🏘K10-4🏘

15.7K 2.8K 293
                                    

Hem rada sepi komenan, jadi males aku hem-hem.

——+——

Malam harinya di kost an, Rumi sedang duduk di depan kamar Jhoni, sebenarnya dia biasa duduk disitu bersama teman ghoibnya.

Biasanya mereka akan bercerita banyak hal, seperti kehidupan lalu mereka dan berbagai cerita lainnya.

Anggota kost sudah terbiasa dan tau kalau Rumi ini punya teman ghoib.

Jadi ya, tak apa juga. Selagi Rumi senang, mereka tak akan melarangnya.

"Jadi, semalam kan gue gak sengaja nyenggol gelas di kamar tuh cewek tai ayam kan, eh dia malah jejeritan gak jelas. Padahal cuma kesenggol doang." curhat sesosok cowok tampan yang tak lain ada roh.

"Eh iya loh, cewek itu juga rada aneh Rum." celetuk yang lainnya.

"Oh ya? Apaan?"

"Kayaknya dia pake susuk deh."

"Hahaha, ya kali astaga."

"Iiih, Rumi masa gak percaya sih."

"Percaya sama setan itu musryik."

"Tapi kan Adrian bukan setan iih, Adrian roh bukan setan..hiks..RUMI JAHAT!" sosok cowok tampan yang lumayan cantik bernama Adrian itu menghilang.

Rata-rata yang berteman sama Rumi itu Roh, yang tak tau kapan bisa kembali ke tubuh mereka.

Rumi menggeleng pelan, dia melanjutkan gosipnya bersama teman-teman ghoibnya itu.

Sementara anggota kostan minus Rafa, Fael, Jale dan Jake hanya menonton dari arah dapur terbuka.

"Gue iri sama temen ghoib Rumi." cetus Seron tiba-tiba.

Semua langsung menatap kearah Seron bertanya. "Iya, mereka enak tau malam-malam bisa ke kamar Rumi, lah kita enggak." cicitnya sedih.

"Istigfar Seron," tegur Mas Jepri.

"Astagfirullah.."

Mereka kembali fokus pada Rumi, betapa manis wajahnya saat tertawa dan tersenyum, ah..begini kah rasanya mencintai seseorang?

Tanpa melihat rupa, bagi mereka Rumi yang paling cantik.

"Haiii, kalian semua ada disini, nungguin Cica ya?"

Raut bahagia mereka langsung sirna, begitu Cica datang dengan suara yang diimut-imutkan itu. "Euw, tai ayam datang." sindir Evan langsung.

Cica merengut sebal, sebagian besar ogah melihat wajah Cica sementara yang lain terpaksa melihat. Sebagai kesopanan saja.

Dengan pedenya Cica hendak duduk di kursi milik Rumi, oh tidak bisa.

Devilo yang ada disebelah kursi Mbak Rumi tersayangnya itu, langsung mendorong tubuh Cica kasar.

Tak perduli apa itu kesopanan Devilo tak perduli.

Cica langsung jatuh. "Aduh..Ilo kok jahat sih sama Mbak.." ujarnya sedih.

Devilo geram. "Lo bukan mbak gue, jangan panggil gue Ilo karena itu cuma mbak Rumi aja yang boleh!" jeritnya kesal.

Cica berdiri dari tempatnya, memasang wajah-wajah sedih.

"Masa cuma Mbak Rumi doang, Mbak Cica gak boleh ya?" tanya nya lirih.

Evan, Brandon, Jerri dan Wahyu langsung merinding disko, sumpah serem banget dengerin dia melirih kek kuntilanak itu.

Rumi yang mendengar adanya keributan sontak berdiri, Jepri, Jhoni, Sam dan Davin langsung melebarkan senyum mereka.

Dari tadi mereka gak perduli adanya Cica, mereka tetap memandang Rumi penuh puja.

"Dek Rumiiii, udah selesai gosipnya?"

Rumi mengangguk, dia langsung duduk di kursi tempat dia biasa duduk. Devilo yang melihat mbak tersayangnya duduk langsunt dipeluknya.

"Ini mbak nya Ilo, lo bukan siapa-siapa." sinisnya tajam.

Cica menahan amarah yang siap dikeluarkan, tapi gabisa sekarang, harus tenang.

Dia kembali memasang wajah sedih.

"Mbak Rumi, Cica boleh kan sekali-kali duduk di kursi mbak." pintanya manja.

Rumi mendelik, apa-apaan nih tai ayam satu, gausah pura-pura manis deh. Kek sari gula, bikin tenggorokan gatel.

"Kan kamu punya kursi sendiri." jawab Rumi.

Cica menghentakan kakinya kesal.

"Aaaaa gamau mbak gamauuu, Cica maunya punya mbak!"

"HEH JELANGKUNG! GAUSAH SOK MANIS YA LO! GUE SAMBIT KERANJANG JUGA LO!" amuk Samudra tak tahan.

Cica meringsut takut mendengar teriakan Samudra. "Dih, menye banget kek tai lembu." cibir Jhoni.

"KENAPA SIH KALIAN JAHAT SAMA CICA! EMANG CICA SALAH APA!?" jeritnya kesal.

Semua langsung berdiri dengan tatapan tajam. "KARENA LO MENYE BANGET SIALAN!" bentak Wahyu emosi.

"TERUS KENAPA MBAK RUMI GAK KALIAN JAHATIN JUGA! DIA JAHAT! UDAH NAMPAR TEMEN AKU TADI SIANG!"

Hening, Cica terdiam karena kayaknya dia keceplosan. "T-teman aku cerita, katanya Mbak Rumi nampar dia padahal dia gak salah." cicit Cica langsung.

Mereka saling pandang, Rumi memberi kode pada mereka menggunakan gerakan bibir.

Nanti kumpul di kamar gue, ada yang mau dibicarain.

Mereka sontak mengangguk.

"Masuk kamar deh lo, jangan sampe gue sepak lo dari sini." usir Davin malas.

Cica menangis lagi, dia langsung lari ke kamar ala-ala india gitu.

Setelah dia masuk, Rumi langsung berkata.

"Rencana 1, besok laksanakan."

Awalnya mereka menolak, tapi karena ini perintah Ratu jadinya ya..mau gak mau mereka mengangguk.

©^^©

Spoiler.

"Hai Cica, kami minta maaf untuk yang semalam. Kami bakalan adil sama lo maupun Rumi."

"Iya Ci-mbak Cica, maafin Ilo."

"Nye, Cica sebenernya berpahala untuk dibunuh sih."

"Iihh..kok Evan gitu sih.."

"Baco—iya maafin gue."

Demi Rumi, ingat ini demi Rumi.

Bersambung😾

Kost 10 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang