15.| Another Truth

2 1 0
                                    

.•
.•
.•
.•
.•


Someday you have to go backward
to get what you need
to move forward


.•
.•
.•
.•
.•


Happy Reading


.•
.•
.•
.•
.•



Rapat berjalan dengan alot membuat Sarah bosan setengah mati. Ia paling tak suka saat rapat hanya berisi perdebatan para petinggi mengenai keuangan. Membuatnya muak melihat para pria buncit yang seolah mengerti apa yang mereka bicarakan. Menekuk wajahnya, Sarah hanya berusaha menulikan pendengaran nya dari ocehan tiada henti para pemegang saham Suzukawa Corp. Salahkan ibunya yang membiarkan orang lain menanam saham di perusahaan ini.

Hal itulah yang menyebabkan Sarah tak pernah mengajukan IPO pada pemerintah agar tak perlu memusingkan pembagian saham. Walaupun menjadi perusahaan raksasa, Erudite sepenuhnya milik keluarga Suzukawa tanpa campur tangan orang lain.

Sekitar satu setengah jam kemudian rapat pun berakhir, Sarah pun pergi menuju ruangannya dan langsung mendudukkan dirinya diikuti dengan Laura. Kedua wanita itu langsung mengistirahatkan tubuhnya dengan menggerutu kesal.

Sejak rapat berlangsung kepalanya seolah berdengung, berdenyut nyeri entah karena apa. Mungkin saja hal tersebut efek samping karena terlalu lelah. Memijit pelipis matanya, berharap dapat mengurangi sakit dikepala nya.

"Sarah. Are you okay?." tanya Laura melihat Sarah yang tampak kesakitan dan mengerutkan keningnya.

"Tak apa." ujar Sarah, ia pun melonggarkan dasi yang melilit lehernya dan bersandar pada sofa. Menarik nafas panjang, memejamkan matanya berusaha menghilangkan lelah.

"Jika kau pusing tidurlah sebentar. Kau bisa melanjutkannya nanti." tutur Laura. Ia tak tega melihat Sarah yang tampak kelelahan.

"Tak perlu. Aku baik-baik saja"

Laura pun menghela nafas mendengar betapa keras kepalanya wanita tersebut. Ia pun mengambil obat di kotak obat yang sengaja disediakan. Tak lupa mengambil segelas air dan mendekat kembali pada Sarah.

"Minumlah. Mungkin dapat membantu" ujar Laura yang menyodorkan obat sakit kepala kepada Sarah. Wanita itu menerimanya dan langsung meminumnya.

Beranjak dari sofa, Sarah kembali berkutat pada tumpukan pekerjaan diatas mejanya.

Dentingan pada laptop yang berada dihadapannya langsung mengalihkan atensinya. Tampak sebuah email masuk berasal dari Cedric tentang perusahaan Erudite.

"Huah,. Kapan aku punya anak" keluh Sarah.

"Kau bahkan belum menikah. Bagaimana bisa kau punya anak" -Laura

"Aku ingin cepat-cepat pensiun" tutur Sarah dengan mengusap surai maroonnya tersebut. Frustasi akan kehidupannya yang selalu padat akan pekerjaan.

"Kau lelah bekerja?"

"Aku hanya ingin hidup tenang. Kau tahu. Rasanya sulit saat kau harus terus bekerja disaat pikiranmu berada di tempat lain." tutur Sarah lembut, menatap kosong pohon bonsai yang berada di atas mejanya.

"Apa yang kau pikirkan. Kau tahu kau tampak depresi." ucap Laura mengkhawatirkan kondisi sang sahabat.

"Mungkin aku memang butuh psikiater."

Cruel RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang