Testimoni (Chapter 40)

344 42 10
                                    

"Tolong bebaskan aku dari munafik dunia ini."

(Author **** POV)

Resiko dari seseorang yang hidup sendiri, ditinggalkan begitu saja dalam suatu kepastian mudah menghilangkan keadaan. Saat ini Jungkook lupa sejenak keadaan Suga, dia masih linglung dan belum memahami kondisi apa yang menyebabkan dia mudah mengamuk.

Taehyung juga lainnya seolah bungkam. Ayah tiri itu melihat sosok di depannya. Di tempat lain dalam sebuah rumah sakit, mereka yang sayang pada sosok pemuda itu malah kebingungan mencari Jungkook. Ya, memang benar itu Jungkook. Siapa lagi kalau bukan dia. Si pemilik gigi kelinci sangat manis serta unggul.

Mengubah separuh kesedihan menjadi cinta. Taehyung tampak lekat, tangannya merangkul sayang. Penuh kasih sayang tidak peduli akan adik kesayangannya ini. Lalu, ketika hari sudah menjadi malam Taehyung bertekad akan melihat bintang bersama adiknya ini. Menghabiskan waktu bersama, berdua saja itu sangat menyulitkan.

Lihat betapa bahagianya Jungkook, dia lupa fakta kebenaran jika fisiknya sakit.

"Jungkook adalah adikku, ayah..."

Ucapan itu sangat lirih, saat ini dia hanya tahu kalau semua akan baik saja saat keduanya bersama. Dalam satu waktu, satu rumah, satu oksigen dan satu kejadian untuk saling melengkapi satu sama lain. Dia rasa ini sudah cukup tanpa harus melibatkan takut kehilangan lagi.

Tampak resah, kedua mata terpejam. Tangan kanannya pelan mengambil kacamata dari wajahnya. Pelan secara pasti dia menaruh benda optik itu di atas meja secara hati-hati. Kiat-kiat dalam pikirannya hanya menjalankan tugas sebagai seorang ayah. Duduk menyandarkan badan terasa nyaman, bersandar ke belakang. Pusing di kepalanya harus segera hilang agar keseimbangan emosi juga sikap haruslah seimbang.

Jungkook merasa kaku serta tidak nyaman. Bukan tidak suka keberadaan dokter baik yang merupakan ayah angkat kakaknya. Cuma, dia tidak enak hati. Menumpang di rumah orang lain memang bukan suatu kebaikan nyatanya. Haruskah dia bertanya apakah, dia boleh pulang ke rumah lagi?

"Taehyung, tapi kau tidak tahu. Kalau di rumah sakit banyak kegaduhan dan-" berhenti sejenak. Melihat kondisi putranya. Melihat apa yang terjadi padanya, keadaan Jungkook juga masih belum sehat sepenuhnya.

"Bukan karena ayah ingin melarang dirimu membawa adikmu disini atau semacamnya. Tetapi, ayah khawatir bagaimana ada keluarga lain mencarinya. Jungkook pasti punya keluarga lain kan?" Bertanya langsung pada Jungkook, menghubungi melalui kawat di netra mereka. Secara otomatis juga Jungkook mengangguk pelan walau kikuk dan ragu.

Kim Seokjin, hanya dia yang selalu menunggu serta khawatir pada dirinya sendiri. Ibu dan juga saudari nya mana mungkin akan kerepotan dan kelimpungan mencari dirinya pergi? Sementara mereka pasti menunggu waktu dia mengalami sakit dan sebagainya. "Emmm... Aku merasa yakin kalau kakakku, Kim Seokjin pasti bingung mencari ku."

Agak gelisah, usapan pelan sedikit lemas menyentuh tangan kanannya. Memberikan sedikit rasa lega walau beberapa detik saja. Taehyung senang, mendengar bahwa Seokjin bisa mempengaruhi juga membuat adiknya merasa percaya akan demikian.

Dokter yang dipanggil akrab sebagai dokter Jung itu mengusap puncak kepala Jungkook. Sengaja memberikan sedikit interaksi agar Jungkook tidak terlalu canggung padanya. Taehyung tidak masalah saat dia melakukan demikian. Lantaran, dia juga senang punya ayah. Rasa sepi dalam hatinya terobati oleh kedatangan dokter legenda di depannya.

Don't Leave Me  (Sad Story Jeon Jungkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang