SEPULUH

463 52 10
                                    



ミ Hujan dan Luka ミ



Memiliki apartemen di lantai 8 sepertinya satu hal yang harus Jeno maupun Jaemin syukuri, jauh dari hingar bingar kendaraan salah satunya, karena Jeno dan Jaemin adalah tipe orang yang suka dengan suasana tenang.

Jam menunjukkan pukul 10 malam namun Jeno masih fokus pada tumpukan kertas di mejanya. Jeno bukan di kantor melainkan di dalam apartemen yang sudah Ia tinggali lebih dari setahun ini.

"Dilanjutin besok enggak bisa, Jen?" ucap Jaemin, menggeser satu cangkir kopi yang telah kosong dan digantikan dengan satu gelas jus mangga.

Jaemin mendengus, Jeno saat sudah fokus tidak mungkin bisa diganggu sedikitpun. Jaemin tidak kehabisan akal, Ia memilih menelusup di antara kedua tangan Jeno untuk duduk di pangkuan kekasihnya, membuat satu helaan nafas kasar menyapa indra pendengaran Jaemin.

"Aku masih kerja, Na" ucap Jeno, pandangannya melihat kearah Jaemin sekilas sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.

Merasa diacuhkan Jaemin memilih melingkarkan tangannya pada tubuh Jeno, menelusupkan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya.

Mata Jaemin memejam, Ia masih berusaha dan berharap Jeno menyudahi fokusnya pada pekerjaannya karena Demi Tuhan sudah seminggu lebih Jeno seperti ini. Hampir setiap hari Ia membawa berkas-berkasnya pulang, menyita waktu Jeno untuk beristirahat.

"Bukannya jam kerja kamu sampe jam 4 sore aja ya, Jen?" Jeno masih bergeming.

"Bukannya setelah itu harusnya di pake istirahat?"

"Na" ucap Jeno, menarik bahu Jaemin untuk mempertemukan mata keduanya.

"Aku gak mau bawa pulang kerjaan tapi seminggu ini kerjaanku lagi banyak banget, dan aku enggak mungkin lepas tanggung jawab, kan?"

"Okay" jawab Jaemin singkat, Ia menarik diri turun dari pangkuan Jeno.

"Lanjutin sampe pagi gapapa, kalo sakit kan ada aku. Gantian biar enggak kamu terus yang ngrawat orang sakit, biar abis ini ganti aku"

Jaemin beranjak, membawa cangkir kopi dan asbak yang telah penuh dengan puntung rokok meninggalkan Jeno yang diam membeku. Ia mengusak wajahnya kasar, memijit pelipisnya kuat.

Setelah meletakkan cangkir kopi di wastafel dan membuang isi asbak pada tempat sampah dapur Jaemin beranjak kearah kamar mandi, Ia menggosok gigi dan mencuci wajahnya sebelum pergi kearah tempat tidur meninggalkan Jeno yang masih diam di tempat duduknya.









------  ------

"Bekalnya jangan lupa dimakan"

Kalimat pertama yang Jaemin ucapkan pada hari ini, saat keduanya sampai pada area parkir cafe tempat Jaemin bekerja. Jaemin mengecup pipi Jeno sekilas sebelum turun dan beranjak menjauh meninggalkan Jeno yang masih diam dibalik kemudi.

Baik Jeno maupun Jaemin enggan berbicara sejak semalam, menikmati sarapan dengan keheningan di tengah-tengah mereka berdua.

Pukul 8 pagi Jeno sampai di kantornya, kembali duduk di kursi yang belum genap 24 jam Ia tinggalkan.

Tok.. tok..

"Masuk" ucap Jeno saat mendengar pintunya diketuk dari arah luar.

"Jen" sapa Mark, Ia langsung duduk di kursi depan meja kerja milik Jeno.

"Kenapa, Bang?"

Hujan dan Luka [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang