~ 32 ~

4.5K 299 32
                                    




🔥🔥🔥🔥🔥


"Kak, bantuin kasih ke Kak Satya dong." Pinta Vivi memberikan sekotak coklat bermerek pada Ella.

Ella menatap lekat coklat itu.

"Please kak," mohon Vivi.

"Oke," balasnya. "Tapi gue nggak jamin diterima atau nggak."

"Nggak papa, yang penting udah nyampe ke tangan Kak Satya. Bilangin dari aku."

"Hm," balas Ella.

"Hm... Kak El, Kak Satya sukanya tipe wanita kaya gimana?" tanya Vivi.

"Nggak tau," jawab Ella acuh.

"Kok kakak nggak tau, tapi kan Vivi perhatiin kalian deket banget."

"Yakali gue tanya-tanya, yang ada dia risih sama gue."

"Iya sih. Oh ya, kakak kenal pacarnya Kak Satya? Orangnya gimana sih?"

"Hei, dia tau Satya punya pacar? Tapi kok masih dikejar juga? Dasar jalang." Benak Ella.

"Kenal, beberapa kali datang kerumah. Kami lumayan deket, orangnya baik, cantik dan pinter."

Ella bisa melihat jelas, kalau Vivi kesal. Itu membuat Ella tambah semangat membuatnya lebih kesal lagi.

"Namanya siapa? Dan sekolah dimana?"

"Namanya... Pudica. Mimosa pudica."

"Aneh banget namanya."

"Pengen gue tampol deh," geram Ella dalam hati.

"Sekolah dimana kak?"

"Aku lupa, tapi yang pasti bukan SMA sini."

Vivi mengangguk mengerti, gadis itu begitu polos sekali. Hingga dengan mudah percaya dengan Ella yang telah mengibulinya.


🔥🔥🔥🔥🔥



"Ini, tadi dikasih sama Vivi."

Satya memandangi kotak yang masih ditangan istrinya itu. "Buang aja," ucapnya.

"Ihh, sayang tau."

"Terus harus diapain sayang?"

"Hmm... Liat entar deh."

.
.
.

"Berhenti bentar," pinta Ella. Mobil berhenti, posisi mobil saat ini diambang pintu gerbang.

"Ini, kasih ke Pak Ahmad."

Lantas Satya tersenyum, lalu menerima kotak cokelat tersebut.

"Pak, ini dari Ella." Ujar Satya.

"Wah, terimakasih den, non." Ucap Pak Ahmad senang.

Mobil kembali melaju menuju pelantaran rumah.

🔥🔥🔥🔥🔥

"Non, ada tamu."

"Siapa bi?" tanya Ella.

"Temannya den Satya yang dulu pernah datang itu."

"Teman Satya?" Ella langsung bangkit dari pinggir kolam. Tampak Satya muncul ke permukaan, menatapnya heran.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Kayanya Vivi datang lagi."

Ekspresi Satya berubah jadi kesal. "Biarin aja, nggak usah disamperin. Bi, bilang Satya nggak ada. Dan kalau dia nanya Ella, bilang lagi istirahat."

SATYA ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang