01. Awal mula

10 7 3
                                    

- - - - - - - - - -                                          - - - - - - - - - -

Di hari sabtu yang cerah, dengan cuaca yang pas untuk bermalas-malasan, Tamara mengerjakan seluruh tugas dengan bara api yang menyala-nyala dalam jiwanya.

Gadis itu tidak terlihat senang tidak terlihat sedih namun dengan aura yang menguar di sekelilingnya, sungguh, kali ini ia sedang amat sangat sungguh sungguh.

Melajukan sepuluh jarinya untuk mengetik berbagai macam tombol di benda pipih yang kini terus dipandanganginya, Tamara benar-benar tidak menunjukan rasa lelah.

“SELESAI!!”

Teriaknya yang kemudian mengkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Menggeliat layaknya bayi yang baru terbangun di pagi hari.

Beranjak dari kursinya, gadis itupun berjalan keluar dari kamar. Menuruni tangga dan dengan cepat pergi kearah pendingin makanan, membuka pintunya dan mengambil sebuah ice cream yang mmang sudah ada disana. 

Duduk di meja makan, Tamara memperhatikan sang ibu yang kini tengah menyiapkan makan siang di tempatnya. Satu persatu hasil masakan di tata, dan satu persatu peralatan makan dibersihkannya.

Hanya duduk diam tentu saja membuat sang ibu penasaran soal apa yang tengah dilakukan putrinya. karena yang dilakukannya memang hanya duduk, diam dan memperhatikan.

“Kamu ngapain?” sahut Anita lembut dengan wajah penasarannya.

“Ma, jadi ibu rumah tangga tuh ga susah kan ya?” balasnya cepat.

Tertawa, Anita merasa jika pertanyaan yang dilontarkan sang putri adalah sebuah lelucon.

“Kalo itu sih ya menurut mama tergantung ke orang yang jalaninnya aja."

Mengangguk paham, Tamara benar-benar sedang menelaah jawaban sang mama dalam otaknya saat ini.

“Kenapa?”

“Tugas kuliah bikin puyeng ma, Tamara nikah aja kali ya,” tawanya setelah ia menyelesaikan kalimat.

“Dasar kamu, padahal kamu sendiri yang milih jurusannya.”

“Iya sih ma, tapi…”

“Tapi apa? Ga mau buktiin ke eyang kalo sarjana psikologi ga cuma ngurusin orang gila?” sebuah senyuman terselip di wajah rupawan Anita yang memang menurun pada putrinya.

“Mama bener, eyang harus liat Tamara bikin klinik sendiri,” tegasnya yang kemudian beranjak, menaiki tangga dan kembali masuk ke kamarnya.

Tamara Gantari, seorang mahasiswi semester 2 jurusan Psikologi yang dengan tekadnya menargetkan untuk lulus S2 karena banyaknya orang yang melihat psikologi hanya dengan sebelah mata.

“Psikologi ga cuma ngurusin orang gila, psikologi juga ga cuma jadi guru BK, liat aja kalian semua ya, gue bakal nunjukin betapa pentingnya psikologi untuk ada di atas bumi ini.”

Sahutnya dengan jiwa membara meski hanya disulut oleh satu buah kalimat.

Drrt drrt

Sebuah pesan masuk, dari layar ponselnya tertulis nama Anjani. Sahabat yang sudah ada bersamanya sejak tingkat sekolah dasar.

Menggerakan lengannya untuk membuka layar ponsel, dengan cepat Tamara memasuki room chatnya bersama Anjani.

Mrs. Anjani Jung
Online

Pict
Oke ada adeknya Gala
That’s mean the brother must be in here too

. . .

Dua jam berlalu, dan disinilah Tamara sekarang, berbaring di atas tempat tidurnya dengan mata yang memperhatikan bintang di langit-langitnya satu persatu. Tiba-tiba saja dan entah kenapa wajah Gala muncul di pikirannya, Gala si lelaki yang sudah disukainya sejak menjadi mahasiswa baru.

Lelaki yang kini ada di semester 6 dan menjabat sebagai ketua BEM itu benar-benar sudah menarik perhatian Tamara.

Menurutnya senyum Gala manis, sangat manis sampai tidak akan bosan untuk dipandangi seharian. Suaranya saat berpidato yang bisa membuat Tamara candu dalam beberapa detik saja, dan tentunya paras yang memuaskan.

Tak kalah, prestasinya tak main-main. Lelaki itu dulunya adalah ketua OSIS di SMP dan SMA, selain itu ia juga sering menjuarai olimpiade pelajaran IPA. Menurut Tamara, mungkin karena itulah kini Gala ada di jurusan arsitektur.

Sebuah pekerjaan idamaan untuk suami Tamara di masa depan nanti.

Membayangkan soal masa depan memang sangat menyenangkan, namun sungguh, meraihnya memang tidak semudah itu.

Sepuluh menit setelah Anjani mengirim pesan tadi, gadis itu kembali mengiriminya pesan. Yang menyatakan bahwa Gian, atau adik Gala sedang bermain bersama sang ayah. Bukan bersama kakaknya.

“Untung belum berangkat.”

Drrt drrt

Kembali bergetar, dan menguar dari benda pipih yang sama. Juga disertai dengan nama yang muncul sama seperti sebelumnya, masih sahabat seperjuangan Tamara.

“Assalamualaikum, hallo” ucap Tamara di telpon setelah mengangkatnya.

[Wa’alaikum salam hallo]

“Kenapa nelpon?” tanyanya lagi setelan mendenger suara Anjani.

[Besok ada acara makan-makan, malem minggu kan, lo mau ikut apa engga?]

“Tumben banget, tujuannya?”

[Reuni anak SMP] jawab Anjani singkat.

“Hm, angkatan kita doang kan?”

[Iyalah, ya kali Gala ikut party angkatan kita]

“Heh maksud gue ga gitu ya, anak-anak kan kadang ngajak pacar atau siapa gitu, suka males gue.”

[Oh engga, aman-aman, udah di kasi tau buat usahain dateng sendiri karena ini acara pribadi alumni angkatan 63]

“Okedeh kalo gitu, jam?”

[Biasa aja, jam 7 atau 8 malem, selesai paling jam 9 atau jam 10]

“Oke gue usahain, dresscode?”

[Bacot lu usahain, gue tau lo free, walau kita beda jurusan gue paham ye disana begimane] Anjani dengan logat nya.

“Iya ya allah, bawel banget lo, gue nanya ada dresscode ga?”

[Engga ada, dan lo ga cape apa galauin Gala, mending nyari cowok ganteng laen]

“Lah tiba-tiba ke dia.”

[Gue tau ya Ra kalo lo lagi mikirin dia sekarang, soalnya lo jarang ngapa-ngapain kalo libur, cuma bengong]

Tertawa kesal, Tamara kemudian memberikan argumennya untuk melawan.

"Aduh iya kerjaan gue bengong doang, ga kaya Anjani anak jurusan arsitek, sibuk banget ga tau kenapa.”

[Iye, kerjaan gue ditambah mantengin si Gala buat elu, sibuk bener hidup gue]

“Ahahaha, thanks bestie, ya udh iya ntar gue dateng, jemput kalo bisa ya bestie, byee!” sahutnya lalu menutup telpon.

Membiarkan pikirnnya kembali kosong. Saat ini Gala benar-benar tidak bisa disingkirkan dari otak Tamara.

“Gala, kenapa coba gue harus suka sama lo?! Ya allah pengen ga suka sama dia!” teriaknya secara tiba-tiba.

Karena jujur saja, mengagumi seseorang yang sama dalam waktu satu tahun bukanlah hal yang semenyenangkan itu.

- - - - - - - - - -                                          - - - - - - - - - -

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak bestie ^^

Our secret Marriage  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang