Long Lost Last Chapter

1.5K 270 46
                                    

Bagian 8

Hari itu cuaca lebih cerah dari biasanya, sinar matahari bersinar terik menghujani bumi di bawahnya dengan sinarnya yang keemasan. Awan-awan yang menggantung di langit juga terlihat tipis dan tinggi, sama sekali tidak ada tanda-tanda cuaca akan berubah hujan secara tiba-tiba. Selain cuaca yang panas, setiap kali angin berhembus tercium aroma asin yang dibawanya dari laut. Suara tawa riuh rendah dari anak-anak terdengar jelas.

Hari ini seluruh anggota Kim Dokja Company pergi ke pantai untuk berlibur. Tidak bisa disebut berlibur juga sebenarnya, mereka semua yang meliburkan diri dan meluangkan waktu untuk pergi ke pantai bersama. Sejak hari ini bukan akhir pekan, semua orang seharusnya sedang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya masing-masing, bahkan anak-anak juga harusnya pergi ke sekolah, semua satu suara untuk pergi ke pantai.

Tidak banyak orang di sana, mengingat ini bukan hari libur, hanya ada beberapa pengunjung lainnya. Dua buah limosin, sebuah mobil barang, dan satu Ferrarghini terpakir manis sejak kedatangan mereka. Semuanya memakai baju yang santai dengan kaus dan celana pendek. Suatu keadaan yang tidak pernah ada yang berani membayangkan ketika skenario dimulai. Mereka membentangkan karpet dan mendirikan payung tempat mereka duduk bersantai. Beberapa juga sedang menyiapkan alat yang akan digunakan untuk memasak.

Lee Gilyoung dan Shin Yoosung sudah berlari ke arah laut begitu mereka sampai. Mereka tampak saling menyipratkan air satu sama lain dan tertawa. Melihat pemandangan itu Kim Dokja tersenyum, begitulah seharusnya yang anak-anak seusia mereka lakukan. Menghabiskan waktu bersama dan bersenang-senang, bukan terlibat dalam perang.

"Apa kamu tidak ingin bergabung dengan mereka, Dokja-ssi?"

Yoo Sangah bertanya di sebelah Kim Dokja. Yoo Sangah terlihat manis menggunakan gaun pendek bermotif bunga dandelion, sebelah tangannya memegang topi lebarnya ketika angin bertiup.

"Aku akan bergabung nanti."

Kim Dokja tersenyum sambil memasukan tangannya ke dalam saku celananya. Rambut hitamnya tertiup angin, dia menggunakan tangannya untuk menyisirnya kembali ke belakang. Sejak saat itu, Kim Dokja terkadang melakukannya sekali-kali. Yah, kali ini hanya karena angin bukan maksud lain, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Dengan kaus putih dipadukan luaran kemeja hijau bermotif daun palm serta celana pendek selutut berwarna krem, Kim Dokja terlihat lebih segar dengan penampilannya yang santai.

"Hei anak-anak lihat apa yang ku bawa!"

Dengan bersemangat Lee Jihye berlari menghampiri anak-anak di air sambil membawa perahu karet besar berbentuk angsa. Anak-anak bersorak menyambutnya. Tak lama kemudian Yoo Mia bergabung dengan mereka sambil menarik pergelangan tangan Han Dareum. Terlihat sedikit raut tidak nyaman dari wajah Han Myungoh, orang tua itu begitu menyayangi putri satu-satunya dan selalu merasa khawatir. Walaupun Han Myungoh sudah mengajarinya banyak hal dalam beberapa tahun ini tetap saja dalam benaknya pemikiran Han Dareum masih jauh lebih muda dibandingkan dengan usia tubuhnya. Lee Hyunsung yang melihat itu menepuk bahu Han Myungoh dengan perlahan dan tersenyum.

"Tidak apa-apa, ada Lee Jihye yang mengawasi mereka."

Perkataan itu sedikit menenangkan Han Myungoh. Mereka bahkan telah melewati neraka yang jauh lebih buruk dari ini, jadi apa yang perlu ditakutkan dari ombak pantai. Yah, naluri sebagai orang tua kepada anaknya memang sesuatu yang kadang tidak bisa dimengerti.

"Kamu tahu noona, perahu karet seperti itu biasanya digunakan di kolam renang bukan laut."

Lee Gilyoung memang mengatakan itu tapi ia tetap menaiki salah satu perahu karet yang dibawa Lee Jihye.

"Siapa peduli? Aku sudah menabung untuk membeli ini, aku hanya ingin mencobanya. Hei, berterimaksihlah padaku, aku tidak hanya beli satu!"

Mereka menaiki perahu karet itu dan saling menyipratkan air satu sama lain, hanya pada saat itulah mereka telihat seperti keluarga normal pada umumnya. Jika orang hanya melihat mereka sekilas, tidak akan ada yang membanyakan anak-anak itu mengayunkan pedang dan menunggang naga chimera.

Long Lost Last Chapter for Omniscient Reader's ViewpointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang