Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kenapa orang yang baru saja hadir di hidupku jauh lebih mengerti dan peduli dengan keadaanku di bandingkan kalian?”
---
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, tapi Jevon baru saja sampai di Pantai setelah sebelumnya selesai melakukan kegiatan rutinnya, yaitu les.
Sebelum memutuskan untuk pergi ke pantai, Jevon sudah menghubungi Jean untuk meminta ijin serta memastikan bahwa Mama dan Papanya benar-benar pergi untuk urusan bisnis selama 3 hari kedepan.
Saat ini Jevon sedang berjalan menyusuri pantai, matanya tak henti menatap kearah laut yang terlihat begitu indah dengan langit jingga sebagai pemanis.
Entah sejak kapan, Jevon selalu menjadikan Pantai sebagai tempat pelarian terbaik ketika dunia terasa begitu berat untuk ia jalani sendirian.
Bagi Jevon suara gemuruh ombak yang berisik berhasil memekakan pendengarannya dan hal itu membuatnya sejenak bebas dari bisingnya sorak ramai dunia.
Matanya tak henti menatap sekeliling pantai dengan seksama. Dan tanpa sengaja netranya menangkap ada seorang perempuan yang sedang terduduk dengan damai sambil menutup matanya, perempuan itu terlihat sedang menikmati hembusan angin yang menerbangkan rambut hitamnya.
Entah dorongan dari mana, saat ini Jevon berjalan mendekati perempuan itu, kemudian menyamankan diri dengan duduk tepat di sebelah perempuan itu.
Tapi sepertinya perempuan itu belum menyadari keberadaan Jevon di sebelahnya, karena perempuan itu masih setia menutup matanya sambil tersenyum kecil.
Jevon mengikuti apa yang di lakukan oleh perempuan itu, ternyata rasanya menyenangkan dan..... Damai.
"Anginnya sejuk banget ya" gumam Jevon yang membuat perempuan itu terkejut.
Jevon terkekeh pelan, "Kaget ya? Sorry"
Perempuan itu hanya mengangguk dan kembali mengalihkan pandangannya untuk menatap matahari yang hampir tenggelam.
Jevon mengulurkan tangannya, "Kenalin, nama gue Jevon" ucap Jevon dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
Perempuan itu hanya diam sambil melihat uluran tangan Jevon, lalu tersenyum dan menjabatnya, "Aku Rain" jawabnya.
"Nama lo unik"
"Haha iya"
"Lo suka ujan?"
Rain menggelengkan kepalanya, "Nggak, meski namaku bahasa inggris dari ujan. Nyatanya aku ga suka ujan" ucapnya.
"Kalo ujan turun, udara jadi lembab. Aku ga suka" sambung Rain saat melihat wajah Jevon yang kebingungan.