15. Tiket Emas

23 6 3
                                    

"Pendapatku tentang manusia?" 

Di suatu tempat, sesosok bertudung hitam sedang berdiri membelakangi beberapa sosok bertudung lain dengan warna yang sama.

"Menurutku apa yang mereka lakukan, merupakan suatu kesia-siaan." Sosok itu menggeleng pelan, menatap ke arah seorang pria yang sedang terikat sela-sela di tanpa kesadaran, bahkan tidak bernafas sekalipun.

"Mereka terlalu bangga dengan dirinya sendiri namun-" Ucapannya terhenti, dia melangkah dan mendekat ke arah telinga sosok yang terikat sebelum kemudian menebas perut, membuat darah bermuncratan dimana-mana.

Beberapa sosok di belakangnya pun terkena percikan darah tersebut, namun mereka tidak bergeming, tetap berlutut seolah tidak terjadi apa-apa.

"Mereka terlalu rapuh."

Tak sampai disana, dia segera mengeluarkan usus, empedu maupun seluruh isi perut dari pria tersebut. Sambil menggeleng pelan, dia membakar organ-organ tersebut, membuatnya menjadi abu.

Sosok itu kemudian melanjutkan dengan jantung, paru-paru dan seluruh organ lainnya hingga tulang belulang menyisakan kulit dari pria itu. Kulit tersebut kemudian dia gantungkan dan kembali menghela nafas.

"Saking rapuhnya, membuat mereka mengalami luka."  Sosok itu kemudian menatap kedua tangannya yang telah berlinang darah.

"Luka itu membuat mereka berduka." ucapnya sambil menatap kulit manusia yang telah dia gantung tersebut. Terlihat pula beberapa gantungan kulit manusia lain yang berada di tempat itu.

"Menderita, dan merasakan kebencian." lanjutnya.

"Namun, terdapat sebuah luka yang tak kunjung sembuh, membuat luka itu membusuk dan kita harus mencari obatnya." ucapnya lagi sambil menyentuh dadanya yang hanya terasa hampa.

"Hanya saja, seringkali obat yang ditemukan hanyalah racun yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, yang perlahan-lahan membuat luka ini menjadi sebuah tumor, hingga suatu hari meledak menjadi percikan daging." Bangkit dari posisi duduknya, sosok itu kemudian berbalik, menatap seluruh sosok bertudung yang masih berlutut di hadapannya.

"Lalu bagaimana pendapatku tentang kalian?" ucapnya, membuat para sosok bertudung itu berdiri dan segera membuka tudung yang menutupi wajah mereka.

"Aku merasa kasihan, kondisi manusia adalah sebuah penyakit." Sosok itu kemudian menatap wajah dari setiap orang di hadapannya, terlihat semuanya merupakan manusia dari beberapa kalangan usia, mulai dari anak-anakh ingga tua, pria maupun wanita.

Mereka hanya memiliki satu kesamaan, yaitu wajah tanpa ekspresi apapun, layaknya sebuah mesin.

"Untuk itu, aku memiliki obatnya."

***

"Fang, apakah kau yakin arahnya kesini?" Sementara itu, sebuah rombongan yang terdiri dari enam orang terlihat sedang berjalan menuju suatu tempat. 

"Ya, kalau tidak salah, dari petunjuk yang diberikan penjaga, tempat itu disini." ucap seorang pria berambut hitam di antara mereka. 

"Tapi Fang, mengapa harus ke undercity? apakah ada quest tersembunyi di tempat seperti ini?" gadis elf berambut emas bertanya, membuat keempat rekannya yang lain segera memandang pria berambut hitam itu dengan mata berbinar.

Tidak diragukan lagi, Fang seorang pria yang berhasil memporak-porandakan alteia land sebelumnya bisa dibilang merupakan orang yang sangat-sangat beruntung. Bagaimana tidak? dari pengumuman server yang sebelumnya telah di umumkan, dia telah berhasil menyelesaikan berbagai macam quest tersembunyi dan memperoleh berbagai macam item dan skill langkah nan kuat!

Bahkan, job dari ketua mereka saat ini, Arnold merupakan heritage job level B yang heritage fragmentnya dia dapatkan dari Fang sebelumnya.

"Namun, jika ini merupakan hidden quest, bukankah berarti quest ini akan sangat berbahaya?" Seorang gadis priest bertanya, membuat semangat tim tersebut memudar.

Alteia Land : The Bird CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang