Home Sweet Home

1K 52 4
                                    

"Assalamualaikum..." ucapnya dan tanpa pikir panjang langsung membuka pintu rumahnya. "...Abuya, Ummi, Abang?" Tasnya terlepas dari pegangan tangannya, jatuh dan menimbulkan suara bedebam.

Masih dengan ekspresi ternganganya Misscha mengerjap. Mengabsen yang sedang berada di ruang tamu -Abuya, Ummi dan Abangnya dan... Kakak penyakitan. Batin Misscha.
"Waalaikumsalam wr wb Cha. Oke karena kamu sudah datang...."
"Wait.. wait.. Ummi.."Misscha menyela kalimat Umminya. "Karena Misscha udah datang? Apa maksudnya ini Ummi, terus kakak?" Pandanganya beralih pada Fathir dan lagi lagi cairan merah mengalir dari hidung Fathir. Ini timingnya nggak pas banget sih! Gerutu Fathir dalam hati.

"Maaf, bu izinkan saya ke toilet sebentar"
"Oh silahkan, nak" Ummi Misscha mempersilahkan.
"Ummi ini ada apa? Kenapa kakak itu bisa ada di sini?" Sepeninggal Fathir Misscha duduk di sebelah Umminya.
"Kamu kenal cha?" Tanya Aan.
"Iya kenal bang, dulu dia jadi narasumber di sosialisasi PTN" jawab Misscha jujur.
"Dia temen abang. Dulu waktu kuliah. Udah sukses sekarang'' 'Apa? Temenny abang? Kok perasaan gue nggak enak ya?'

"Sudah simpan kagetmu nanti saja. Biarkan Fathir menjelaskannya" tengah sang Ayah
____

"Baiklah nak Fathir, silahkan" setelah Fathir duduk Ayah Misscha mempersilahkan.
"Sebenarnya saya sudah mengutarakan semuanya kepada Ayah kamu Cha. Tapi Ayahmu memintaku untuk bicara langsung padamu" Fathir berhenti sejanak. Aan sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini cuma sebagai penonton yang tenang. Sedangkan Misscha? Jangan ditanya, dia bingung tapi entah mengapa dadanya dag dig dug.
"Cha, aku bukan lagi seorang cowok yang harus merayu kamu mengajakmu pacaran dan mengumbar kemesraan. Aku seorang lelaki jadi aku putuskan untuk langsung mendatangi orang tuamu. Dan kamu. Bagiku perempuan bukan untuk di rusak dengan cara seperti itu. Tapi di muliakan dengan memintanya menjadi seorang istri"

Cetarrrr berasa ada petir yang menyambar hati Misscha. 'Apa apaan ini dia ngerayu gue apa ngelamar gue? Tunggu .. di depan keluarga gue? KELUARGA GUE!! Kyaaa maluuuu' bisa di jamin wajah Misscha sekarang sudah berubah ronanya. Dan dia speechless. Mau ngomong apa coba?
"Oooh jadi temen lama gue ini mau jadi calon adek ipar gue to. I see i see.." celetuk Aan menggoda sambil manggut manggut. ".. gimana Cha?"

"Eh anu kak.. beri saya waktu 1 hari saja"

"Dengan senang hati..." duuh manisnya ni ABG labil. Eh Astaghfirullah."..oh iya sebenernya saya menikah juga untuk menyembuhkan kelainan saya..."

"Kelainan? Bagaimana bisa kau melamar putriku dengan kelainanmu itu?!" Sontak ayah Misscha menyela.

"Maaf, Pak. Izinkan saya menjelaskan terlebih dahulu. Sebenarnya saya mempunyai kelainan yang sangat aneh. Saya akan mimisan ketika saya shock terlebih bertemu dengan seseorang yang saya suka. Bapak sudah melihatnya kan saat Cha datang tadi. Saat saya pertama kali bertemu dengan Cha saya juga mengalami hal yang sama. Lalu psikolog saya menyarankan untuk selalu bertemu dengan orang yang saya suka. Tapi saya tidak suka hal hal yang mendekati zina. Maka dari itu saya putuskan untuk meminang anak bapak" jelas Fathir meyakinkan. Misscha masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Gimana mau nikah kalau dia ngeliat gue aja mimisan. Idiih gimana mau nananina coba. Eeh eeh apa apaan aku ini. Pikiran macam apa ini? Ini pasti gara gara deket deket sama Iha jadi mesum. Astaghfirullah. Cepat cepat Misscha beristighfar.

"Jadi begitu. Maafkan bapak tidak mendengarkanmu terlebih dulu. Baiklah semua terserah Misscha. Untuk hari ini cukup sampai di sini. Misscha bisa istirahat di kamarmu kamu pasti lelah"

Nggak cuma lelah Abuyaaa Cha juga shok. terak Misscha dalam hati dan bergegas pergi.
-----
"Wuih nikah duluan dong loe. Ah gue kapan coba?" Ucap Aan dengan nada frustasi.
"Nikah duluan gimana? Diterima apa nggak aja gue belum tau. Bujukin gih adek loe" ucap Fathir cengengesan.
"Heeey sory ye keluarga gue demokrasi keles" tolak Aan dengan nada yang nggak banget kalo sampai kedengeran para cewek haha.
"Idiih alay loe!" Fathir bergidik ngeri.
"Ngak usah macem macem. Nggak gue restuin lho mati kutu! Eh tapi kok loe bisa suka sama adek gue sih?" Tanya Aan dan sekarang sudah duduk di sebelah Fathir merapatkan badan.
"Syuh syuh, jikjay gue loe mepet mepet kayak gini! Ya mana gue tahu si Misscha itu adek loe. Pas pertama ketemu gue langsung mimisan. Loe tahukan sejak dulu kelainan gue gimana?"

"Nggak penting sih sebenernya cerita loe haha, yang penting seenggaknya gue tau loe sayang sama adek gue. Kalo dia nerima loe, jaga dia!" Nadanya yang semula guyon menjadi serius.

"Gue jadi merinding dengerin loe nasehatin gue, santai gue tanggung jawab kok" jawab Fathir meyakinkan. 
--------

"Ya Allah, ighfirly. Kenapa saat seperti ini, sudah ada yang datang dan bersedia menanggung dosa gue, gue malah nggak siap?" Keluhnya seorang diri.
"Kok jadi ngeri ya kalo mbayangin nikah? Aaaaakk kayaknya gue harus istiqoroh nih. Lagian kok gue tadi mintanya cuma satu hari sih. Aduuuh" lanjutnya frustasi dan menyenbunyikan mukanya di bawah bantal.
Tok tok tok. Pintu di ketok tiga kali. Si empunya kamar langsung melejit membukakan pintu.
"Ada apa bang?"tanyanya setelah muka Aan lah yang menyembul di balik pintu.
"Abang mau nanya, kamu beneran mau nikah? Kamu nggak nungguin abang dulu? Sebenernya abang maunya abang dulu yang nikah trus baru kamu, biar nanti kalo abang punya anak dan kamu juga punya anak umurnya nggak tuaan anak kamu. Hehe tapi kalau kamu emang udah siap ya nggak apa apa sih, dek"

"Udah? Widih panjang banget, bang. Alibi apaan itu? Biar Cha istiqarah dulu bang. Oh iya bilangin sama temen abang itu, Cha minta waktu tambahan jadi tiga hari" perintah Misscha pada kakaknya. Aan menghela nafas panjang, lega.

"Oke sip. Semoga yang terbaik. Sini peluk!"Aan sudah membuka tangan. Tapi Misscha malah segera menutup pintu kamar.
"Heeey adek durhaka kamu ya!!" Teriak Aan sambil menggedor gedor pintu kamar.

"Bodo amat, durhaka gini juga tadi minta peluk. Apaan emang Cha anak kecil maen peluk peluk aja. Idihh sono cepetan cari calon!" Ledek Misscha dari dalam kamar sambil tertawa kecil.

"Kenape loe, kok kayak keturunan bar bar, gedor gedor pintu gitu?" Tanya Fathir heran dengan kelakuan Aan.

"Sama resenya! Udah lupain. Oh iya tadi kata adek gue, dia minta pertambahan waktu jadi tiga hari. Loe kapan balik ke rumah?"

"Ooh, em mungkin besok." Ada nada kecewa terberit di kalimt Fathir.

"Sekalian nebeng ya, gue mu nganterin adek gue. Soalnya kalo ntar cuma loe berdua sama adek gue, gue nggak jamin adek gue bakalan selamet" goda Aan dengan selengeannya.

"Sialan!" Gerutu Fathir.
------
Aku tak ingin lebih,
Cukup kita yang tahu
Aku dan imamku kelak
Kita...
Oh ada satulagi , Sang Maha Tahu
Dn aku tidak keberatan dengan ini,
Cinta segitiga Aku, calon imamku dan tentu Tuhanku
Sang Arsitek terhebat, Sang Penulis Scenario terrumit.
Ini sudah lebih
FitrahMu

Ya cinta adalah fitrahMu
------
To: Nasiha Kumaira

Iha, gue bsok minggu sore balik ke kost loe nebeng nggak? Gue di anter abang.

Send

Misscha menarik nafas panjang. Bisakah alur hidup gue ini di skip? Kayak video drama korea yang selalu gue skip saat gue tonton. Hueee ini berat ternyata memutuskannya saja membingungkan. Itu suara hatinya.

Ddddrrrrtttt

From: 085665xxxxxx

Maaf Cha

"He? Sapa nih, Emang lebaran maaf maaf-an? Hahaha abaikan, kalo penting juga nelpon" monolog Misscha.

Ddddrrrrttt

From: Nasiha Kumaira

Oke bsk pg gue k rmh loe sekalian. Terbaik muah

-------

Apalah apalah sudah lama sekali hoho baru apdet entahlah semoga suka hehe. Makasih yang udah mau baca yaa big hug gaes

SCENARIO WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang