49. Pain

838 79 5
                                    

Kevin melerai pelukan gue dan bantuin gue buat rebahin badan, yang gue liat ka dika ada di belakang pintu, nyender di dinding natap ke arah gue dan Kevin.

Gue senyum tipis natap ka dika, dia jalan mendekat ke gue, dan meluk gue, ka dika selalu tau kalo gue menyembunyikan luka dalam hati gue.

"Ka dika tau kamu kuat la, dan ka dika akan selalu ada di samping kamu, ka dika sayang kamu" Bisik Ka Dika dan gue ngangguk, ka dika lerai pelukan kita dan cium kening gue.

"Vin, tolong jagain bentar gue mau ambil obat ala" Ucap Ka Dika dan dia keluar dari kamar rawat gue.

"Iya dik" Balas Kevin dan ngangguk.

Gue baru inget kalo hari ini lagi datang bulan, gue mau ke toilet dan ganti pembalut.

"Vin, aku mau ke toilet" Ucap gue ke Kevin, dia ngangguk, dia bantuin gue buat berdiri dan anter gue ke toilet.

"Aku tunggu disini, kalo udah panggil aku ya?" Pesan Kevin dan gue ngangguk, dia keluar dari toilet nungguin gue di depan toilet.

Gue buka pintu toiletnya, Kevin langsung masuk dan rangkul gue buat balik lagi ke ranjang.

"Makasih ya vin" Gue senyum sambil ngelus wajahnya.

"Sama-sama sayang" Balas Kevin narik tangan gue dan di cium sama dia.

Kevin terus genggam tangan gue sambil sesekali nyium tangan gue, kalo aja kita ga berbeda, mungkin kita bisa bahagia sepenuhnya sekarang ya vin? Sayangnya terlalu ga mungkin kita bareng, aku ga bisa membiarkan kamu meninggalkan Tuhan kamu vin dan begitupun sebaliknya.

"Vin" Gue manggil kevin, dia senyum dan natap gue.

"Kamu bahagia ga?" Tanya gue ke Kevin, dia natap gue bingung.

"Maksudnya?" Kevin nanya balik ke gue.

"Kamu bahagia ga vin sama aku?" Tanya gue lagi, Kevin ngangguk pasti.

"Bahagia sayang, bahagia banget" Jawab Kevin dengan senyumnya, gue ngelus wajahnya, sial gue terlalu cinta ke dia.

"Tapi kamu harus cari bahagia yang lain vin, aku ga bisa selamanya sama kamu, ada jarak besar antara kita berdua, aku kalah vin, aku ga bisa ngelawan itu" Lirih gue ke Kevin, gue bangkit dari tidur gue dan cium kening Kevin.

Tanpa gue sadari air mata gue menetes ke wajah Kevin, cukup lama gue cium keningnya, sampai akhirnya gue menjauhkan diri gue dari Kevin.

"Maaf Kiara, maaf aku udah bawa kamu ke zona seperti ini, tapi aku ga mampu melepas kamu sekarang sayang, aku ga bisa" Kevin nangis dan masuk ke pelukan gue, Tuhan kenapa harus sesakit ini ?

"Aku marah sama diri aku sendiri Kiara, aku marah karena kenapa aku harus ditakdirkan se menyakitkan ini sama kamu, aku juga sama terluka nya, rasa takut kehilangan kamu begitu besar Kiara, aku takut, sangat takut, aku takut sama akhir yang ga bahagia antara kita, aku ga bisa Kiara, aku terlalu cinta kamu" Sambung Kevin dalam pelukan gue, dia nangis.

"Vin, gimana pun juga kita memaksa, akan sama aja vin, aku ga bisa membiarkan kamu meninggalkan Tuhan kamu, dan aku pun juga ga bisa" Lirih gue melerai pelukan dan megang kedua sisi pipi Kevin sambil ngusap air matanya.

"Kiara, aku mohon sama kamu, biarin ini berjalan seperti adanya ya sayang, jangan minta aku meninggalkan kamu, aku ga bisa sayang, ga bisa" Kevin berdiri, menarik gue masuk ke pelukannya.

"Sakit vin, sakit banget, kenapa harus kayak gini sih?" Lirih gue ke Kevin, dia diem aja dan terus ngelus kepala gue.

•••

"Sakit vin, sakit banget, kenapa harus kayak gini sih?" Lirih Kiara ke gue, sama Kiara kita sama, aku juga sama terluka nya kayak kamu.

Gue ga tau harus ngomong apa, luka yang Kiara rasain juga sama dengan apa yang gue rasain, membayangkan bagaimana gue harus melepas Kiara, itu kayak mimpi buruk yang gue alamin.

"Aku sayang kamu vin, tapi kenapa takdir sejahat ini sama kita" Sambung Kiara lagi, dia bahkan sekarang terisak dalam pelukan gue.

"Kenapa harus dipertemukan kalo akhirnya kita harus saling melepas vin" Gue lerai pelukan kita dan cium kening Kiara.

"Apapun itu akhirnya, aku ga peduli, kita bareng di masa sekarang, jangan khawatir soal kedepannya ya? Aku cinta kamu dan itu lebih dari cukup, sekarang kamu istirahat, jangan mikir yang aneh-aneh yang malah memperburuk kondisi kamu" Final gue, Kiara masih sakit, dia ga boleh mikirin hal-hal yang makin memperburuk kondisi dia.

"I love you, and that's enough" Gue bantuin dia buat tidur, sambil ngelus kepalanya, maaf sayang, aku udah membawa kamu ke zona seperti ini.

Dia terus natap gue, sampai akhirnya dia pejamin matanya buat tidur, i love you Kiara, it will never change.

"Maaf kalo aku egois sayang, aku terlalu cinta kamu" Lirih gue sambil cium kening Kiara yang udah tidur.

Gue ga bisa ngelepas Kiara, gue cuma bisa berharap Tuhan ngasih sedikit belas kasihan nya buat gue dan Kiara biar kita bisa bareng, walaupun terdengar ga mungkin, gue percaya ga ada yang mustahil.

Ga ada yang tau gue sebaik Kiara, dia penenang buat gue, dan gue selalu balik lagi ke dia, apapun keadaannya, bagaimana pun kondisinya, Kiara selalu menjadi rumah ternyaman buat gue.

Maaf chapter kali ini singkat ya bestie :)
Diri ini sedang galau, jadinya ya gitu
Maaf jg kalo ga kerasa feel nya ya!
Semoga kalian suka❤
Terima kasih juga untuk semua komentarnya, bahagia dan sehat selalu bestie❤🤗

In Another Life || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang