07. Is' it?

42 6 4
                                    

Awan mendung memenuhi langit, suara petir sesekali terdengar tanda badai akan segera tiba. Seorang pria terlihat berdiri diam di depan sebuah rumah, menatap ke arah kedua pria yang saat ini masuk ke dalam rumah.

"Dibandingkan mereka berdua aku ..." Mengepalkan tangannya keras, Joko hanya bisa menghela nafas berat.

Dia kemudian menatap ke arah pedesaan dihadapannya, merenung  tak tahu harus melakukan apa.

Tak ..., Tak ..., Tak ....

Suara langkah kaki yang berat terdengar, membuatnya mengerutkan alis. Dia kemudian menatap ke arah seorang pria dengan sebuah bingkisan kain di tangannya yang segera melempar isi bingkisan tersebut tepat dihadapannya.

Bau amis yang berat tercium dari balik bingkisan tersebut, membuat Joko menatap pria yang saat ini tersenyum ke arahnya dengan alis yang mengerut.

Dengan hati-hati, dia membuka bingkisan tersebut dan segera membelalakkan mata ketika melihat apa yang ada di dalamnya.

Sebuah kepala dari seorang wanita, dengan mata yang telah di congkel dari tempatnya, membuat dunia Joko seakan berhenti.

"Wulan ...."

Nafasnya menjadi tak teratur, tangannya mengepal dengan keras dan segera menatap pria dihadapannya dengan air mata dan tatapan penuh nafsu membunuh.

"AHHHHH!!! KAU!!! APA YANG KAU LAKUKAN !?"

Dengan amarah yang berapi-api, dia segera berlari ke arah pria itu, yang hanya dengan santai menebaskan pedang di tangannya. Sebuah tebasan berwarna merah darah seketika tercipta, membelah tubuh Joko menjadi dua.

Pria itu kemudian menatap ke satu arah, tepatnya pada seorang pria berambut hitam yang saat ini baru keluar dari rumah, menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hoh ..., Akhirnya kita bisa bertemu Reyhan, tidak, FANG!"

Reyhan di sisi lain menatap tubuh Joko yang telah terbelah menjadi dua bagian. Sebelum beralih kembali ke arah pria yang saat ini menatapnya dengan seringaian. Samir di sisi lain merasa syok dengan kematian temannya itu, dia akan segera menerjang ke arah pria itu namun, Reyhan tiba-tiba menghentikannya.

"Jangan gegabah, aku juga marah atas apa yang terjadi pada Joko namun, seperti yang kita lihat sebelumnya dia memiliki senjata yang tidak biasa." Reyhan kemudian menatap pedang yang berada di tangan pria itu, mencoba menganalisis apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Ya, jika itu Reyhan yang sebelumnya, dia akan lansung menerjang ke arah pria itu dan menyerangnya dengan membabi buta. Kematian sahabatnya Rendy, serta kematian Irena yang begitu tragis membuat pola pikirnya berubah. Hati dan emosinya telah lama mati, membuatnya hidup bagaikan mesin yang hanya berpikir secara logis tanpa menggunakan perasaan sama sekali.

"Dez The Sun Vampire ..., kah?" Reyhan mengerutkan keningnya ketika melihat sosok pria itu, sosok yang seharusnya hanya ada di dalam game kini berada tepat di depan matanya.

"Hoh ..., jadi kau mengenaliku dalam wujud ini? seperti yang diharapkan dari ketua guild Darkness Horizon." Dez terlihat menyeringai dan sekali lagi berniat untuk melakukan tebasan.

Reyhan yang melihat hal itu segera bereaksi, dia melihat sekeliling dan dengan cepat menganalisis medan yang ada di hadapannya sebelum kemudian menghindari tebasan pedang yang segera membelah rumah di belakangnya menjadi dua bagian.

"Widya!" Samir disisi lain terlihat khawatir, putrinya masih ada di dalam rumah namun kekhawatirannya itu menghilang ketika melihat Widya yang masih aman dan selamat di dalam V-Gear.

Reyhan disisi lain melihat ke arah Dez sekali lagi, menatapnya dengan tatapan tajam.

'Apa yang sebenarnya terjadi?' Pikirnya.

Alteia Land : The Bird CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang