Long Lost Last Chapter

781 98 22
                                    

Bagian Eternity


In Loving Memory of The Beast Lord,

SHIN YOOSUNG

October 27th

Adored Wife, Mother, Sister, and

Beloved Daugther of Kim Dokja


Sebuah daun kecokelatan sekali lagi jatuh tertiup angin dan menghantam permukaan marmer hitam berkilau dengan tulisan keemasan tersebut. Udara dingin musim gugur bertiup melalui rambutnya yang putih dan kulit tua keriputnya.

"Harabeoji?"

Seseorang memanggilnya dengan suara lembut dan manis, menyusul untuk berdiri di sampingnya.

"Sudah waktunya pergi, harabeoji."

Suara halus itu berkata lagi, sambil memegang lengan dan punggungnya dengan perlahan. Wanita itu tersenyum ketika mengatakannya walaupun matanya masih merah dan sembab. Ah, itu senyum yang sama seperti yang dimiliki ibu wanita itu, yang kini terbaring dengan damai di tempat peristirahatan terakhirnya.

Kim Dokja berbalik sekali lagi menatap batu nisan marmer tersebut, ia mengingat percakapan terakhir mereka.

"Ah appa, aku telah memutuskannya!"

Suara yang gemetar terdengar bersemangat. Wajahnya terlihat gembira, merupakan pemandangan yang menyenangkan jika saja alat bantu pernapasannya bisa diabaikan.

"Apa itu?"

Kim Dokja berkata lembut sambil menatapnya.

"Aku sudah memutuskan apa yang akan aku tulis di batu nisanku!"

Shin Yoosung berkata masih dengan nada menyenangkan dan santai seolah dia telah memutuskan menu makan siang. Pandangan Kim Dokja berubah tidak senang walaupun tetap berusaha untuk terlihat lembut dan tabah.

"Yoosung jangan berkata begitu,"

Bahkan dalam keadaan yang tidak mendukungnya, Shin Yoosung masih terlihat protes.

"Appa mau mendengarkanku, kan?" tuntutnya.

"Yoosung..."

"Tidak apa-apa, appa. Dengarkan permintaanku, oke?"

Shin Yoosung meremas tangan Kim Dokja yang selalu menggenggamnya, berusaha tersenyum menenangkan walaupun Kim Dokja terus menunjukkan ekspresi tidak setujunya.

Kim Dokja menatap matanya yang masih terlihat cerah baginya. Walaupun wanita yang terbaring lemah itu terlihat tua dan tak berdaya, dia tetaplah putri kecilnya yang luar biasa. Mata Shin Yoosung masih sejernih pertama kali Kim Dokja melihatnya.

Melihat Kim Dokja hanya menyerah dan memberikan persetujuan dengan diamnya, Shin Yoosung melanjutkan.

"Tolong tulis juga aku sebagai putrimu yang tersayang."

"..."

"Oke appa? Kamu juga harus menulis namamu, 'Putri Tersayang Kim Dokja', bagaimana?"

Shin Yoosung tersenyum puas, ia tidak benar-benar bertanya. Tidak. Itu adalah pernyataan keputusan. Seorang putri dari Kim Dokja... terdengar benar untuknya. Itu adalah deskripsi tentang Shin Yoosung yang paling ia sukai, walaupun ia tidak akan mengucapkan dengan lantang.

"...baiklah."

Setelah beberapa waktu Kim Dokja menjawab, dia memandang Shin Yoosung, putrinya, dengan tatapan sedih. Faktanya, semua hal ini membuatnya sedih.

Long Lost Last Chapter for Omniscient Reader's ViewpointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang