3

54 10 53
                                    


***""***

"Iya gue masih gabung, emang  kenapa? Tumben amat lo bahas itu?,"tanya Welmi balik.

"Ya gak papa sih, gua cuma takut aja."

"Takut apaan sih, lo kalo ngomong yang bener, gue terkem bener-bener lo,"Welmi kesal dengan Adiknya yang satu ini.

"Ya gue takut aja kalo ko kenapa-kenapa, 'kan kalo lo mati waktu tawuran gak lucu banget, entar gue gak ada temen di rumah, terus siapa yang ngajakin gue gekud mulu----"

"Emmmm.... Khawatir ciee... Adek gue yang cerewet ini khawatir nih ceritanya emmm.... Makin gemes deh gue,"Welmi memegang kedua pipi Dela dan memutarkannya ke kanan dan ke kiri secara kasar, tidak ada akhlak sekali.

"Aaaahh pusing kepala gue."

"Udah jujur aja lo khawatir 'kan sama gue?,"tanya Welmi sekali lagi.

"Iya gue khawatir sama lo, lagian yah bang menurut gue mending lo keluar aja deh dari geng itu, lo juga belum tau 'kan siapa pimpin lo?,"Dela menggenggam tangan Welmi.

"Iya sih sampai sekarang gue belum tau gimana wajah pemimpin gue, dia itu misterius, setiap kumpul dia gak pernah lepas dari masker, topi sama jaketnya. Karena sangking misteriusnya gue sampai mau berteman sampai sekarang karena gue pengen tau siapa sih sebenarnya pemimpin geng motor gue yang anggotanya udah beratus ini, geng ini tuh udah gak bisa di anggap geng motor kecil tau gak, ini tuh udah rajanya, musuhnya aja ada yang mafia, gila gak tuh?."

"Tuh 'kan, musuhnya aja mafia, gue takut bang,"Dela langsung memeluk abangnya dari samping.

"Lo tenang aja, gue gak bakalan kenapa-kenapa apa kok, gue janji sama lo."

"Beneran janji?,"Dela mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Welmi, meskipun Welmi tau Dela anak yang cerewet dan suka gengsian tapi di balik sikapnya itu ada sikap manja yang bikin Welmi gemas dengan adik satu-satunya ini.

"Iya gue janji,"Welmi membalas kelingking Dela.
__________

Ctar!!

Ctar!!

Ctar!!

Ctar!!

"Dasar anak nakal, kenapa kamu pulang jam segini hah? Apa kamu membolos? Memalukan saja!!."

"Jawab saya anak nakal!!."

Ctar!!

Ctar!!

Suara cambukan begitu terdengar menyakitkan bagi yang mendengarnya, apalagi yang mengalaminya, pasti itu terasa sangat sakit, dan panas, karena bukan sekali dua kali pria itu mencabuk tubuh Nega tapi sudah puluhan kali Alvi mencambuk tubuh Nega hingga terlihat guratan memanjang di punggung Nega, bahkan banyak sekali yang sudah mengeluarkan darah. Tapi Nega hanya membalasnya dengan diam menikmati kesakitan itu sendirian, tanpa ada orang yang menolongnya atau bahkan untuk memberhentikan Alvi mencambukinya saja tidak ada.

Tak!!

"Bangun. Jawab saya anak nakal, apa kamu bisu hah?!,"Tanya Alvi sambil mencengkram dagu Nega hingga berdiri.

Sedangkan Nega hanya mampu diam, bahkan nangis saja dia tidak apalagi mengeluh sakit.

"Oh saya lupa kamu 'kan emang bi-su."Alvi menekan akhir katanya. Danmendorong tubuh Nega hingga kepala Nega terbentur dinding.

"Hah... Olahraga kita cukup sampai sini, besok kita lanjutkan, sekarang kamu keluar, diam di kamar dan jangan pernah keluar sampai besok, tidak ada jatah makan untuk bocah tidak berguna seperti mu,"ucap Alvi. Sakit, tentu saja sakit, hati Nega seperti di tusuk ribuan jarum. Di saat orang-orang mendukung kekurangan anaknya supaya bisa menjadi kelebihan, Nega justru semakin di jatuhkan oleh keluarganya sendiri karena kekurangannya.

Mega juga tidak mau seperti ini, Nega ingin hidup normal seperti anak biasanya, tapi apalah daya Nega berbeda dengan yang lain, Nega tidak bisa hidup seperti orang lain.

Dengan Sanglah sempoyongan Nega berjalan keluar ruangan ini, tidak lupa dia juga menutup pintu ruangan Ayahnya rapat-rapat.

Di balik pintu Nega berdiri sejenak, menundukkan kepalanya karena sakit di seluruh badannya hampir tidak bisa Nega tahan. Setelah rasa sakitnya berkurang Nega langsung berjalan kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua, yang tadinya Nega berjalan sempoyongan, setelah keluar dari ruangan Ayahnya Nega berjalan seperti biasanya seperti tidak merasakan sakit sama sekali, cukup aneh bukan.

Tanpa Nega sadari ternyata ada seseorang yang melihat apa yang Nega lakukan, meringis saat melihat baju Nega yang sobek meninggalkan banyak luka dan darah, bahkan celananya terlihat ada beberapa yang sobek dengan ukuran yang memanjang dan sedikit berdarah.

Setelah sampai di kamarnya Nega langsung masuk ke dalam kamar mandi, butuh waktu dua puluh menit hingga Nega keluar dengan mengunakan celana pendeknya tanpa memakai baju sama sekali.

Nega berjalan ke arah nakas yang tersimpan di samping tempat tidurnya, mengambil kotak P3K, dan mendudukan tubuhnya di samping tempat tidur. Nega mengambil salep yang biasanya Nega gunakan untuk mengobati lukanya, dari mulai kaki hingga wajahnya Nega lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain meskipun kesusahan tapi Nega sudah biasa dengan semuanya termasuk ketersendirian seorang Nega.

Meskipun Nega merasa sendirian, sedih, bahkan saat Nega ketakutan pun Nega selalu melaluinya sendirian, Nega rasa di dunia ini dia cuma angin benalu saja.

Setelah selesai mengobati lukanya Nega menyimpan kembali kotak P3K di tempat semula dan kembali menidurkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap karena Nega rasa punggungnya lah yang paling terluka parah dari pada badan bagian depannya.








***""***

Yuhuuu aku kembali, ada yang kangen sama Nega? Ada yang kangen sama Nega?.

Masa sih gak ada, Singgih terlula sekali :(

Ya udah deh, kapan-kapan aku tanyain lagi awas aja kalo masih gak ada yang kangen sama Nega.

(Tidak) BISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang