Forth Street

63 17 3
                                    

Saat Komisaris Besar Collins Alvaro melirik ke jendela, ia kembali tidak melihat langit malam berbintang. Itu pemandangan yang biasa ia dapati jika berkunjung ke pusat kota Polgarra. Kota mereka terlalu terang benderang sehingga cahaya bintang di langit terkalahkan. Berbeda sekali dengan pemandangan yang ia dapati ketika berada di pegunungan yang mengelilingi Polgarra.

Didengarnya suara derap kaki yang datang dari sisi kanannya, orang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya menghampirinya. Pria itu melangkah terburu-buru dengan kikuk, tampak menyesal karena terlambat. "Mohon maaf, Pak Komisaris. Rapat dengan Dewan Rakyat ternyata menjadi lebih lama dari dugaan kami," ucap pria itu, ia menelan ludah dan mencoba mengatur nafasnya. Terlihat sedikit titik-titik keringat di kepalanya yang bulat lonjong seperti telur dan dihiasi rambut tipis. Ia menyeka keringat di keningnya yang lebar dengan sapu tangan.

"Tidak apa. Saya juga baru saja sampai," jawab Collins, merasa tidak ada gunanya marah-marah kepada seorang asisten yang hanya bisa mengikuti jadwal sang atasan. Ia sudah berkali-kali bertemu dengan asisten bernama Eldi Beway ini, yang selalu tampak rikuh, namun sebenarnya cukup cekatan jika mengingat kepada siapa ia bekerja.

Eldi menganggukkan kepalanya dan berkata dengan rikuh, "Terima kasih sudah bersedia datang meski dengan pemberitahuan yang sangat tiba-tiba. Apalagi sekarang sudah cukup larut. Sekali lagi, terima kasih atas pengertiannya," ucapnya dengan sedikit menundukkan kepala.

Collins hanya mengangguk-ngangguk. Ia tidak punya waktu untuk basa-basi. Jika saja yang memanggilnya malam ini bukan orang itu, pastilah sekarang ia sudah beristirahat di rumah, membantu Deo, putranya yang berusia 8 tahun, mengerjakan pekerjaan rumah. Namun, di sinilah ia, setelah menerima telepon yang cukup mengejutkan dari Eldi kira-kira sejam yang lalu.

"Jadi, apakah saya sudah bisa mendapatkan penjelasan kenapa saya dipanggil ke sini malam ini? Biasanya beliau tidak pernah seperti ini," ucap Collins, berjalan berdampingan dengan Eldi. Membuat tubuh si asisten yang cukup kurus dibanding dirinya yang tegap dan berisi terlihat mencolok. Meski demikian, Eldi sedikit lebih tinggi darinya, hingga tubuhnya tampak sedikit membungkuk.

"Ah, ya... Ini sedikit mendesak..." gagap Eldi, ia kembali mengangguk-ngangguk dengan canggung.

Mereka berjalan menyusuri lorong dengan tiang-tiang besar yang dilapisi marmer putih, beberapa tanaman hijau diletakkan di sepanjang lorong, di dindingnya tergantung lukisan-lukisan besar bergaya renaissance. Collins tidak terlalu tertarik dengan lukisan sehingga ia selalu menyusuri lorong ini tanpa merasa ada keharusan untuk mengapresiasi karya seni itu. Akhirnya sampailah mereka di satu pintu besar yang terbuat dari kayu mengkilap, kenopnya berwarna emas berkilauan dan pinggirannya penuh dengan ukiran rumit yang tampaknya susah dibersihkan jika berdebu.

Di sisi kiri dan kanan pintu itu berdiri dua orang berperawakan tegap dengan pakaian serba hitam, kabel berwarna putih menjulur dari telinga mereka. Dua orang itu langsung memberi hormat kepada Collins yang hanya membalas dengan lambaian tangan dan seulas senyum. Anak buah-nya kadang terlalu berlebihan, padahal ia cukup senang jika mereka hanya menyapa ringan kepadanya. Ia bukan orang yang gila hormat seperti Komisaris Besar di Harmac.

Kedua orang itu membuka pintunya dan orang pertama yang dilihatnya adalah sosok kecil dan kurus dengan rambut lebat tersisir klimis serta kumis tipis yang menutupi bibirnya, yang ia kenal sebagai Lorde Dios, Ketua Dewan Rakyat Polgarra. Barulah kemudian ia melihat orang yang mengundangnya kemari sedang duduk di balik meja, dengan wajahnya yang panjang dan kotak terlihat sedikit gusar, matanya menyipit menatapnya, menyiratkan kewaspadaan.

Walikota Polgarra, James Harper. Pria tinggi, tegap tetapi punya aura ramah ini sudah menjabat sebagai walikota kurang lebih tiga tahun dan kepopulerannya tidak terbantahkan. Bahkan dengan kebijakan-kebijakan yang tidak populis sekalipun. Tampaknya rakyat Polgarra tidak akan pernah protes selama fasilitas mereka bersenang-senang tidak diganggu gugat. Persis seperti itulah yang dilakukan James Harper, memberi insentif besar terhadap para pengembang swasta untuk terus memperbesar pusat hiburan Polgarra.

City Square (M.O.D #3)Where stories live. Discover now