seorang anak kecil baru memasuki Cafe memanggil Johnny dengan sebutan Daddy. Joy tersenyum getir saat melihat Johnny menyambut anak itu dengan pelukan hangat.
Rose melihat itu dengan perasaan bersalah.
"Bukankah kau bilang akan membawanya jalan-jalan?" tanya Rose pada Jisoo.
"Jeno tiba-tiba saja meminta pulang. memangnya kenapa?"
"Tidak, lupakan saja" Rose berlalu pergi menghampiri putranya yang kini sudah bermain dengan Johnny.
"Hei, apa sesuatu telah terjadi?" Ucap Jisoo cukup keras dengan wajah bingungnya.
•
•Rose dan Jeno duduk di Halte menunggu bus datang. sedari tadi Jeno sudah menguap karena ini memang sudah cukup malam untuk anak seusianya masih berada diluar. seharusnya Jeno sudah tidur dengan nyenyak di kamarnya.
Rose yang melihat Jeno menahan kantuk membawanya duduk di pangkuannya dengan memeluk tubuh Jeno sesekali mengusap punggung anak itu. Jeno yang merasa sudah tak bisa menahan rasa kantuknya akhirnya tertidur dalam pangkuan sang Bunda.
Seharusnya Rose sudah pulang dari jam lima sore, namun dikarenakan satu karyawan yang bekerja di bagian kasir tiba-tiba sakit mengharuskan Rose menggantikannya dan berakhir dengan dirinya pulang malam.
Dengan sedikit kesusahan Rose menggendong Jeno memasuki Bus. tak banyak orang yang berada di bus mungkin sekitar enam atau tujuh orang termasuk Rose dan Jeno.
Jeno tak terusik sedikitpun meski laju bus yang sedikit ugal-ugalan. beberapa penumpang bahkan memberi peringatan pada sang sopir untuk lebih hati-hati dalam menyetir namun hanya dijawabi gumaman tak jelas dari sang sopir.
"Hei! Pak supir bisakah lebih berhati-hati dalam menyetir?!" seru salah satu penumpang yang merasa sang supir semakin tak terkendali dalam menyetir.
Dan benar saja tak lama orang itu memperingati sang supir, Bus yang dikendarainya mengalami kecelakaan bertabrakan dengan truk besar yang membuat Bus itu terguling dijalanan.
Tubuh Rose dan Jeno terpental bersamaan dengan Bus yang terguling. darah mengucur deras di kepala Jeno dengan luka-luka ditubuhnya akibat pecahan kaca Bus yang menggores tubuhnya. keadaan Rose pun tak jauh berbeda dengan Jeno namun Rose masih dengan kesadarannya.
"J-jeno bangun sayang..."
"Hikss... Tolong...!" Rose mencoba untuk bangun mendekap tubuh Jeno yang tak sadarkan diri dengan luka parah di kepalanya.
080223
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [JaeRose)
FanfictionDibawah gemuruh hujan lebat seorang wanita berjalan tak tentu arah. hidupnya hancur dengan tuduhan perselingkuhan yang membuat wanita itu diusir dari rumah dengan cara yang hina. bahkan sang suami tak berniat menolong meski seluruh keluarganya menye...