7

48 8 0
                                    


"Udah sih Del lo jangan ngambek gitu, lagian gue yakin Bos gue gak bakalan kenapa-kenapa, dia 'kan jago banget bela diri, bahkan ya menurut teman-teman gue yang udah lebih awal masuk geng itu, dulu Bos gue itu pernah ngelawan lima puluh orang sendirian aja nggak ada yang bantuin sama sekali, jadi lo jangan khawatir ya," Welmi mengelus rambut Elsa.

"Terserah lo bang," Dela memutarkan bola matanya.

"Ya udah deh kalo lo gak percaya Bos gue gak papa nih gue kasih nomor dia," Welmi menyodorkan hpnya ke arah Dela, jujur Welmi sangat takut jika memberi nomor Bosnya kenapa Elsa karena Welmi tau Bosnya itu bukan sembarangan orang, tapi demi sang adik dia rela menerima konsekuensinya.

Elsa menatap hp welmi, dan melirik ke arah Welmi.

"Bener?," Tanya Dela kembali.

"Iya bener, nih lo telpon sendiri kalo gak percaya."

"Ya udah," Dela mengambil hp Welmi dan Hp nya.

"Udah nih makasih," Dela mengambalikan hp Welmi dengan ketus.

"Sama-sama adek abang yang paling cantik," Welmi mencolek dagu Dela, dan tentu Dela menepisnya, dia sangat kesal dengan Welmi, tadi di jalan Dela sudah meminta Welmi untuk berhenti dan menelong orang yang di keroyok bahkan Dela teriak pun Welmi tidak mengubrisnya, Welmi tetap menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, padahal Dela kecemasan Dela berpindah pada orang itu, bagaimana jika dia terluk, apalagi sampai meninggal.

Dela mendekatkan hpnya ke telinganya, menunggu sambungan itu terhubung, sudah dua kali Dela menelpon nomor itu, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Membuat Dela semakin panik.

"Tuh kan nggak di angkat," Dela melirik Welmi.

"Coba sekali lagi."

Dela menuruti apa kata Welmi, dia mencoba untuk menelponnya lagi, dan akhirnya di angkat, Dela sempat panik tapi paniknya di pendam, kalo ketahuan pasti abang laknatnya ini mengejaknya lagi.

"Ha...halo."

"......"

"Halo, kamu masih di sana kan?," Tanya Dela yang penasaran karena telponnya yang di angkat tapi tidak ada suara sama sekali.

"Del, coba ngomong kalo lo adek gue," ucap Welmi.

"Halo kak, i...ini aku Dela, adiknya kak Welmi."

"Hemm."

"Maaf kak kalo aku ganggu, aku cuma mau nanyaa kakak baik-baik aja kan? Kakak gak luka kan? Soalnya aku panik banget kak, tadi kakak di keroyok sama banyak orang."

"Suruh Abang lo ke markas sekarang."

"Aku boleh ikut ke markas kalian gak?,"

Belum juga mendapat jawaban dari Bosnya itu dia sudah mematikan telponnya secara sepihak.

"Gimana?, Lo percaya 'kan kalo dia masih hidup?," Tanya Welmi.

"Udah lo jangan banyak ngomong, sekarang kita ke bescam lo," Dela menarik tangan Welmi.

"Ngapain?."

"Gue mau ngapel sama Bos lo, udah buruan entar keburu di tikung," ucap Dela asal.

Tanpa berpamitan Dela langsung membawa Abangnya Welmi ke luar, tanpa dandanpun Dela tetap cantik, tanpa ngambil dompet pun Dela sultan, ya karena ada ATM berjalan siapa lagi kalo bukan Abang tercintanya.

"Eh gue serius nanya sama lo, lo mau ngapain ke markas gue hah?," Tanya Welmi sebelum menaiki motornya.

"Yeh udah gue bilang gue mau ngapel juga, buruan gak?!," Ucap Dela garang, Welmi hanya memutarkan bola matanya dan segera menaiki motornya.

"MAMAH, PAPAH DELA SAMA ABANG MAU NGAPEL DULU YA, DO'A IN ANAKNYA DAPET JODOH KAYA LEE JENO!!," Teriak Dela dari luar rumah, Dela tau itu tidak sopan tapi ini keadaanya lagi gawat, super duper gawat.

Setelah menempuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke markas, Dela di buat tercengang dengan markas yang sering Abangnya maksud, jujur ini nggak pantas di bilang markas ini pastanya di bilang istana.

Tempatnya memang jauh dari keramaian, bahkan tadi Dela dan Welmi melewati hutan yang sangat sepi sekali untuk sampai di markas mereka. Atau lebih tepatnya markas ini ada di tengah hutan.

Setelah melewati hutan Dela dan Welmi juga melewati sekitar dua gerbang besar yang jaraknya lumayan jauh.

"Gila ini mah bukan markas namanya," Dela membulatkan matanya takjub, karena dia baru tau kalo ada Istana semegah ini di tengah hutan, gedung yang berlantai tiga, halaman luas, dan dekorasinya pun tidak kalah dari luar negri. Semuanya terlihat indah, dengan lampu yang menghiasi seluruh halaman depan rumah ini.

"Kita udah sampe," ucap Welmi.

"Gue tau, gue gak buta ya," Dela mengusap wajah Welmi tanpa melihat Welmi, karena di sangat Fokus ke arah rumah megah ini.

"Ya udah yuk kita masuk," Dela menarik tangan Welmi untuk masuk ke dalam. Tapi saat di dalam Dela di suguhkan dengan tatapan yang tajam dari seluruh anggota DETSON.

"Bawa siapa lo?," Tanya Regil dengan nada yang dingin.

"E.... I..ini ssshh... Ini a...adek gue," ucap Welmi pasrah.

"Emang lo udah punya ijin dari kita buat bawa adek Lo?."

Semua anggota DETSON mengangguk.

"Gue yang ijinin."

Seseorang datang dari arah kanan mereka semua, penampilannya sangat mencurigakan sekali, bagaimana tidak mencurigakan semua baju yang orang itu pakai berwarna hitam, masker hitam, dan topi hitam.

"Bang siapa sih?," Bisik Dela.

"Ikut gue," orang itu menarik tangan Dela. Tentu saja Dela memberontak, dia takut jika orang ini adalah musuh Abangnya yang menyamar.

"Lepas!! Gue gak mau!."

Orang itu tidak menggubris perkataan Dela, dia terus menyeret Dela hingga lantai dua, dan Dela di seret masuk ke dalam kamar yang sudah tersedia di sana.

"ABANG TOLONG, GUE MAU DI CULIK, BANGKE!!," Teriak Dela sekeras mungkin.

"BANGKE TOLONGIN GUE, ADEK LO MAU DI CULIK!."

"BANGKE GUE MAU DI PERKOSA."

"OYY LEPAS SAKIT!! BANGKE KALO LO GAK BANTUIN GUE, GUE SUMPAHIN LO MATI KESERIDUK BECAK."

"AHH... BANGKE LO ABANG GAK GUNA YA, ADEK LO MAU DI PERKOSA SAMA BOS LO, LO MALAH DIEM, GUE BILANG SAMA MAMAH PAPAH YA!!."

"Maafin Dela mamah, papah Dela udah gak suci lagi hiks...," Lirih Dela, kali ini Dela sangat menyesal sekali datang ke markas ini.



























                             ***""***
Wowww.... Gimana tuh si Dela mau di apa-apain sama si ketua, ikhlas gak ikhlas gak?

Aku up buat nemenin yang malam minggunya cuma rebahan aja ya kaya author contohnya :)

Ouh iya lupa sekedar info aja ya kalo si Dela itu sedikit bar-bar ingetin ya sedikit nggak lebih tapi nggak kurang juga, pokoknya gitu lah wkwkw

(Tidak) BISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang