Chapter 17 (Hunch)

1.1K 116 7
                                    

Happy reading
Jan lupa

Vote - komentar
(*^w^*)
IFYMA by
ICHADRAY

.

.

.

Sepasang netra silver memicing tajam, menatap hamparan padang rumput yang dikelilingi oleh para prajurit bersenjata. Hembusan angin yang tenang menjadikan suasana lebih dari sedikit tegang.

Senjata yang melekat di masing-masing tubuh terlihat lengkap, membawa tangan memilih untuk menggunakan yang mana.

Jubah pekat itu berkibar, menyertai angin dan langit mendukung cuaca mendung yang tersirat.

Draco mengeratkan jubahnya, menyembunyikan tongkat sihirnya dan menarik sebuah pedang. Kilat di netra silver menunjukan ambisi yang kuat. Ia menoleh, memberikan isyarat pada Theo dan Blaise yang berada di masing-masing sisinya. Suara kuda yang ditarik dengan tundukan hormat pada sang Pangeran menjadi gerakan terakhir sebelum langkah cepat dan dentingan pedang diiringi cahaya sihir saling  beradu.

Mereka... Harus memenangkan pertarungan kali ini.

.

.

.

.

Harry menatap wanita anggun yang memandangnya lembut, merasakan aura hangat nan tenang yang membuatnya tidak sedikit lebih menarik nafas lega. Irish emerald manisnya menatap malu, tertutup oleh wajah enggan dan rona samar pada penghormatan untuk sang Ratu yang bijaksana.

Harry mengingat sebelumnya ia berada di dalam kamarnya bersama Draco, menghabiskan waktu dengan sang Pangeran pirang sebelum ia mendapat panggilan. Hermione mengetuk pintunya hanya untuk mengatakan jika Ratu Naracissa memanggil. Bertanya-tanya apakah ada suatu kesalahan sampai Ratu dari Kerajaan ini memintanya bertemu. Harry tak bisa mengatakan tidak, bahkan jika itu mengganggu aktivitasnya bersama Draco yang tertunda. Ia merona, butuh sedikit waktu sampai ia benar-benar siap merapikan penampilannya yang teracak. Ia akan menyalahkan Pangeran tinggi itu jika sampai sang Ratu kesal karena menunggunya.

"Pangeran Harry, apa Pangeran Draco sudah memberitahu jika kalian akan melakukan perjanjian darah itu segera?" Naracissa bertanya pelan, mempertahankan wajah cantik yang tegas agar tidak terlihat sedikit terguncang. Tentu ia mengingat apa yang tertulis dalam surat yang sampai pada mereka beberapa hari yang lalu, menemukan wajah Harry yang bingung membuatnya menyimpulkan jika Draco belum memberitahu apapun. Itu bagus untuk saat ini, ia akan menyiapkan jawaban jika Harry bertanya lebih.

"Sudah, Yang Mulia." Harry menjawab, Draco sudah memberitahunya jika perjanjian darah itu akan dilakukan dalam tenggat waktu yang dipercepat. Ia hanya tak mengerti bagian di mana Pangeran pirang itu mengatakannya dengan ekspresi yang keras, seperti menyimpan sebuah dendam. Dan saat ia bertanya, Draco menarik senyum, tatapan membara yang tertanam dalam irish silver itu memudar, untuk menjelaskan bahwa mereka tak bisa menunggu lebih lama, tidak saat ramalan mereka mulai beralih.


Harry meremas tangannya, menunduk akan tatapan sang Ratu yang bersinar di seberang tempat duduknya. Ia ingin bertanya, tapi terasa berat untuk mengangkat mulut agar berucap lebih dari sekedar jawaban. Ia mengkhawatirkan kedua orang tuanya, Harry bahkan belum menerima surat dari Ibunya sejak terakhir kali ia bertemu. Perasaannya berkecamuk, kepingan dari hal yang ia lihat seperti memiliki ikatan yang berarti. Draco tidak menjelaskan lebih, dan bertanya disaat mereka dalam keadaan yang tegang bukanlah ide yang bagus.

I Found You My Angel [Drarry]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang