OSPEK, Kota Baru, dan Kakak Penyakitan

1.3K 60 11
                                    

Here we go. Sudah tiga hari ini, dan hari ini hari terakhir OSPEK di laksanakan. Iha dan Misscha sangat menikmati masa masa OSPEK. Eh salah mungkin Iha yang lebih menikmati. Kecengan kakak kakak ganteng pembina MOS-nya bertebaran di mana mana. Telinga Misscha seakan sesak setiap hari Iha berceloteh tentang kecengannya tiga hari ini. Entah menguap kemana sifat keponya berhari hari lalu yng selalu menodong Misscha dengan pertanyaan pertanyaan tentang Kak Aan. 

"Gue kira loe suka sama kak Aan?!" Tanya Misscha polos.
"Ah loe kayak nggak tau gue aja, kalo ada yang keceh mah cuci mata dikit nggak apa apa. Lagian juga single free dong" jawab Iha bangga.
"Awas aja kalo sampai jadi pacarnya kak Aan tapi koe masih jelalatan gue culek mata loe" ancam Misscha dengan jari telunjuk mengarah ke mata Iha.
"Loe berharap gue jadi kakak ipar loe?" Goda Iha.
"Idiiih, ogah, tapi kalau kak Aan milih loe gue bisa apa?"
"Loe bener, cowok emang menang milih" ucap Iha lirih.
"Dan inget cewek menang nolak! Hahaha" Misscha ketawa setan. Tapi raut mukanya berubah mendung. 'Menang nolak? Ah gue baru inget kalo kehadirab gue juga pernah ditolak, dan itu sakit gue ga mau nyakitin orang' batinnya.
"Kepana loe? Habis ketawa langsung mencep gitu" tanya Oha masih sibuk dengan hapenya.
"Eh, emmm nggak sih gue kangen Nana, lama banget kayaknya nggak denger suara tajemnya"
"Jangan bikin melow dong, ah gue juga kangen. Eh muter muter aja nyok, mumpung besok udah nggak OSPEK" tawar Iha.
"Setuju, ide bagus tuh!"

Setelah kalimat persetujuan muncul dari mulut Misscha. Mereka pun cus untuk putar putar keliling sekitar kost. Tentu saja naik sepeda. Ya karena sudah persetujuan Ummi dan Misscha, kata Ummi tingkat kecelakaan tinggi, ga usah pakek motor!. Dan mau nggak mau Iha harus sama kayak Misscha biar adil katanya. Iya adil buat Misscha. Buat Iha? Who knows.

Keraton Surakarta, udah. Pasar Klewer, udah. Sekarang tinggal muter muter aja goes goes, sekalian pulang ke kost.
"Cha kayaknya nggak nyampe deh kalo magriban di kost. Cari masjid dulu aja deh!"

"Iya nih, bentar lagi udah azdan" kata Misscha sambil celingak clinguk ke atas langit mencari menara masjid yang tampak. "Itu tuh ada masjid. Lest go!" Tunjuk Misscha dan langsung cus mengayuh sepedanya.

Sampailah mereka pada Masjid di pinggir jalan. berkubah besar membuat masjid ini semakin megah. "Alhamdullilllah, masjid sebesar ini dan jamaahnya sebanyak ini" syukur Misscha melihat parkiran sekelilingnya yang lumayang penuh dengan mobil.

"Tunggu apa lagi? nunggu tuh iler netes dari mulut Loe?, mingkem gih!" sindir Iha sambil terkekeh. lalu berjalan menuju tempat wudhu

"Mulut Loe pedes. Gue jamin bakalan keluar asep ntar kalo kena air wudhu" balas Misscha sambil menjulurkan lidah dan terkekeh dengan penuh kemenangan lalu berlari mendahului Iha.

'sepedes pedesnya mulut gue, selalu kalah kalo mau debat sama Loe, Cha. Sial' batin Iha sebal. lalu melanjutkan langkahnya. mereka berwudhu. Misscha yang tadi mengawali dengan acara pipis sebelum wudhu sudah tertinggal oleh Iha yang beberapa menit sudah menungggunya di depan tempat wudhu. "lama deh" tegur Iha. Misscha langsung memonyongkan bibirnya membentuk kerucut dengan desahan muuuach- nya bermaksud agar Iha tidak ngambek lagi. tapi gagal.

"Iha tungguin dong, aduh ini mukena juga susah banget di ambil sih" gerutu Misscha sebal sambil menarik narik mukena dari dalam tasnya. bruuk!! Merasa tubuhnya bersentuhan dengan seseorang, Misscha mendongak. Dia kesal. Lengan kaos yang di tariknya sampai siku belum sempat dia kembalikan, dan sekarang seseorang menubruknya. Laki Laki dan wudhunya positif batal. 

Misscha mendongak, sudah siap untuk protes."...." Misscha mengedip ngedipkan matanya. 'Kakak ini lagi, dan ... mimisan lagi!' dia speechless. Lawan bicaranya kali ini pun sama, saking shoknya. Fathir mimisan lagi. seperti biasa. 

"Maaf, gara gara saya wudhu kamu batal" ucapnya masih dengan hidung yang meler darah. Lalu menyekanya dengan tisu "lebih baik kamu wudhu lagi, nanti selesai shalat tunggu saya di tempat ini lagi!" kalimat itu seperti perintah bagi Misscha. Dan lain lagi bagi Fathir susah payah dia mengeluarkan kalimat itu. Lalu Fathir berlalu ke tempat wudhu laki laki. Begitu juga dengan Misscha.

"batal wudhu loe? berapa kali ambil wudhu kok lama?"

"iya tadi nggak sengaja ketubruk orang" jelas Misscha setelah di samping Iha, memakai mukena, menggelar sajadah dan duduk mendengarkan pujian. Untung sebelah Iha masih kosong. Tidak sulit untuk menemukan Iha. Mukena dengan motif daun mapple. coklat, kuning keemasan. Mungkin hanya dia yang memakainya di kota ini. 

------

"Kok malah duduk, Cha?"

"Nasiha Kumaira, sabar ya bentarr aja gue ada janji" pinta Misscha sambil mengatupkan tangannya memohon, dan cengiran bibirnya. Misscha juga bingung kenapa dia nurut aja sama perintah orang tadi.

"Janji sama?"

"Kakak Penyakitan, eem maksud Gue.. itu lho kakak yang waktu itu jadi narasumber" Iha yng mengerti mulai manggut manggut dengan mulut membentuk huruf o.
"Ehem..."deheman seseorang terdengar."... mana suami kamu?" Jleb pertanyaan itu terlontar tapi ada rasa nyeri di dada Fathir.

Sebaliknya Misscha malah meledakkan tawanya. "Wahahaha, kakak masih inget aja rencana masa depan aku" katamMisscha setelah tawanya reda.
"iya rencana tp belum di ACC sama Allah kak" sambar Iha.
"Ini saluran dari mana nyamber aja" tuhkan pedes banget omongannya. Gitu kok omongan  gue yang dikira pedes. Dasar Misscha. Gerutu Iha dalam hati.

"Iya kak bener apa kta Iha. Aku nggak jadi nikah ga ada calonnya. Hehe" jawaban Misscha membuat Fathir menoleh. Fathir rasa darah dari hidungnya sudah mengalir.
"Kakak, mimisan lagi!"
Tuh kan bener, mungkin gue bener bener suka sama si ABG ini. Batin Fathir. "Nggak papa ini udah biasa kok. Oke sebelum darah saya membanjir, tulis alamat rumah kamu di hape aku ya" perintah Fathir sambil menyerahkan ponselnya. dan menyeka darahnya.

Tanpa babibu lagi Misscha menulisnya. Kasihan kalau sampai mimisannya nggak segera di obati.

"Cha, gue tadi berasa patung bagong kaya yang di depan kost deh" bisik Iha setelah Fathir pergi.
"Wahahahah, maaf ya Nasiha Kumaira. Udah ah ayok pulang ini udah malem"

rindu ini terobati

saat scenario mempertemukan lagi

rindu ini terobati 

setelah sekian waktu berhembus 

bak angin yang kehilangan arah

rindu ini

tentangmu, senyummu, segalanya.

------

Yey apdet lagi. Sampai sampai aku abaikan yang sekejab beda haha thanks yang udah baca ^--^

SCENARIO WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang