Assalamu'alaikum Wr Wb teman-teman pembaca semua!
Welcome di part 5 ISD!
Absen yuk, dari tanggal lahir kalian.
Silahkan tandai typo yang temen-temen temukan. Jangan lupa untuk baca dengan baik, vote dan ramein kolom komentar di tiap paragrafnya! Bantu Author ya hihi^^
Udah siap?
Happy reading!
***
"Oy! Kenapa Bi?"
Akhirnya panggilan tersambung.
"Sorry nggak ke angkat tadi. Gue abis manjat pager samping. Ini juga lagi pakai ember buat nutupin muka ganteng gue dari Pak Marko."
Mendengar penjelasan dari orang di sebrang sana membuat Abian menggeleng.
"Lo ke kantin beliin makanan sekarang."
"Tumben lo nitip."
"Udah, beliin aja nasgor tiga. Lo kalau mau, sekalian aja. Ntar gue ganti duit lo."
"Nah begini nih gue suka. Berarti ..." terdengar gumaman kecil di sana sebelum Rendra kembali berucap.
"Berarti jadi sepulu nih ya nasgor plus es teh?Sama teman gue enam orang. Abis ini gue otw."
Abian berdecak pelan. "Satu RT sekalian," sindirnya.
Rendra tertawa. "Besok gue bawa satu komplek kita deh Bi. Bisa di atur lah itu."
Abian berdesis pelan. "Buruan, anterin ke ruang Osis sekalian."
"Ogah gue. Jauh banget di atas."
"Bantu orang jangan setengah-setengah, Ren."
"Beneran malas gue Bi. Abis dikejar Pak Marko, sekarang juga lagi sembunyi-sembu..."
"Ada Fio di sini," potong Abian sengaja.
"Siap gas otw!"
Abian menurunkan ponselnya setelah Rendra mematikan sambungan telpon sepihak.
Memasukkan ponselnya ke saku celana, cowok itu menggeleng.
"Kalau ada Fio aja cepet."
***
Senyum Nana mengembang. Ditatapnya jas navy yang sudah terlipat di tangannya. Hatinya menghangat mengingat perlakuan Abian tadi. Sampai sekarang pun ia tak habis pikir, sebaik itu ya Abian? Sampai menyuruh Fio membelikan seragam baru untuknya.
Sebenarnya Nana sudah menolak untuk dibelikan, karena ia takut tidak bisa mengembalikan uang Abian. Namun tak memungkiri setatusnya sebagai salah satu sultan Gardhapati, Abian justru memberinya secara cuma-cuma.
Ia juga mendengar Abian akan memesankan makanan untuknya. Alasannya, karena tadi Nana tiba-tiba berujar bahwa ia lapar.
Sebenarnya Nana tidak ada maksud memanfaatkan kebaikan Abian, tapi itu hanya refleknya untuk mengalihkan topik karena sepontanitas memalukannya di koridor tadi.
Nana bergidik geli mengingatnya. Ia menepuk kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Seventy Days
Teen FictionAbian? Siapa sih dia? Yang jelas dia bukan cowok dingin yang irit bicara. Bukan cowok kejam, psikopat dan sejenisnya. Bukan cowok paling suci yang belum pernah merasakan cinta. Bukan pula cowok tengil yang suka tebar pesona. Tapi ini Abian, cowok ap...