Aku, kamu dan Hujan.
Sepertihalnya rintikan air yang saling terpisahkan.
Aku tak pernah tahu yang terjadi di antara kita.
Sebuah rasa.
Rasa cinta yang sesungguhnya.
Atau hanya kamuflase belaka.Aku tahu ada yang kau sembunyikan.
Bahkan tanpa aku harus mencari.
Hujan deras itu sudah terlanjur datang.
Begitu derasnya membuka bulan November ini.Sama seperti yang terjadi di sore itu.
Disebuah kota yang akhirnya pertama kalinya mempertemukan aku dengan dirimu.
Itu hari yang ingin tak cepat terlewati bukan?
Sampai-sampai kilatan dan badaipun tak sedikitpun menghilangkan senyum indahmu.November Bersama Hujan.
Saat dimana harusnya aku bisa menjadi lebih dekat denganmu.
Tetapi sekali lagi, hujan deras kembali menggenangi cerita kami.
Cerita yang aku pun tak tahu dari kapan dimulai.
Tetapi aku tahu, mungkin sebentar lagi akan berakhir.Aku selalu siap dengan skenario terburuk.
Dan jika memang skenario buruk itu terjadi.
Aku takan kecewa.
Hatiku sudah terlalu terbiasa dengan kekecewaan seperti itu.
Jadi seharusnya tidak berpengaruh apapun dengan kehidupanku.Lalu hujanpun semakin deras.
Dan bahkan terus terjadi pada tiap sorenya.
Sampai aku menuju gerbang kereta dan meninggalkan cerita tentang dirinya.
Juga cerita singkat di kota itu.Sebenarnya, Aku ingin memberikanmu banyak kenangan.
Tapi sekali lagi aku tak bisa.
Aku tak yakin kau memiliki perasaan yang sama.Dan untuk kesekian kali nya waktu membawaku pergi.
Datang bersama hujan, pergi bersama hujan.
Ada dan bersama dalam rintikan hujan.
Namun pada akhirnya menghilang tanpa kenangan.Sampai bertemu lagi.
Aku harap, masih kamu yang menantiku disini.
Sekembalinya aku ke kota ini,
Nanti.
Untuk kembali melanjutkan cerita antara aku dan kamu yang belum selesai sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Perjalanan
PoetrySetiap yang dilalui hanya akan menjadi masa lalu dan berakhir. Dan setiap cerita akan lebih menarik ketika kita tak pernah tau akhirnya.