Disuatu ruangan, terlihat seorang pria berambut hitam sedang duduk bersandar di balik jeruji besi, dengan wajah yang lebih buruk dari sebelumnya.
Beberapa luka lebam baru terlihat mengisi sekujur tubuhnya, namun dia hanya duduk diam, sambil merenungi apa yang sebelumnya telah dia lakukan.
"Hah ..." Sementara itu, rekan se-selnya hanya bisa menghela nafas melihat hal itu.
Meskipun dia tidak begitu menyukai sifat tertutup yang dimiliki oleh pria berambut hitam tersebut, namun dia disisi lain entah mengapa merasa iba padanya.
"Bagaimana jika kita memasukkannya dalam rencana kita?" Pria kekar kemudian memandangi pria bertato yang berada tepat di sel sebelahnya, membuatnya mengerutkan alis.
"Apakah kau sudah gila? rencana kita ini sudah kita susun selama bertahun-tahun !? Aku tidak ingin mengambil resiko dengan menempatkan orang tak dikenal itu." Pria bertato segera menolak ide dari sang pria kekar, membuatnya berusaha untuk membujuk dan meyakinkan pria bertato tersebut.
"Tapi bukankah kita masih kekurangan orang? ayolah, aku yakin dia bisa berguna."
Mendengar rekannya tersebut, sang pria bertato hanya menghela nafas, dia kemudian menatap pria berambut hitam tersebut, yang segera menyadari tatapannya dan malah menatapnya balik dengan tatapan tajam.
Hal itu entah mengapa membuatnya bergidik ngeri, dan segera membuang pandangannya sebelum menatap kembali pria kekar di hadapannya.
"Apakah kau yakin ingin memasukkannya ke dalam rencana? Kita hanya memiliki satu kesempatan untuk bisa kabur dari tempat busuk ini kau tahu?"
Sang pria kekar yang mendengar hal itu mengangguk, membuat rekannya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Hah ..., Terserah kau saja, aku harap dia tidak membuat masalah." Setelah mengatakan itu, pria bertato mulai menjauh, membiarkan sang pria kekar mendekati Reyhan yang kini menatapnya dengan tajam.
"Wo.. wo .., apa-apaan tatapan itu nak, apakah ibumu tak pernah mengajarimu untuk menatap orang yang lebih tua dengan hormat?"
Mendengar hal itu, tatapan Reyhan tetaplah tajam, membuat sang pria kekar hanya bisa menggaruk kepalanya dengan canggung.
"Hah ..., baiklah kalau begitu lansung saja. Aku dan rekanku berencana untuk keluar dari tempat ini, dan kami sedang kekurangan orang jadi ..., mau ikut?"
Reyhan yang mendengar hal itu mengerutkan alis, namun hal itu tak berlangsung lama sebelum tatapannya kembali tajam.
"Hei tolonglah, jika kau tidak ingin ikut, setidaknya jangan tatap aku dengan tatapan itu." Melihat tatapan Reyhan, nyali pria kekar itu menciut.
Dia sudah melihat bagaimana pria dihadapannya ini dapat mematahkan tongkat besi sipir dengan begitu mudah. Dia mungkin juga bisa melakukannya tapi, tidak mungkin dia bisa melakukannya semudah itu.
Menghela nafas pria kekar itu segera berbalik, tak ingin menatap mata tajam dari pria berambut hitam itu.
"Setelah bebas, kemana kalian ingin pergi?"
Kalimat yang keluar dari mulut Reyhan membuat pria kekar itu berbalik, dan menatap ke arah Reyhan yang kini masih menatapnya dengan tajam, namun tekanan dari tatapan itu entah mengapa sedikit berkurang dari sebelumnya.
"Aku ingin menemui istri dan anakku, sementara rekanku ingin menemui kekasihnya yang telah dia janji akan nikahi, sudah begitu lama kami tak bertemu dengan mereka. " ucapnya sambil tersenyum tipis, membuat Reyhan menaikkan sebelah alis.
"Apakah mereka tak pernah datang berkunjung?"
"Sipir penjara ini begitu ketat kau tahu? Mereka bahkan memblokir surat yang masuk dari luar. Aku sendiri cukup bingung bagaimana kau bisa mendapatkan tamu kunjungan kemarin." ucap sang pria kekar sambil tersenyum pahit dan kini menatap Reyhan yang hanya terdiam mendengar hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/266790285-288-k900265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alteia Land : The Bird Cage
FantastikBook 2 dari series Alteia Land. [Warning!! Sebelum membaca bagian Sinopsis, ada baiknya jika membaca Alteia Land : The Fallen Hero's Revenge terlebih dahulu, guna menghindari spoiler.] Sudah? Ok Lanjut! Alteia Land, sebuah maha karya game yang telah...