Hari Ini!

989 58 6
                                    

Misscha masih diam termangu menunduk di hadapan tamu di depannya. Dia masih sibuk dengan pikirannya. 'ngapain mereka kesini? Trus bapak itu siapa? Jangan jangan mau ngundang aku ke nikahannya secara resmi. Ya Jabar berat banget hidup ini'

Di hadapannya sudah ada Fathir, seorang perempuan yang di kenalnya bernama Rika saat di butik tadi, juga seorang laki laki yang mungkin itu ayah Fathir.

"sudah sejak tiga tahun lalu nak Fathir, dan alhamdulillah hari ini bisa mengunjungi rumah kami lagi" sapa Abuya pada Fathir.

"Iya, Pak. Dan hari ini saya mengajak keluarga saya. Ini Bapak saya, dan ini..."

"Cha bantuin Ummi nak!" Belum sempat Fathir melanjutkan teriakan Arni yang di duga dari arah dapur memotong kalimat Fathir. Misscha pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju dapur. "...ehem dan ini ibu saya" lanjut Fathir.

"Wah senang sekali, bisa bertemu dengan kedua orang tua Fathir" sapa Ayah Misscha pada tamunya. "Oh iya ngomong ngomong ini pasti tidak hanya bertamu kan?" Canda Ayah Misscha pada kedua orang tua Fathir.

"Ah, bapak benar sekali..." ayah Fathir angkat bicara. "... kami mengantar anak kami dengan tujuan untuk melamar anak bapak. Mungkin ini untuk yang kedua kalinya, karena anak saya mungkin sudah terlanjur jatuh pada anak bapak" lanjut Ayah Fathir,sambil melirik Fathir.

'apa apaan bapak sama ibu, sama aja sukanya godain gue, nggak tau apa anaknya demam panggung!" Fathir mencibir dalam hati.

"Ah, bapak bisa aja. Jangankan anak bapak, semenjak Fathir melamar untuk yang pertama kali dan di tolak sama Misscha, si Misscha sampai sekarang nggak pernah ada yang lamarannya di terima. Entah kenapa saya juga tidak tahu" jelas Ayah missch pnjang lebar.
'nggak pernah ada yang di terima? Jangan jangan sejarah bakalan ke ulang ke gue. Ya Allah positiv thinking!' Fathir mensugesti dirinya sendiri.

"Kalau di terima, pernikahan akan saya laksankan sekarang juga, ya kan nak Fathir? Bukankah niat baik harus segera di laksankan?" Tanya Ayah Misscha pada Fathir. Fathir hanya mengangguk.

"Saya bersedia menjadi penghulunya" lanjut Ayah Misscha. Bersamaan dengan datangnya Misscha membawa beberapa gelas teh di atas nampan.

'what?? Bersedia jadi penghulunya? Jadi mereka kemari minta Abuya buat jadi penghulunya? Astaghfirullah. Kebangetan banget!' Rutuk Misscha dalam hati.

"Silahkan di minum.." Misscha meletakkan satu persatu gelas di meja.

"Jadi giman Cha? Kamu setuju kan dengan rencana Abuya?" Tanya ayahnya.

'abuya napa pake nanya sih? Ya jelas nggak setuju lah kalo nikahnya sama perempuan yang di sebelahnya' "eeemmm setuju, Abuya. Misscha setuju kok!" Jawab Misscha dengan senyum palsunya.

"Jadi kamu menerima dengan senang hati?" Tanya Ayahnya sekali lagi.

'heh lucu sekali Abuya, apa hubungannya denganku, hiks napa jadi nyeksek gini' "eh? Iya Abuya, Cha nerima kok. Cha ikhlas" ucapannya sekali lagi tidak sinkron dengan hatinya.

"Alhamdulillah..." ucap semua yang ada di ruang tamu selain Misscha tentunya.

"Baiklah, ijab qobul kita laksanakan ba'da isya" suara Ayah Misscha menginterupsi.
------

"Abuya jahat, nggak bisa ngerti anak!" Gerutu Misscha sambil membenamkan muka di bawah bantal. Ketukan halus dari balik pintu membuyarkan kekesalannya.

"Kenapa tuh muka di tekuk kayak gitu?" Ternyata Iha dan si baby Zayi. Missch langsung menyerobot mahluk lucu di gendongan Iha.

"Gue nggak tahu, rasanya sakit banget. Kayaknya gue nggak rela kalo Kak Fathir nikah sama orang lain" adunya pada Iha.

'lhah?! Buya bilang abis isya Cha nikah sama Fathir, lah kok dia ngiranya Fathir mau nikah sama orang lain?' Batin Iha bingung.

"Ceritain ke gue sebenernya gimana?!" Perintah Iha. Untung si Zayi anteng.

"Jadi gini sehabis pulang dari butik tadi...." cerita mengalir dari mulut Misscha. Setelah di analisa oleh Iha ternyata misscomunication telah terjadi. 'hahaha biarin aja deh, kerjain aja si Misscha mumpung besok wisuda' batin Iha sambil tertawa setan dalam hati.

"Udah sabar aja, mungkin belum jodoh loe. Salah loe sendiri sih napa dulu nggak loe terima lamarannya?" Jleb banget kan?!

"Iha, gue ada alasan sendiri..." suaranya melemah.

"Ya sudah, sini si Zayi gue mau ke depan dulu udah mau magrib nih" kata Iha sambil mengambil alih baby Zayi.
"Oh iya, abang mana?" Tanya Misscha.
"Masih ngobrol sama Fathir" jawab Iha.
"Berarti masih ada calonnya juga?" Suara Misscha kecewa.
"Iya lah, ijabnya kan di sini!" Jelas Iha, sengaja mengerjai adik iparnya yang sedang gundah gulana itu.

"Lhoh?..." belum sempat melanjutkan kalimatnya, Iha sudah menutup pintu kamar Misscha.

' ini Abuya sehat apa enggak sih?'
-----

Toktoktok. Ketukan tiga kali di pintu kamar Misscha mau tidak mau membuat dia bangun dari posisi PWnya. "Siapa coba, udah selesai kali ya ijabnya? hiks jadi menye menye gini" omelnya sambil bangun malas, memakai jilbab untuk membukakan pintu. Sejak tadi memang dia tidak keluar kamar dengan alasan sakit perut karena mens. Itu tidak sepenuhnya bohong.

"Assalamualaikum..." jeng jeng!! Setelah pintu di buka ternyata Fathir ada di sana.

"Lhoh, lhoh? Kakak kok kesini? Ngapain?" Tanya Misscha panik.

"Jawab salam dulu, Cha" kata Fathir santai.

"Eh iya waalaikum salam kak, ijabnya udah kak?" jawab Misscha tengsin. Salting. Gugup semua jadi satu.

"Alhamdulillah. Kamu di panggil ke ruang tamu sama yang lain" kata Fathir, Misscha mengangguk faham. Lalu berjalan di belakang Fathir.

Diruang tamu sudah ada keluarga Misscha, dan tiga orang tamu yang sejak tadi ada dirumahnya.

"Lhoh kok sepi? Mana keluarga pengantin perempuan? Udah pada pulang ya?" Sederet pertanyaan terucap dari mulut Misscha dan mengambil duduk di sebelah Umminya. Semua yang mendengar mengerutkan kening. Bingung. Kecuali Iha. Ya karena di sudah tahu semua kesalah pahaman ini.

"Keluarga pengantin perempuan gimana maksud kamu, Cha?" Tanya Umminya.

"Iya keluarga istrinya kak Fathir, mi" ISTRI? Berasa ada banyak jarum menusuk hati misscha. Katakan itu aneh. Tapi percayalah itu yang yang terasa saat ini.

"Lhoh lhoh? Kamu ini ngelindur atau gimana sih, Cha?..." Tanya Ayahnya heran. "... keluarga istrinya Fathir ya ini, Abuya, Ummi..." lanjut Ayahnya.

Hampir saja minuman yang di teguknya muncrat keluar dari mulutnya. Misscha cengo, bingung dengan kalimat ayahnya. 'ada apa dengan istriku itu?' Cie elahh si Fathir udah pake sebutan istriku segala. Ahai dee.
"Maksud Buya apa?" Tanyanya dengan hati hati.
"Sudah, sudah. Mungkin nanti Fathir bisa menjelaskannya. Sekarang kalian lebih baik shalat dua rakaat dulu" perintah iha menengahi sekaligus menggoda Misscha.

"Eh? Shalat? Cha, sedang khudur" ucap Misscha polos.

"Ya Jabarrr! Puasa dulu loe sob" ucap Aan kepada Fathir yang langsung mendapat tawaan dari semua. Bisa di pastikan warna wajahnya sekarang.

"Udah Aan kamu kebiasaan deh. Ummi sama Abi mau ke kamar dulu mau istirahat, mungkin orang tua Fathir juga sudah capek. Kalian berempat kalau masih mau ngobrol lanjutkan saja." kalimat Ummi menyimpan sejuta kode. Misscha sudah gelimpungan menahan detak jatungnya.

"Iya, besan, kita berdua istirahat dulu. Capek juga perjalanan jogja ke rembang" ucap orang tua Fathir setuju.

"Ogah ah, Buya. Aku masih ada kerjaan, jadi mending pulang aja" kata Aan.
'fix mereka sekongkol!! Ummi anakmu grogiii!!' Jerit Misscha dalam hati

-------

Assalamualaikum. Yey slesai juga aku ngetiknya. Hehe sempet bingung juga sih. Semoga saja masih nyambung. Terima kasih buat yg suda read, vote, andBuya komen. Thanks banget. Ga tau harus bilang gimana lagi. Big hug dari penulis abal abal hoho

©cho~

SCENARIO WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang