12. Pesona

2 1 0
                                    


- - - - - - - - - -                                          - - - - - - - - - -


9:47 AM

Dan disinilah Tamara juga Gala sekarang. Berada di tengah ramainya sebuah pasar malam yang ternyata berada tidak jauh dari restoran tempat pertemuan tadi. Saat mengetahui jika ponsel dan seluruh barang bawaan Tamara tidak ada alias dibawa pergi oleh sang mama, tentu saja sebagai lelaki Gala tidak bisa membiarkannya.

Seorang gadis tanpa ponsel dan uang berjalan di tengah ramainya pasar malam tempat berbagai macam orang berkumpul, tentunya bukan hal yang bagus. Gala hanya melakukan ini atas nama kemanusiaan, tolong menolong sesama warga satu negara merupakan salah satu abdi negara yang bisa ia lakukan sebagai warga sipil.

“Lo cuma jalan-jalan doang disini?” tanya Gala dengan keninnya yang berkerut, tak lupa lengan yang masuk ke dalam dua saku celana.

Mengangguk, Tamara tidak langsung menjawab dengan mata yang berjelajah ke semau arah.

“Bukannya lebih baik pulang?” Gala kembali bergumam, sungguh lelaki itu kini sangat ingin jatuh keatas lembutnya tempat tidur.

Menghentikan langkahnya, Tamara juga tidak mau membuat orang di belakangnya kerepotan.

“Lo bisa pulang duluan,” sahutnya sembari menatap mata Gala dengan nada bicaranya yang ramah.

Menghela nafas, lelaki itu hanye memasang wajah datar. “Lanjutin, kalo udah selesai lo bisa bilang ke gue.”

"Padahal duluan juga ga-" sahut Tamara yang kemudian terhenti, setelah matanya beradu tatap dengan Gala.

Mengangguk, dengan wajah bingungnya Tamara kembali mengambil langkah. Mencari sesuatu yang memang ia cari sejak dulu, tempat ini adalah tempat yang sudah lama Tamara cari-cari.

Tentu saja gadis itu sangat bersyukur karena menemukannya saat ini, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah dengan sulit ia dapatkan ini.

Menghentikan langkahnya, Tamara kini diam dengan mata yang tepat berada pada satu titik. Penasaran, tentu saja kini Gala mengarahkan pandangannya kearah yang sama. Yaitu melihat dua orang anak, dengan bajunya yang tampak lusuh mereka hanya menatap warna-warni lampu tanpa berani mendekatinya.

Hiks

Mengerutkan kening, Gala kemudian melangkah maju untuk memastikan. Ternyata apa yang ia dengar adalah kebenaran, Tamara sedang menangis. Dan karena sadar Gala tengah melihatnya, gadis itu menghapusnya dengan cepat.

“Ini cerita yang gue dapet di kelas, katanya pemandangan dimana ada anak yang cuma bisa melihat kebahagiaan tanpa bisa merasakannya, adalah hal paling mudah bikin seseorang nangis, gue kira cuma sebatas kalimat, tapi ternyata ini nyata,” gumam Tamara sembari terus menghapus air matanya.

"Lo bisa nangis, gue ga akan liat," sahut si lekaki yang kemudian berbalik.

“Gala,” sahutnya berbalik dan dengan cepat bergerak melepas kalung yang tengah ia pakai. “Please kasi pinjem gue uang, ini jaminannya lo boleh ambil,” sahutnya cepat.

Mengerutkan kening, tentu saja ini pemandangan yang agak aneh. Jadi tujuannya kesini bukan untuk bermain?

“Gue bisa minjemin lo uang, tapi lo ga perlu ngasih kalung lo-“

“Please, gue mohon!”

Mematung, Gala tidak tahu kenapa gadis itu memaksa agar ia mengambil kalungnya. Tapi itulah akhirnya, Gala mengambil kalungnya dan memberikan beberapa lembar uang tunainya pada Tamara.

Tersenyum, Tamara kemudian melangkah maju, berjalan kearah dua anak tadi.
Yang kemudian tanpa pikir panjang Tamara berjongkok, berusaha menyamakan tingginya dengan anak yang ingin ia ajak bicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our secret Marriage  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang