13

117 4 0
                                    

Setelah pulang sekolah tadi Nega harus berlari dari sekolah ke rumah yang jaraknya yang tidak dekat itu, karena tadi Fahza sempat mengancam Nega jika Nega tidak datang tepat waktu.

Mau tidak mau Nega harus cepat-cepat pulang. Tapi saat di rumah apa yang Nega harapkan baik malah justru sebaliknya.

Lagi dan lagi tubuhnya harus di jadikan bahan pelampiasan adiknya meskipun Nega tidak tau masalahnya apa. Nega tidak tau apa yang membuat adiknya seperti ini. Jiwanya memberontak ingin menenangkan sang adik tapi itu tidak mungkin dan mustahil.

Ruangan gelap ini jadi saksi bisu betapa menderitanya Nega, seberapa kesakitannya Nega selama hidup di lingkungan keluarganya sendiri, air mata yang begitu berharga itu harus terus menetes setiap harinya.

"Haha gue belum puas nyiksa orang kaya lo!, tunggu nanti malam," setelah mengucapkan itu Fahza langsung pergi meninggalkan sang kakak di dalam sana, meninggalkan luka yang akan lama menghilang, bahkan mungkin ada luka yang sampai kapanpun tidak akan sembuh.

Tubuh ringkih yang penuh dengan lembab dan luka itu hanya mampu terdiam di lantai yang dingin, mata nya terpejam, tapi pikirannya berkelana kemana-mana mengingat dan merenungkan kesalahannya yang telah ia perbuat sehingga sang adik begitu marah.

"Gue yang salah, maaf."
___________

"Bangke oh Bangke kenapa engkau bau?," Dela terus bernyanyi sambil loncat loncat di tempat kasur sang Kakak meskipun sang empu sudah berapa kali memarahi Dela tapi anak itu tidak mendengarkan nya, dan alahasil Welmi hanya pasrah dengan apa yang dilakukan sang adik.

"Macem mana kau tak bau, mandipun setaun sekali."

"Udah lah Dek, bosen tau gue dengerin lagu itu mulu," Welmi berusaha lagi untuk melarang Dela.

"Apaan sih bang, orang lagi asik nanyi juga," ucap Dela sinis.

"Dari pada nyanyi gak jelas mending kita main aja ke markas gimana?."

"Ogah binti gak mau bin tidak ya bang," Dela memutarkan bola matanya.

"Idih ngapa lo? Kerasukan ikan teri lo?!"

"Punya dosa apa gue sampe punya Abang begonya melebihi orang gila? Gue bilang gak mau ya gak mau ngerti gak sih lo."

"Udah jangan banyak bacot lo buruan ikut gue" Welmi langsung menarik tangan Dela.

"Bangke aaa'aaa gue gak mau" Dela terus merengek karena tidak mau di bawa oleh Welmi.

"Cepetan elah, entar di jalan gue beliin sate, martabak, sama ciken gimana?"

"Hayu," Dela langsung semangat empat lima jika Welmi sudah berani membelikan semua makanan kesukaan Dela sekaligus.
________

Setelah sampai di markas DETSON, Dela dan Welmi langsung disuguhkan dengan tatapan semua orang.

Semua anggota DETSON yang berdiri berjajar di belakang sang pemimpin, alias si misterius dan si kembar.

"Udah gak usah takut 'kan ada gue," Welmi mencoba menenangkan sang adik yang sepertinya sedikit tegang karena semua anggota DETSON berkumpul semua.

Bos dari anggota DETSON itu berjalan ke arah Dela, dia berdiri tepat di depan Dela. Menatap lekat sejenak wajah Dela, lalu mengambil lengan Dela yang sedang memegang kantong kresek.

"Apaan sih?," Dela menepis tanganannya.

Tidak menyerah di situ saja, orang itu menarik kembali tangan Dela.

"Berani ngebantah gue rusak masa depan lo," bisik orang itu di telinga Dela.

"Detik ini juga gue klaim lo jadi anggota DETSON."

Seketika tubuh Dela semakin menegang, ingin rasanya memberontak tapi dia takut jika ancaman orang yang ada di hadapannya ini benar.

"Wisss dek selamat ya, sumpah lo satu-satunya anggota DETSON cewek, gila adek gue keren," ucap Welmi dengan antusias, tidak tahu apa jika adiknya ini sedang merana.

"Gue gak mau," bantah Dela.

"Gue gak minta persetujuan lo."

"Gue gak suka di bantah," lanjut orang yang ada di hadapan Dela.

Tanpa meminta persetujuan Dela lagi,  dia langsung memasangkan kalung kebanggaannya DETSON yang berbentuk bunga Ros yang dililit oleh ular.

"Keren juga nih kalung dek, pas di lo, ucap Welmi.

"Tapi gue gak mau bang," lirih Dela.

"Hey kenapa takut hem? Lo jago beladiri kenapa takut? Lagian lo juga gak usah khawatir kita semua di sini pasti bakalan jaga putri mahkota kita bagaimanapun caranya," ucap Welmi sambil memegang kedua pipi Dela.

"Putri mahkota?,"

"Janji?," Dela mengarahkan kelingkingnya ke Welmi.

"Janji."

Saat itu juga raut wajah ketakutan Dela berubah jadi terlihat gembira.

"Ya udah sebagai hadiahnya lo gue kasih lo satu motor gimana?."

"Gak usah, gue udah beli," ucap Bos mereka.

"Motornya ada di garasi, nanti kalian bisa ambil sendiri," ucap Regil.

"DETSON!!"

"BERANI MASUK, BERANI MATI!!"

Yah itulah moto anak DETSON, singkat tapi sangat bermakna, dimana setiap ada orang yang ingin berusaha masuk ke dalam markas mereka maka mereka akan bersiap untuk mati di tempat, mereka yang tidak pernah pendang kasta, siapapun mereka, mereka yang berani masuk ke dalam DETSON maka mereka juga harus berani mati detik itu juga.

_____________

Huiiiwwwww ngeri ngeri ngeriii

Mohon mangap sekali epribadeh saya gabut makannya up ye

Selamat membaca ya

(Tidak) BISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang