"Kak, kenapa kakak memilihku?" Misscha membuka pertanyaan saat mereka duduk berdua di bangku yang menghadap ke pemandangan lampu lampu kota. Memang terlihat indah jika di lihat dari puncak seperti ini.
"Aku memilihmu karena, sejak pertemuan pertama kali di sekolahmu aku mimisan" jawab Fathir santai.
"Hanya itu?" Misscha mengerutkan dahi.
"Itu cukup membuatku gila, mencari tentangmu hingga kita di pertemukan kembali di masjid saat shalat maghrib" jelas Fathir.
"Lalu kenapa saat bertemu di butik kakak tidak mimisan lagi sampai sekarang?" Pertanyaan yang selalu ingin di tanyakan Misscha karena takut jika Fathir tidak mencintainya lagi.
"Dua tahun terakhir aku mengikuti terapi" kini kepalanya diletakkan di pangkuan Misscha.
"Oh" jawab Misscha lega.
"Lalu kenapa kamu menolaku saat itu? Padahal kamu bilang kamu ingin nikah muda"
"Karena waktu itu kakak terlalu tua. Hehehe" jawab Misscha sambil membelai rambut Fathir
"Jawaban macam apa itu. Aku yakin bukan itu alasanmu, Cha. Aku memang tua tapi pesonaku tidak kalah dengan mantanmu" papar Fathit menatap manik mata Misscha saat mengucap kata MANTAN.
"Itu masa lalu, masa depanku sekarang bersamamu kak"
"Jadi? Katakan apa yang membuatmu menolakku?" Desan Fathir.
"Aku juga mengikuti terapi saat itu kak"
"Terapi?" Tanya Fathir heran. Posisinya sudah duduk menghadap Misscha meminta penjelasan.
"Saat itu aku di mintai sebagai subyek yang di teliti oleh para mahasiswa tingkat akhir. Penelitian itu tentang penyakit yang di derita perempuan. Ternyata aku menderita toksoplasma. Belum parah, maka dari itu aku mengikuti terapi untuk membersihkan virus yang menyerangku. Aku takut jika menerimamu waktu itu. Mungkin ini memang sudah rencanaNya, scenarioNya"
"Seharusnya kau menerimaku agar aku dapat membantumu, meringankan bebanmu"
"Justru bahaya jika aku menerimamu, Kak. Hahaha"
"Haih baiklah, lalu kenapa kata Buya kamu menolak semua orang yang meminangmu setelah aku, apa juga dengan alasan yang sama?"
"Jika alasannya sama, aku tidak menikah denganmu kak, karena setaahun kemudian aku sudah sembuh"
"Lalu?"
"Karena aku sayang kamu" cup kecupan hangat mendarat di pipi Fathir.
"Yang lain, kamu nggak kreatif. Itu kan jargon pasaran" protes Fathir. Padahal hatinya sudah berbunga bunga.
"Eem apa ya?" Misscha berekspresi seolah olahsedang berfikir keras.
"Ah kamu lama mikirnya. I love you too" ucap Fathir mencium tangan Misscha.
"Hiks hiks..." Misscha akting sedang menangis.
"Kamu kenapa terharu ya?" Tanya Fathir panik.
"Enggak kak, aku nggak tau artinya" acting tetap berlanjut. Lalu Misscha terkekeh. Fathir mencebik bibir.
"Idih gitu aja ngambek, kakak mah gitu. Sini peluk?" Misscha membentangkan tangannya. Fathirpun membalas pelukan dengan hangat.
"Seperti ini saja aku bahagia. Aku kira kamu itu pemalu tapi ternyata..." belum sempat di ucapkan Misscha sudah mecubit perut Fathir. "...ternyata kamu agresif. Tapi aku suka kamu terbuka sama aku. Itu artinyakan kamu nyaman" lanjut Fathir.
"Sejak kapan pelukan bisa semenenangkan ini, kak?" Tanya Misscha
"Sejak negara api menyerang, mungkin" jawab Fathir asal. Semakin mengeratkan pelukan.
"Deng doott. Jawaban kakak salah. Yang bener sejak ijab qobul di ucapkan" ucap Misscha selengekan.
"Ah bisa aja kamu. Aku bersyukur di pilihkan yang sepertimu. Di pertemukan dengan penjual pesona" ucap Fathir jujur.
"Penjual pesona?" Tanya Misscha. Sekarang pelukan mereka sudah terlepas. Misscha menatap manik mata Fathir dalam. Begitu pun sebaliknya.
"Permisi, ini pesanannya ikan bakar dan jeruk angetnya" itu suara pelayan yang mengantarkan pesanan mereka. Membuyarkan semuanya.
Misscha dan Fathir tertawa bersama menyadari kekonyolan mereka. "Terima kasih" ucap Fathir pada pelayan yang bingung melihat tingkah mereka.
See. Canggungnya hanya bersifat sementara. Tapi setelah itu gilanya bisa berkelanjutan.
END
--------
Hehehe sengaja aplot dua hari ini. Ini end ya. Tunggu cerita lainnya. Terima kasih semuanya semangatku itu dari kalian. Maaf kalo singkat. Big hug
©cho~
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENARIO WAKTU
RomanceDelapan belas tahun. Sebentar lagi akan lulus dari seragam putih abu abunya. Gadis modern akan tetapi mempunyai satu pemikiran primitif. Meskipun orang tuanya memaksa Dia lebih keras kepala. Orang tuanya memaksa dia untuk melanjutkan ke perguruan t...