Setelah melihat kejadian itu Alina yang sedari tadi meneteskan air mata nya bergegas pergi dan mencari Haikal serta Jay yang ia ajak kesini.
"Kemana sih mereka berdua? Udah kayak bocil ilang aja susah banget di cari." Saut kesal Alina sambil terus berjalan menghentakkan kakinya.
Sementara itu Satria sudah melihat Alina sebelum gadis itu melihat nya bersama dengan Anila, ia tersenyum kecil ingin sekali rasa nya langsung berlari dan mendekap tubuh ramping itu ke pelukannya sembari berkata kenapa lama sekali perginya.
Tapi Satria mengurungkan niat nya dan bersikap layaknya seorang Ayah yang sedang berbelanja bersama putri kecilnya, ia tidak tahu mengapa ingin hal ini di lihat Alina dan ingin melihat bagaimana respon yang di berikan Alina.
Dan benar saja ketika Satria melirik dengan sudut mata nya Alina meneteskan air mata nya membuat Satria merasa bersalah, pasti gadis itu berpikiran kalau dirinya sudah menikah lagi dan hidup bahagia.
Setelah Alina pergi Satria juga Anila untuk segera memilih mainan yang ia ingin beli lalu pergi mengikuti Alina.
"Ayah nanti jangan bilang-bilang bunda ya kalau Anila beli banyak mainan." Ucap gadis kecil itu membuat Satria tertawa ringan.
"Siap bos, oh iya kalau nanti bunda marahin Anila bilang aja Ayah Satria yang beliin semua gitu."
Tanggapan anak kecil itu langsung memeluk leher Satria karena dirinya sedang di gendong.
Ketika sudah sampai di parkiran, ia melihat Haikal dan Jay yang berusaha menenangkan tangisan Alina yang seperti anak kecil.
"Lo kenapa anjir? Heh jangan gitu. Ges atuh engke di pikir nenaonken maneh Lin." Khawatir Haikal sambil terus menengok kiri kanan takut ada orang lain.
"Iya anjir! Lo kenapa? Pms? Bocor hah?" Tanya Jay yang heran pada sepupunya itu.
"Diem ya lo berdua! Gue lagi sedih jadi bantuin gue masuk ke mobil."
Alina menangis sembari duduk meminta bantuan kepada dua sepupunya itu wajahnya terlihat berantakan, eyeliner yang sebelumnya menghiasi garis mata nya kini sudah luntur membuat nya terlihat sedikit menyeramkan.
"Ga berubah, masih tetap sama kayak Alina yang dulu." Ucap Satria pelan lalu masuk ke dalam mobilnya.
Ia akan pergi lebih dulu karena saat ini Anila sudah tertidur di jok penumpang.
.
Alina sampai di rumah dan langsung membuat semua orang terkejut karena penampilan nya bahkan keponakan yang melihatnya langsung menangis histeris karena wajah Alina sudah terlihat seperti monster.
"Aduh kakak kenapa kok nangis?" Ucap Irena khawatir sambil menenangkan anak nya.
"Haikal! Jay! Lo berdua adek gue?" Tanya Kevin membuat Jay dan Haikal panik.
"Sumpah ga kita apa-apain bang! Dia nangis sendiri waktu kita lagi liat-liat baju buat di beli eh Alina nyamperin udah nangis." Jelas Jay di angguki Haikal.
Semua orang menatap Alina meminta penjelasan, tapi karena suasana hati Alina yang buruk ia langsung meninggalkan mereka dan masuk ke kamarnya.
"Gue gagal move on anjir! Ini gimana dong? Mana pak Satria makin ganteng pula." Saut Alina sambil mengusak rambut nya.
"Kenapa kalau udah jadi mantan ketampanan nya meningkat gila! Gue pusing."
Alina kembali menangis ia menenggelamkan wajah nya di bantal, hari ini mood nya buruk dan dia tidak ingin di ganggu.
.
Tyo sedang di kantor nya mengurus beberapa dokumen karena sebelumnya ia di hubungi oleh sekretaris nya, saat sedang menandatangani satu berkas ponsel nya berbunyi dan tertera nama Satria di ponsel nya sontak Tyo langsung mengangkat teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Bad Girl - Nakamoto Yuta (END)
أدب الهواةDI HARAPKAN UNTUK SELALU VOTE WALAUPUN CERITA INI SUDAH END SEBAGAI APRESIASI KALIAN TERHADAP PENULIS🙏✨ 🔞 "Tatoan di tangan tapi di depan abang nya nangis!" - Satria wijaya "ini bukan tato beneran, ini dapat tato dari permen karet." - Alina Mahara...