81. Decided

972 116 26
                                    

"Dokter, gimana ala dok? Ga koma lagi kan?" Pertanyaan konyol Dika, wajar saja dengan tangan yang bergetar hebat, Dika begitu takut hal buruk terjadi pada Kiara yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.

"Syukurlah tidak pak, hanya saja saya minta tolong jangan membuat Kiara banyak pikiran, dia baru saja kembali sadar setelah lama berjuang mencari kesadarannya, saya mohon jaga Kiara dan jauhi dia dari hal-hal yang sekiranya berpengaruh buruk pada kesehatan mentalnya" Jelas Dokter Rayensyah, Dika mengangguk kemudian masuk ke ruangan Kiara, masih terlihat jelas jejak air mata di wajah adik cantiknya ini.

"Kalo aja Ka Dika bisa puter waktu la, dari awal Ka Dika ga mau kamu terjebak sama kondisi menyakitkan seperti ini, mau kamu maju ataupun mundur, kamu tetap akan jatuh ke jurang menyakitkan sayang, Ka Dika ga berdaya la, Ka Dika ga tau harus apa" Dika menangis sambil menggenggam tangan Kiara, dia yakin adik kecilnya ini sangat terluka sekarang, rintangannya bukan hanya manusia, tapi juga Tuhan.

•••

Paginya Kiara dijaga oleh kedua orang tuanya, dia sedang makan sarapan pagi yang disuapi ibunya, namun ada yang berbeda, Kiara hanya diam dan tatapannya kosong sekarang, bahkan beberapa kali air mata mengalir jatuh.

Ibu Kiara tentu saja khawatir, putrinya hanya diam dan menangis sedari tadi, namun jika ditanyakan Kiara hanya menjawab tidak ada apa-apa. Kiara bukan pembohong ulung, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari orang tuanya, tapi sekarang Kiara bahkan tidak menatap orang tuanya.

"Bu, kalo ala udah bisa pulang, ala mau kuliah ya?" Pinta Kiara, Ibunya mengangguk dan mengelus lembut rambut Kiara yang sedikit berantakan.

"Ala mau kuliah di Paris bu, yah" Kiara menatap ayahnya yang diam dan terkejut mendengar penuturan putrinya.

"Kenapa di Paris sayang? Itu kan jauh banget, ala kan bisa kuliah di Indonesia" Ayah Kiara bertanya sambil menggenggam tangannya.

"Ala ga mau bayangan ala menyentuh Kevin yah. Ala ga mau jadi alasan hancurnya hubungan Ibu dan Anak, Ala ga mau buat Kevin mengkhianati Tuhan-nya cuma karena Ala, Ala ga mau menutup jalan Kevin untuk menemukan kebahagiaannya, dan Ala mau mencoba untuk mengikhlaskan semuanya yah, ala mau coba untuk mengikhlaskan Kevin pergi dari hidup ala" Kiara tertunduk, dan tentu saja air mata masih terus menghiasi wajah Kiara.

Ibu dan Ayahnya terdiam, menyadari bahwa begitu menyakitkan jalan cinta Kiara, dan ikut merasakan bagaimana hancurnya hati anak bungsu mereka.

Ibu Kiara tidak tahan melihat Kiara seperti itu, dia memeluk gadis kecilnya, dan ikut meneteskan air mata, ia sangat tau bagaimana dalam nya perasaan Kiara ke Kevin, dan betapa terluka nya Kiara yang dipaksa untuk melepas Kevin.

"Aku cinta kamu vin, tapi semakin aku mencintai kamu, semakin aku dipaksa untuk harus menjauhi kamu, maafin aku Kevin" Lirih Kiara dalam hati, luka itu tergores begitu dalam, bahkan Kiara tidak bisa mendeskripsikan betapa sakit hatinya sekarang.

"Cinta ga harus bersama kan vin? Aku rela melepaskan semua ini, demi kamu bahagia, walaupun pada akhirnya aku harus membunuh cintaku sendiri vin" Pengorbanan yang akan Kiara lakukan ini, Kiara harap akan membuat Kevin dan Mama Nia akan bahagia.

"Jangan sampai bayangan kamu menyentuh Kevin" Kalimat menyakitkan yang terus berputar-putar di otak Kiara.

Ibu Kiara melerai pelukan keduanya ketika mendengar ketukan pintu diruangan Kiara, dia menghapus jejak air mata di wajah putrinya, kemudian berjalan membuka pintu ruangan putrinya.

"Eh, Fajar  ternyata yuk masuk" Ajak Ibu Kiara, ternyata ada Fajar yang datang menjenguk Kiara, dia datang sebelum besok akan kembali lagi ke Bandung.

"Assalamualaikum Neng Ala geulis, apa kabar??" Seru Fajar riang, namun ekspresinya berubah melihat masih tersisa jejak air mata di wajah Kiara.

"Yah, kayaknya mereka butuh waktu berdua deh" Bisik Ibu Kiara, seakan paham, mereka berdua keluar meninggalkan Kiara dan juga Fajar.

"Jar, om sama tante titip ala sebentar ya ada perlu soalnya" Fajar mengangguk, kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah Kiara.

"Loh kok nangis? Kenapa la?" Fajar mengulurkan tangannya menghapus air mata Kiara.

"Jar, gue harus menjauh dari Kevin" Ucap Kiara, membuat Fajar terkejut.

"Hah?! Maksudnya apa sih neng?" Tanya Fajar, mungkin saja pendengarannya yang salah kan?

"Gue harus jar, sekalipun gue ga mau dan ga siap gue harus, ini semua biar Kevin bahagia, biar Kevin dan Mama Nia ga lagi berantem karena gue jar" Jelas Kiara, air matanya semakin deras sekarang, dia enggan menatap Fajar untuk sekarang.

"Gue sadar jar, gue dan Kevin sedari awal udah salah, sampai kapanpun gue memaksa akhirnya sama, gue dan Kevin akan dipaksa memilih antara Tuhan atau HambaNya" Fajar terdiam, ada rasa sakit dihatinya melihat Kiara menangis seperti sekarang, ternyata memang benar baik Kiara maupun Kevin, keduanya saling mencintai begitu dalam.

"Gue harus akhirin semua ini, meskipun gue tau ga ada yang harus diakhirin karena kita ga memulai semuanya seperti seharusnya, gue ga bisa jar membiarkan Kevin meninggalkan agamanya, orang tuanya, keluarganya, dan gue pun sama, gue juga ga bisa melakukan hal itu jar gue ga bisa" Kiara terisak, Fajar berdiri dan menariknya untuk masuk ke pelukannya, berharap hal ini bisa menenangkan Kiara.

"Mama Nia sendiri yang minta gue untuk jauhin Kevin jar, dan gue ga bisa melawan itu. Bahkan dunia pun udah ga lagi memberikan gue dan Kevin waktu, gue sayang jar sama dia, gue cinta tapi gue ga bisa sama dia, sakit rasanya jar, sakit banget" Kiara memukul dadanya sendiri, terlalu sesak rasanya, hal itu membuat Fajar mengeratkan pelukannya, bahkan Fajar pun ikut menangis sekarang, dia merasakan betapa sakitnya Kiara.

"Bayangan gue pun bahkan dilarang menyentuh Kevin jar, ga ada lagi kesempatan buat gue dan Kevin jar, ga ada"
Kiara merasa dunianya hancur sekarang, tidak ada lagi Kiara yang ceria, dia kehilangan semua bahagianya.

"Semakin gue cinta, semakin gue harus lepasin Kevin jar" Kiara mencurahkan semuanya ke Fajar, pria yang tanpa Kiara ketahui juga menyimpan perasaan kepadanya.

"Iya la, gue tau ini sakit buat lo. Tapi lo juga harus tau bahwa ini sama menyakitkannya buat Kevin, ya tapi mau gimana la? Jalan satu-satunya cuma lo atau Kevin yang mengalah, pada dasarnya hubungan kalian ga bisa dipaksain, gue tau la, sangat tau baik lo maupun Kevin ga mau saling melepas, cinta kalian begitu kuat, tapi cinta ga bisa melawan restu Tuhan la. Ga ada jalan lain selain berpisah atau bertahan tapi salah satu dari kalian harus ada yang kalah." Fajar melerai pelukan keduanya, menghapus air matanya dan Kiara.

"Lo maupun Kevin sama-sama terluka disini la, kalo kalian masih keras kepala ujungnya akan tetap sama, dua-duanya akan jatuh sakit sendiri la. Kalian mau maju ataupun mundur, sama jawabannya tetap akan ada luka disana. Gue ga berhak ikut campur, tapi gue harap lo bisa memutuskan mana jalan yang terbaik buat kalian" Pesan Fajar, dia terus menggenggam tangan Kiara, berusaha memberikan kekuatan pada gadis itu.

"Gue bakal tinggalin Kevin, gue harus meskipun gue ga mau, gue akan mengikhlaskan Kevin" Keputusan Kiara sudah bulat, meskipun hatinya terluka, dia tidak ingin hubungan Kevin dan Mama Nia hancur karena dirinya.

"Lo udah bicarain ini sama Kevin?" Tanya Fajar, dia menatap ragu pada Kiara.

"Ga jar, kalo gue ngomong sama Kevin, jawabannya akan tetap sama, dia akan menahan gue, dan itu hanya akan semakin menyakiti kita berdua" Jawab Kiara.

"Apanya yang menyakitkan?" Tanya seseorang yang baru saja masuk ke ruangan Kiara.

In Another Life || Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang