Catatan Perjalanan

Kaleidoskop 2020

Dimulai dari catatan pertama di 2020 Januariku berduka.
Kala itu bencana hidrometeorologi menimpa berbagai daerah di Indonesia.
Saat dimana semua ujian itu dimulai.

Lalu Februari datang.
Tetapi revolusi kehidupan yang diharapkan itu tak juga terwujud.

Maret yang rapuh.
Ia justru semakin rapuh
Bersamaan dengan pemberitaan covid 19 dan kisahnya.
Yang semakin membosankan di beritakan di seluruh dunia.

Yang ternyata tak juga berakhir di April.
Dan memang sepertinya tak akan mudah berakhir.

Memasuki Mei aku sadar.
Masalah pribadi juga bisa menjadi lebih mengerikan dari pandemi.

Lalu sampai di Juni.
Semua orang mulai menemukan jalan dan tekadnya masing-masing.

Lalu juli.
Orang-orang benar-benar mulai mengabaikan.
Dan sebagian lagi tetap berfikir positif.
Sembari menikmati hidupnya.

Dan sampailah di bulan Agustus.
ia datang dengan semangat kemerdekaan, harusnya.
Tapi nyatanya satu persatu orang mulai pergi melepas kejenuhan dari penatnya kehidupan.

September yang kelam.
Ketika harapan demi harapan dari semua yang di nantikan itu tak kunjung datang.

Oktober tentang kehilangan.
Sungguh, aku tak ingin kehilangan lagi.

Lalu November datang dengan rintikan gerimis dan juga sedikit hujan nya.
Yang ternyata tak hanya turun di luar sana.
Tetapi juga ada di pelupuk mata.
Lalu seketika angin kencang dan badai yang menjadikan seolah pertanda betapa sulitnya tahun ini.
Ujiam demi ujian yang tak kunjung henti.

Hingga akhirnya sampailah kita di ujung Desember.
Desember yang di nanti.
Desember yang terkhianati.

Kalian setuju kan betapa sulitpun prosesnya itu tak apa kan?
Jika menjadikan akhir yang indah.

Meski kenyataannya satu persatu impian yang harusnya terjadi di tahun depan.
Telah pupus di akhir tahun ini.

Tapi jangan menyerah sampai disini.
Jangan pernah berhenti bermimpi.
Karena keajaiban masih bisa terjadi.

"Semua seolah terjadi begitu cepat padahal detik selalu sama tiap detiknya. Sepertinya memang benar, dunia benar-benar telah berubah."

Cilegon, 30 Desember 2020