SATU

937 75 9
                                    



ミ Hujan dan Luka ミ



"Pa, maafin Jaemin Pa"

"Enggak Pa, Jaemin enggak mau"

Mata Jaemin memejam kuat membuat kerutan dalam di dahinya, tangannya mencengkeram ujung selimut yang menutupi tubuhnya.

"Sayang, kenapa?"

Mata Jaemin terbuka pelan, melihat Jeno yang terbaring di sebelahnya tengah mengusap lengan atasnya.

"Mimpi buruk?"

Jaemin mengangguk membuat Jeno menghela nafas pelan, menarik tubuh Jaemin untuk Ia rengkuh.

"Mau minum?"

Gelengan kali ini Jeno dapat, Ia memilih mengusap punggung Jaemin, membuatnya lebih merapatkan tubuh.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, kicau burung beberapa kali sudah menyapa indra pendengaran milik Jeno. Namun Ia membiarkan Jaemin untuk memejam sedikit lebih lama lagi.

"Mau sarapan apa?" tanya Jaemin dengan suara serak khas bangun tidur.

"Apa aja aku makan"

Jaemin menarik diri, membuat rengkuhan tangan Jeno pada tubuhnya terlepas. Ia duduk dengan posisi bersila, menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Masaknya nggak usah yang ribet-ribet biar nggak kesiangan kerjanya" ucap Jeno, Ia masih berbaring mengusap punggung telanjang Jaemin.

Jaemin mengangguk, menyugar rambutnya kebelakang sembari mengerjap-ngerjapkan mata untuk mengumpulkan nyawanya.

"Morning kiss?" tawar Jeno.

Kekehan keluar dari bibir Jaemin, Ia menunduk untuk menyatukan dua belah bibir keduanya. Jeno langsung melumat pelan bibir bawah Jaemin membuat sang empu mundur melepas tautannya.

"Masih pagi udah pake nafsu" protes Jaemin.

"Morning sex?" tanya Jeno iseng membuat Jaemin berdecih dan malah beranjak dari ranjang membiarkan tubuh telanjangnya terekspos sempurna, meninggalkan selimut tebal berwarna abu-abunya bersama Jeno yang tengah tertawa.

"Mau bawa bekal nggak?" tanya Jaemin, memungut atasan piyama berukuran besar milik Jeno yang tergeletak di lantai dan mengenakannya.

"Mau, sama bawain buah potong sekalian"

Jaemin mengangguk, Ia membuka gorden putih yang menutupi jendela kaca apartemennya yang membuat matanya reflek menyipit menyesuaikan cahaya yang menusuk indra penglihatannya. Ia beranjak menuju dapur kecil yang tidak jauh dari ranjangnya, membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan mulai dari daging dan beberapa sayuran.

Tangan Jaemin dengan telaten mulai mengupas, memotong dan memasak. Menu hari ini cukup simple, Ia membuat daging lada hitam, merebus brokoli dan kentang.

Pelipis Jaemin dikecup tiba-tiba bersamaan tangan putih kekar dengan deretan vena menonjol melingkar pada perutnya. Jaemin berdeham, membiarkan Jeno beberapa kali mengecup tengkuknya, menghirup aroma vanila dari ceruk lehernya.

"Terusin sampe abis" omel Jaemin saat Jeno menghisap tulang selangkanya, membuat tanda kemerahan di sela tanda kemerahan sebelumnya.

"Aku mandi dulu" ucap Jeno singkat setelah mengecup pipi Jaemin, Ia berbalik berjalan kearah kamar mandi membuat Jaemin melihat kearahnya yang hanya memakai celana piyama dengan motif yang sama dengan atasan piyama yang Ia kenakan. 

Hujan dan Luka [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang