14.| Sincerity

2 1 0
                                    

.•
.•
.•
.•
.•


Didn't change,
Just realize some Shit


.•
.•
.•
.•
.•

Happy Reading

.•
.•
.•
.•
.•



"Kalian kemana saja?" ujar Leon ketika melihat putrinya baru saja pulang di tengah malam.

"Hanya berlibur. Jaehyun membawaku ke tempat kesukaannya" ucap Sarah merebahkan dirinya diatas sofa bersebelahan dengan ayahnya.

"Sepertinya dia memperlakukanmu dengan baik" -Leon

"Tentu. Dia pria yang sopan" -Sarah

"Berarti pilihan daddy tak salah bukan" ujar Leon dengan mengangkat sebelah alisnya. Sedangkan Sarah hanya mendengus melihat kepercayaan diri ayahnya tersebut.

"Ya. Daddy tak salah. Pilihan daddy cukup baik" -Sarah

"Daddy harap mommy-mu masih disini untuk melihatmu menikah nantinya" -Leon

"Mommy tetap akan melihatnya. Dia tak akan berhenti mengawasiku dari atas sana." -Sarah

"Yeah, kau benar. Ivanka begitu protektif kepadamu dulunya. Bahkan daddy berulangkali bertengkar dengan ibumu karena ia melarangku mendidikmu dengan kasar" ujar Leon mendengus geli mengingat betapa seringnya istri tercintanya mengomelinya jika ia terlalu keras terhadap Sarah.

"Tentu. Aku kan putri kesayangannya" ujar Sarah bangga.

"Kudengar dari Lucas kalian telah mengunjungi makam mommy. Kenapa kau tak memberitahu daddy?." -Leon

"Daddy sangat sibuk. Aku tak ingin mengganggumu saat masih mengurus Suzukawa" jelas Sarah

"Lain kali ajaklah daddy. Daddy tak ingin terlihat seperti pria paruh baya menyedihkan sendirian di pemakaman" gerutu sang ayah kepada putrinya.

"Ck. Daddy ada-ada saja" -Sarah

"Lalu bagaimana dengan Erick?" Sarah pun bungkam kala ayahnya menyinggung tentang lelaki tersebut. Leon beralih menatap serius wajah sang anak.

"Daddy harap kau bisa mengatasinya." -Leon

"Aku pasti bisa." -Sarah

"Kau yakin?" -Leon

"Apa maksud daddy. Daddy meragukan ku? Tentu saja aku yakin" elak Sarah.

"Sarah, sejak zaman dulu pun seorang ayah bisa mengetahui perasaan putrinya." kedua netra milik pria paruh baya itu berubah mengintimidasi. Menatap tajam sang putri yang terlihat jelas tengah menutupi sesuatu darinya.

"Daddy tahu..., kau masih belum bisa mengatasi masa lalumu." timpal Leon membuat tubuh Sarah membeku.

"Aku sudah—"

"Belum. Kau belum bisa melupakannya." ucap Leon dengan menatap manik hitam milik anaknya.

Pikiran pria itu pun melayang, memori dari 6 tahun lalu tiba-tiba terlintas dikepalanya. Kala ia baru saja pulang bekerja, mendapati seluruh maid dan penjaganya telah tewas dibantai habis.

Menerobos masuk kedalam rumah, dirinya pun terpaku kala mendengar suara tangis dari ruang tengah, dengan segenap kekuatannya ia pun melangkahkan kakinya menuju sumber suara.

Cruel RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang