21.| Descendants

3 1 0
                                    

.•
.•
.•
.•
.•

I said it was fine,
but i never said it didn't hurt

.•
.•
.•
.•
.•

Happy Reading

.•
.•
.•
.•
.•

Peluh membasahi wajah ayunya yang tak hentinya memberikan pukulan pada samsak dihadapannya. Memukul sekuat tenaga dan kembali membuat lubang pada kantung pasir tersebut. Menatap datar tumpukan pasir yang baru saja mengalir keluar .

"Sudah ke berapa kalinya, dalam bulan ini?." celetuk seseorang yang baru saja memasuki ruang olahraganya.

"Ck."

"Apa yang mengganggu pikiranmu?. Kau terlihat kesal." ujar sang pria sembari menyodorkan botol minuman padanya.

"Bukan apa." menerima air mineral dan segera menegak nya habis. Tangannya kembali terulur mengusap keringat yang masih mengalir.

"Sarah. Mau sampai kapan kau menyembunyikan?." tutur Lucas.

Lucas beranjak, membawa dirinya ke samping Sarah yang tengah berbaring diatas matras. Sejak dua jam yang lalu Sarah tak juga kunjung menyelesaikan olahraganya. Hingga ia memutuskan untuk melihat keadaan wanita tersebut.

"Kau mengkhawatirkan Erick?."

Menatap langit-langit berhiaskan Chandelier, ia menghela nafas. "Dia masih berkeliaran disekitar ku. Tentu saja aku khawatir. Namun,..." menggantung ucapannya begitu saja, Sarah beranjak melakukan pull up.

"Namun apa?." tanya Lucas namun Sarah tampak tak berniat memberi jawaban. Wanita itu tetap melanjutkan kegiatannya, mengabaikan Lucas yang menatapnya sejak tadi.

"Sarah." lirih Lucas yang masih dapat didengar wanita itu. Membuatnya berhenti sejenak dan berbalik.

"Lucas. Biarkan aku berfikir lebih dulu." melenggang pergi keluar dari ruang olahraga miliknya diikuti Lucas yang mengekor.

Membawa kakinya menuju dapur dan mengambil buah apel di dalam lemari pendingin. Memakannya perlahan dengan melihat Lucas yang sejak tadi menatapnya sendu.

"Mengapa kau terus mengikuti ku?. Kau tidak bekerja."

"Ck. Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu beberapa hari ini." ujar Lucas.

"Ck. Sudah kubilang tak ada apapun. Aku hanya ingin berpikir sendirian."

"Sarah~. Maaf. Tapi aku mengikuti mu." Terdiam mendengar penuturan sang sepupu, Sarah menatap tajam pada Lucas. Membuang apel pada tempat sampah dengan kasar.

"Kau mengikutiku?. Lucas, sudahku-"

"Maaf. Aku hanya khawatir padamu. Setelah mengetahui kau kembali membeli apartemen yang cukup jauh dari sini aku tak bisa berhenti mengkhawatirkan mu. Dan akhirnya memutuskan mengikuti mu."

"Lucas!. Sudah kubilang jangan pernah mengikutiku lagi mengapa kau masih saja melakukannya!." pekik Sarah. Lucas yang melihat amarah sang sepupu akhirnya memutuskan diam hingga Sarah meredakan amarahnya.

Cruel RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang