The Next Mang Baek

1.4K 323 48
                                    

"Atuh, Bund. Modar akuuu," rengek Haruto. "Baru pulang sekolah ini. Tau bakal jadi pengasuh, mending aku nginep di sekolah."

"Sebentar doang astagaaa," sahut Jennie yang sedang berada di rumah Heechul cees. "Itung-itung latihan, To."

Haruto melirik sinis kepada Jennie. Remaja itu masih memakai seragam sekolah. "Latihan, latihan. Besok aku minta nikah, yang tua pasti pada ngomel," sewot Haruto. "Nggak, ah. Bawa aja bocil-bocilnya. Aku mau main."

"Mau ke mana?" tanya Bunda sewot. "Main mulu! Di rumah aja!"

"Lah, Bunda sama pasukan ibu-ibu aja pada mau keluar--"

"Heh! Gue bukan ibu-ibu!" serobot Jennie. "Enak aja!" Jennie tentu tak terima dianggap ibu-ibu. Walaupun sebenarnya wanita itu juga tak lama lagi akan menjadi ibu-ibu.

"Udah, udah. Ayo berangkat, nanti keburu malem," lerai Jeongyeon. "To, titip sebentar, ya." Tanpa rasa khawatir akan masa depan kedua putrinya. Jeongyeon menitipkan Rohee dan Lorin.

"Jihan sama Dihan juga, To," sahut Jisoo. "Jagain Jihan aja, Dihan aman, dia lagi asik sama buku dinosaurus." Jisoo menunjuk putranya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, fokus menunduk melihat gambar-gambar di buku barunya. Lalu ibu beranak dua itu beralih ke arah Jihan, putrinya sedang bermain dengan Jisung, menarik kabel setrikan.

Haruto menghela napasnya. "Itu batita emaknya mana?" tanya Haruto menunjuk Jisung. "Kapan munculnya?"

"Anak kecil jangan kepo, udah jagain para bocil aja," sahut Jennie. Wanita itu benar-benar sedang sensi, seakan siap menjadikan siapapun sebagai hidangan makan malam. "Bude, Teh, Kak, ayo kita berangkat--"

"Eeeh! Ini aku beneran sendiri?" 

"Sebentar doang," kata Bunda. "Sebelum magrib udah ada di rumah."

"Malem aku mau main," kata Haruto. "Ada tugas kelompok."

Empat wanita itu tak mendengarkan perkataan Haruto, mereka sudah pergi menuju garasi setelah Jeongyeon dan Jisoo pamit kepada anaknya masing-masing. 

Haruto menghela napas. Baru melihat suasana ruang keluarga saja ia sudah ingin menyerah. "Semoga lo bisa bertahan, Ru," gumam Haruto. "Nggak bisa, anyiiing." Tak membutuhkan waktu lama, remaja itu langsung menyerah.

"Mang Uto, tolong bukain." Rohee mengulurkan botol minuman kepada Haruto. "Sama tolong tuangin ke gelas. Kata Papah, nggak baik minum langsung dari botol."

Haruto menerima botol minuman tersebut. "Sebentar," ucapnya sembari membukakan botol. Ia melangkah menuju dapur, diikuti oleh Rohee. "Anak Sultan didikannya emang beda." Gelas plastik sengaja Haruto pilih, ia menuangkan minuman perasa itu. "Minumnya di dapur aja, ya. Takut Jihan sama Dihan-nya mau."

"Iya," jawab Rohee. Bocah itu duduk di kursi ruang makan. "Lorin juga nggak boleh."

Kepala Haruto mengangguk. "Rohee bisa sendiri, kan? Mang Uto di ruang tengah, ya. Takut para bocil berulah." Tak menunggu jawaban Rohee, Haruto sudah berjalan menuju ruang keluarga.

"MBIIIN!" Teriakan Jihan langsung menyambut Haruto. Bocah itu berjalan mendekat kepada Haruto, ia menunjuk Lorin yang sedang bermain dengan Jisung. "Oin!"

Jihan mengadu kepada Haruto. Bocah yang biasa menjadi princess satu-satunya kini memiliki saingan. "Oin, Mbiiin!"

Haruto menggendong Jihan. Remaja itu sudah pasrah dikira Hanbin oleh keponakannya. "Kasian banget ada saingan," ledek Haruto. "Kak Jisung-nya milih main sama Lorin, ya?"

"No!" sentak Jihan seakan paham akan perkataan Haruto. "Cung!"

"Jangan iri, Mba." Dengan jahil Haruto menggoda Jihan. "Berbagilah, kasian Lorin nggak punya sepupu cowok."

COUSIN 2.0✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang