Harusnya ini kemarin, tapi aku lagi mode sok sibuk wkwkwk
🍓
Tatapan bingung ayah langsung menyambut Jennie yang baru pulang dengan kotak ice cream cake di tangan. "Siapa yang ulang tahun, Jen?"
"Anakmuuu," balas Jennie yang sigap menyimpan kuenya ke dalam kulkas lalu ikut bergabung di meja makan.
"Yang mana? Haruto bukan anak ayah!"
Luar biasa sekali Kim Jaejoong ini. Ulang tahun anak kakaknya dia ingat, sedangkan hari lahir karya sendiri terlupakan. "Siapa, sih, Jen? Ella udah lewat. Tetet nanti November."
Mata Jennie seketika membulat. Ulang tahun Taehyung itu Desember. "Mingyu, Yah! Anak ayah yang itu juga lahir! Bukan hasil membelah diri."
"Oh, iya! Ayah lupa. Pantes dia ngirim foto mobil baru."
Jennie merapikan berapa hidangan yang sudah ada di meja makan. "Suru kerja coba anaknya, Yah. Donghyuk aja udah punya usaha sendiri," ucap Jennie. Sepasang ayah dan anak ini duduk berbincang di ruang makan. Sebentar lagi waktunya berbuka puasa. "Skripsi pake joki, mau jadi apa coba dia kedepannya."
"Kita rukiah aja apa ya, Jen?"
"Ayah sembur aja, deh. Jigong orang tua kayaknya lebih bermanfaat," saran Jennie lelah sendiri melihat pola pikir keluarganya. "Lagian itu juga karena Ayah sering manjain Mingyu."
Ayah mendelik, tak terima dibilang memanjakan putra bungsunya. "Namjoon, tuh! Ayah pernah hampir sabet adik kamu pake sabuk, loh!" belanya tak mau disalahkan. "Namjoon terlalu manjain adiknya."
Jika dipikir-pikir, Mingyu memang terlalu dilindungi oleh Namjoon. Lelaki itu selalu bersembunyi dibalik ketiak si sulung. Sialnya, si anak pertama dengan senang hati melindungi adiknya, sebenarnya ayahnya Mingyu itu Namjoon, bukan Jaejoong.
Dulu, saat Mingyu dihukum dengan potongan uang jajan, Namjoon dengan senang hati membagi jatah bulannya. Waktu si bungsu terjaring razia balap liar juga Namjoon yang pasang badan sebagai jaminan.
"Iya, sih. Yang salah Kak Jojon," gumam Jennie mengingat semua perlindungan yang Namjoon berikan pada Mingyu. "Dia sayangnya sama si keling doang. Ke Kak Tetet sama aku nggak."
"Halah, kayak dulu kalian akrab aja," balas Ayah menyindir putrinya. "Kalian lebih sering ribut, ayah aja hampir mikir kalo meninggal pasti pada sibuk rebutan warisan."
Tawa Jennie langsung pecah. Sudah lama tidak mendengar keluhan tentang warisan dari sang ayah. "Bikin wasiat aja, tapi yang adil," sarannya sengaja memancing emosi sang ayah. "Lagian, ada-ada aja bagi warisan Kak Tetet cuma dapet sepion Ferrari."
Obrolan sebelum magrib kali ini sangat menyenangkan. Kalau diingat-ingat, Ayah juga udah cukup lama nggak ngobrol bareng Jennie. Permintaan Jennie yang ditolak olehnya adalah salah satu alasan mereka jadi sedikit renggang.
"Widiiih, ada apa, nih, Kim Jajeoong, Kim Jennie ngumpul? Gimana rencana pemberian restu? Udah sampe tahap mana?"
Ini, nih. Manusia yang mulutnya minim manfaat. Taehyung baru saja datang, tetapi sudah membuka topik pembicaraan yang membuat sepasang orang tua di meja makan itu seketika canggung.
Seakan mulutnya tidak bersalah, Taehyung dengan tenang duduk di meja makan, berhadapan dengan Jennie. "Si Mingew ulang tahun ya?" tanyanya tanpa merasakan kecanggungan di antara Jennie dan Ayah. "Masa dia chat minta kado, pengen dibeliin Rolex."
KAMU SEDANG MEMBACA
COUSIN 2.0✓
Fanfiction[Spin-off COUSIN] Sekumpulan para bayi manusia yang saat kecil saja sudah mampu merusak rumah Nenek Buyut mereka. Semoga saja saat besar mereka tidak menghancurkan Dunia