Penolakan. Ah bukan, kemarin hanya penundaan. Mungkin. Naluri lelaki, cinta di tolak dukun bertindak. Tapi slogan itu tidak berguna untuk Fathir. Bagi Fathir cinta di tolak tetap bertindak! Bukan bertindak dengan bunga, hadiah atau lagu lagu. Dia bukan ABG! Tapi dengan mendekatkan diri kepada Allah. Lebih rutin puasa, shalat malam, dan amalan amalan lain- yang dapat mendekatkan jodoh.
"Ini sudah tiga tahun, Cha. Dan lihat aku masih bisa bernafas..." kalimat itulah yng selalu muncul setiap pagi saat bangun tidur -tentunya dengan hitungan hari, bulan sampai tahun yang berbeda. "... tanpa kamu tentunya" lanjutanya masih bermonolog di dalam kamarnya.
Ah bukannya sebelumnya juga sama?
Dengan kamu tapi tanpa ridhoNya
Tanpa kamu tapi dengan ridhoNyaMana yang aku pilih?
Egoiskah jika aku ingin bersamamu dan dengan ridhoNya
Masih ada doa itu dalam setiap sujudku
Namun adakah aku?
"Masih kusut, seperti biasanya" ucap Rika, wanita paruh baya yang selalu menyapa Fathir setiap pagi saat dia tidur di rumah. Tentu saja ibunya siapa lagi?
"Ibu, Fathir sumringah kok" sambil menampilkan senyum palsu yang nggak banget.
"Sejak kamu sering tidur di rumah, ibu mulai curiga. Ada apa dengan apartemenmu?"
'Pertanyaan apa itu? Bukan bertanya tentang anaknya malah tentang apartemen' batin Fathir sedikit jengkel.
"Ibu bercanda, gitu aja alisnya langsung nyatu! Udah ajak ibu sama bapak ke rumah gadis itu" pintanya lembut.
"Nggak semudah itu ibu..." ada rasa takut semacam trauma. Laki laki macam apa kau, Fathir! "...Fathir takut dia sudah menikah" lanjutnya lemas.
"Kalau belum?"kali ini suara Ayah Fathir mendukung sang Ibu.
Fathir menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. "Baiklah, biar Fathir pikir pikir dulu"
"Lama, keburu nikah sama yang lain ntar!" Sambar sang ibu mengompori.
"Janji nggak bakalan lama, ibuuu" ucapnya kesal. Baiklah apa salahnya mencoba?--------
"Abang, anakmu lucu banget!" Pekik Misscha saat melihat bayi yang baru bisa bergumam nggak jelas di pangkuannya.
"Anak gue juga tuh!" Suara sang ibu bayi menginterupsi.
"Iya Nasiha Kumaira, kakak ipar tercintah" Misscha memutar bola matanya. Jengkel."Yang sopan sama istri Abang!" Perintah Aan sambil terkekeh.
"Jadi gini nih sekarang? Mainnya keroyokan, nggak asik..." gerutu Misscha. "Lagian loe udah cuti semenjak loe hamil, masih mau lanjutin lagi nggak tuh kuliahnya?"
"Makannya cepet cari pasangan biar ada yang belain, kaya gue di belain mulu sama suami tercintah" goda Iha sambil menarik turunkan alisnya melirik Aan. Yang di lirik hanya tersenyum bahagia. Ini yang keganjenan siap coba?
"Yee di tanya apa jawabnya apa! Lagian yang punya niat nikah muda itu gue kok elonya dulu yang nikah. Pake cuti kuliah segala lagi, gue sendirian tau dua tahun ini!" Keluh Misscha masih sambil menggoda keponakannya yang menggemaskan.
"Salah sendiri kan? Ambil hikmahnya aja kali Cha. Elo udah wisuda besok, udah ada gelar diploma. Nah gue? Gelar nyoya Farhan? Hahaha"
"Gelar sebagai ibu..." suaranya melemah. " ... oh iya besok ikut kan kalian sama Ummi sama Abi ke wisuda gue?" Tanya Misscha.
"InsyaAllah" jawab Aan tenang.
"Selalu gitu, kakak mah cari amannya doang" protes Misscha sambil memonyongkan bibirnya."Lha kan belum tau besok, ya insyaAllah, oh iya kamu mau ngajak si Zayi kemana?"
"Idih modus banget. Siapa yang mau ngajakin Zayi coba? Aku mau ngajak emaknya Zayi. Meni pedi bang. Sekalian cari kebaya buat besok. Jadi Abang selamat jagain Zayinya ya" ucap Misscha dengan penuh kemenangan.
-------
"Iha, liat deh temen gue soo sweet banget. Gue juga pengen! Tapi gue nggak mau ngedeketin zina" Rengek Misscha layaknya anak kecil minta balon saat melihat foto liburan teman bersama kekasihnya.
"Gue udah pernah. Yaudah sono cepetan nikah!" Jawab Iha asal masih fokus dengan jalanan di depannya. Sejak menikah dengan Aan dia di ajari naik mobil. Biar mandiri katanya. Tapi ujung ujungnya tetep aja di anter kalo kemana mana. Padahal kota Rembang tidak terlalu ramai dengan kendaraan.
"Mau nikah sama siapa coba?"
"Lha kemaren ada yang ngajak nikah nggak mau!"
"Ihaaaa, itu bukan kemarin, tapi udah tiga tahun lalu. Eh tahu tahu setengah tahun kemudian elo malah di lamar abang gue" cibir Misscha panjang lebar.
"Owh tiga tahun lalu, salah sendiri di tolak. Kalo sekarang di ajak nikah lagi mau nggak? Hahaha, jangan salahin gue. Salahin noh abang loe yang terpesona sama gue"
"Idih dulu yang terpesona duluan siapa?" Pertanyaan yang hanya di balas kekehan oleh Iha. 'di ajak nikah lagi? Apa kak Fathir masih sendiri?' Pikirannya menemui jalan buntu!
Mobil Iha terparkir di depan salah satu butik di Rembang. Mereka berdua masuk ke dalam butik. Memilih dan memilah kebaya yang di rasa cocok.
"Gue ini aja deh Cha" Akhirnya Iha memutuskan pilihannya pada kebaya bewarna toska dan memilih batik berwarna senada untuk Aan.
"Cocok buat loe. Yaudah gue yng ini aja warna saleem kalem kn kayak kepribadian gue" jelas Misscha dengan pedenya."Sini deh ikut gue. Kayaknya di fitting room ada kaca guede banget noh!" Dan berhasil membuat Iha jengkel.
"Cha" itu bukan suara Iha. Melainkan suara berat bariton milik seseorang. Misscha tercengang. Itu kak Fathir, tapi kok sama perempuan, siapa itu cantik. Terus... dia nggak mimisan. Ada rasa kecewa di hati Misscha. Canggung juga.
"Cha siapa tuh, loe di sapa" ucap iha mengagetkan. Seketika lamunannya buyar!
"Eh aneum iya Kak, gimana kabarnya?" Tanya Misscha basa basi."Baik, Cha"
"Oh kamu Misscha ya? Kenalkan saya Rika" tangan Rika pun di sambut oleh Misscha. Cantik. Berhijab. Cocok sama kak Fathir. Batin Misscha. Dia tidak tahu Fathir grogi setengah mati. "Saya Misscha. Senang bertemu dengan anda..." sapa Misscha menggunakan bahasa formal."... oh iya ngomong ngomong ada perlu apa Kakak ke Rembang?" Takut takut dia bertanya."Ini lho cari kebaya mau lamaran, ih si Fathir mah gitu orangnya lama" sahut Rika. 'idih yang di tanya siapa yang jawab siapa! Astaghfirullah"
Batin Misscha.
"Oh ya sudah kita duluan ya. Sudah selesai soalnya. Mari" pamit Misscha pada dua orang tersebut. Berlalu dan membayar semuanya di kasir."Tambah ganteng aja tuh. Pas nikahan gue sama Aan dia nggak dateng sih" cerocos Iha saat mereka sudah ada di dalam mobil. Sambil merilik Misscha. Yang dilirik diam saja, melamun.
'lamaran? Lamaran? Lamaran?' Batin dan otak Misscha sinkron dengan kata tersebut.
--------
Lohalohalo hehe lama ya maklum rada buntu hehehe. Makasih buat yang udah ngasih vote. Yang masukin kekamu daftar baca yang nge read juga. Makasih banyak dan maaf ga bisa mention kata makasih satu satu hehe. Big hug deh buat kalian.
©arlitachoirunisa
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENARIO WAKTU
RomanceDelapan belas tahun. Sebentar lagi akan lulus dari seragam putih abu abunya. Gadis modern akan tetapi mempunyai satu pemikiran primitif. Meskipun orang tuanya memaksa Dia lebih keras kepala. Orang tuanya memaksa dia untuk melanjutkan ke perguruan t...