05. TOD

1 1 0
                                    


- - - - - - - - - -                                          - - - - - - - - - -

Hampir sepuluh menit berlalu, sepuluh menit yang berisi tentang penolakan Tamara untuk tidak melakukan tantangan yang Anggi berikan.

Dengan hasil nihil, semuanya sia-sia, kini Tamara harus berjalan ke meja di mana Gala berkumpul dan dengan sebatang coklat di genggamannya.

“Sumpah? Ga bisa diganti aja gitu?” tanya Tamara setelah beranjak.

“Iya udah lanjutin, diterima atau engganya ya ga papa,” balas Anggi lagi cepat.

Menenangkan diri, Tamara mencoba untuk kembali beranjak. "Sumpah ga bisa diganti ini tantangannya?"

"Iya cantik, ga bisa, toh ini cuma mainan, buka keinginan lo sendiri," Tian memberikan semangat.

Menghelan nafas, sekali lagi Tamara berdiri menenangkan dirinya dan dengan perlahan berjalan. Di sisi lain ada Fajri dan Dea yang dengan cameranya, bersiap mengabadikan reaksi seperti apa yang akan Gala berikan.

“Permisi,” sahut Tamara dengan jantungnya yang berdetak amat sangat cepat, pada Gala yang kebetulan sedang berdiri bersama sahabatnya Rama.

Berbalik, kini Gala sudah menaruh perhatian, pada Tamara yang harus melakukan aksinya.

Mengulurkan tangannya, sebatang coklat yang terselip itu juga ikut pergi ke hadapan Gala, dengan Tamara yang sudah tak kuasa menahan malu.

“Terima ya,” sahutnya dengan senyuman.

Semua orang di meja Gala bersorak, melihat aksi menakjubkan gadis yang menghampiri salah satu orang yang duduk di mejanya.

“Terima Gala terima!!” teriak dua orang gadis dari meja Gala secara bersamaan.

“Te-ri-ma! Te-ri-ma!” sahut dua orang lelaki lagi kini menambahkan kesan ramai.

Bertolakan dengan perasaan Tamara yang campur aduk ditambah rasa malu.

Mengambil coklat yang semulanya berada di tangan Tamara, wajah Gala tidak terlihat memberikan ekspresi. Hanya matanya yang bergerak, fokus memperhatikan white chocolate yang kini ada di tangannya.

“Buat gue?” tanya Gala yang masih tanpa ekspresi.

Mengangguk, entah kenapa Tamara tidak bisa mengeluarkan suaranya. Mungkin karena saat ini ia merasa sangat malu dan gugup.

Menyimpan coklat yang tadi Tamara berikan di atas meja, Gala kemudian beralih menatap Tamara lagi.

“Zaman udah berubah ya,” sahutnya tiba-tiba yang langsung saja membuat Tamara menelan ludah kasar.

“Hm?” sahut Tamara spontan saja setelah mendengar kalimat Gala.

“Di zaman sekarang ini, ternyata perempuan udah ga punya malu untuk dateng duluan ya, semurah itu perempuan di zaman ini?” tanyanya lagi masih tanpa raut wajah pada Tamara.

“Maksudnya?” tanya Tamara cepat yang kini merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar, seorang Gala yang dipujanya sebagai lelaki pemegang image baik-baik baru saja menghina seluruh perempuan yang ada di bumi di depan wajahnya.

Our secret Marriage  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang