Assalamu'alaikum Wr Wb teman-teman pembaca semua!
Apa kabarnya?
Sudah cukup lama aku nggak menyapa kalian^^
Terimakasih masih setia dengan kisah Nana
Bantu aku dengan membaca, meramaikan kolom komentar dan klik VOTE GRATIS di akhir halaman ya!
Sudah siap?
Happy Reading!
***
Nana, Abian dan Jian berjalan Bersama menuju lantai dua. Tempat dimana ruang kelas sebelas IPA berderet di sana.
"Seriusan Kak Abian mau nganterin kita?" tanya Nana untuk kesekian kalinya.
Jujur saja, ia kembali merasa menjadi beban untuk cowok itu.
"Kalau mau ke kelas nggak apa-apa kok, Kak, takutnya nanti ketinggalan pelajaran," ujar Nana tak mau merepotkan.
Jian pun mengangguk setuju.
"Nggak apa-apa, kelas lagi banyak jam kosong. Lo tenang aja," jawab Abian tanpa menghentikan langkahnya.
"Maaf Kak, gue selalu merepotkan." Nana menunduk lemah, ia juga tahu diri.
Diam-diam Abian tersenyum tipis.
"Gue nggak pernah merasa direpotkan, Na."
Jawaban tenang itu membuat Nana seketika mengulum bibirnya. Bagaimana ia bisa mengontrol hatinya jika Abian selalu manis seperti ini?
Nana meremas selembar kertas di tangannya, mendadak ia jadi salah tingkah. Lihat, kondisinya sudah seperti kertas nasi bungkus sekarang, lecek.
Di sebelahnya, Jian geleng-geleng mendapati Nana terus menebar senyuman sedari tadi hanya dengan menatap punggung tinggi Abian. Untung keduanya berjalan di belakang, sehingga tingkah gadis itu tak bisa dipergoki Abian kali ini.
"Kak Abian kelas berapa?" tanya Jian mencoba lebih akrab.
"Sebelas IPA satu."
"Berarti satu kelas sama Kak Fio?" tebak Jian.
Abian mengangguk. "Iya benar. Kenapa?"
Di belakang Jian menggeleng.
"Nanya aja sih, Kak. Tadi kan Kak Abian nggak bilang dari kelas apa pas di aula."
Nana menyenggol lengan Jian jahil.
"Lo suka sama Kak Fio, Ji?" tanya Nana sengaja.
Jian melotot ke arah Nana. "Bisa diam tidak?"
Geram karena dengan enteng dan kerasnya Nana bertanya seperti itu, apalagi ada teman sekelasnya. Bagaimana jika Abian menyampaikan hal konyol itu kepada Fio?
Abian yang masih berjalan tenang hanya terkekeh mendengar perdebatan dua calon anggotanya itu.
"Abian," panggil Fio dari arah pintu kelasnya.
Sepertinya benar yang dikatakan oleh Abian bahwa pagi ini banyak jam kosong.
"Kenapa, Fi?" tanya Abian begitu menghentikan langkahnya.
Sejenak, Fio nampak bingung memperhatikan kedatangan Abian yang diikuti oleh dua orang di belakangnya. Lagi-lagi, Nana yang bersama Abian.
"Lo ... mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Seventy Days
Novela JuvenilAbian? Siapa sih dia? Yang jelas dia bukan cowok dingin yang irit bicara. Bukan cowok kejam, psikopat dan sejenisnya. Bukan cowok paling suci yang belum pernah merasakan cinta. Bukan pula cowok tengil yang suka tebar pesona. Tapi ini Abian, cowok ap...