Jangan lupa vote dan tinggalin komentar ya~
HAPPY READING :Dミ Hujan dan Luka ミ
Suara dari layar televisi menemani Jeno yang tengah merengkuh tubuh Jaemin yang tengkurap diatasnya. Ia usap punggung Jaemin pelan, rambut basah Jaemin berada pada leher Jeno sedangkan kepalanya berada pada dada bidang miliknya.
Tangan Jeno merengkuh tubuh Jaemin semakin erat, Ia sedikit bergeser mencari posisi nyaman yang malah membuat Jaemin terusik, kepalanya yang awalnya menghadap kearah kiri sekarang berubah menghadap kearah kanan, berhadapan langsung dengan badan sofa.
"Makan dulu abis itu minum obat, ya?" ucap Jeno, kepalanya yang bersandar pada lengan sofa melihat kearah Jaemin yang tengah melamun.
"Sayang" Jeno mengusap pipi dingin Jaemin.
Tangannya terus mengusap punggung Jaemin, Ia tau Jaemin sedang marah sejak siang tadi. Membawanya ke dokter adalah hal yang paling Jaemin benci, namun di sisi lain Jeno tidak memiliki pilihan lagi.
Keduanya kini berada di rumah milik orang tua Jeno, berbaring pada sofa panjang di dalam kamar milik Jeno. Kamar dengan nuansa abu-abu hitam berukuran besar bahkan lebih besar dari apartemen milik Jaemin.
"Besok mau jalan-jalan?" bujuk Jeno tidak menyerah.
"Mau beli ice cream vanilla?"
Jaemin tetap bergeming, bahkan raut wajahnya sama sekali tidak berubah. Jeno mengecup puncak kepala Jaemin, mengusap lengan atasnya teratur.
"Mau grocery date?" tanya Jeno lagi.
"Beli apa?" jawab Jaemin pelan, membuat senyum Jeno mengembang.
"Kamu maunya beli apa?"
"Isi kulkas?"
"Mau?"
Jaemin mengangguk, tangannya menyentuh sofa di depannya, jari telunjuknya menggambar bentuk-bentuk abstrak.
"Mau beli apa lagi selain itu?" Jeno meraih tangan Jaemin yang menggambar abstrak di sofa untuk Ia genggam, mengusap punggung tangannya pelan.
Jaemin menggeleng, Jeno memiringkan tubuhnya membuat Jaemin jatuh disampingnya. Ia merapatkan tubuhnya pada Jaemin yang berada di bagian dalam, merengkuh pinggang Jaemin erat.
"Sepuluh menit lagi makan ya.."
Jaemin mengangguk, melingkarkan tangannya pada tubuh Jeno dan menelusupkan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya.
Jeno dan Jaemin duduk di kursi meja makan berukuran besar. Duduk bersebelahan dengan beberapa sayur dan lauk di depannya.
"Mami tidur?" tanya Jaemin, Ia menyuap nasinya ke dalam mulut.
"Enggak tau deh, mau ketemu Mami?" Jeno mengedarkan pandangannya. Rumah Jeno terbilang besar, jarak setiap ruangannya cukup jauh sehingga tak heran jika Papi, Mami dan Jeno hanya bertemu sesekali apalagi semenjak Jeno memilih tinggal menemani Jaemin di apartemen.
"Enggak, besok aja pas sarapan"
Jeno mengangguk, mengusap ujung bibir Jaemin dengan jarinya dan mengecapnya sendiri.
"Abisin"
"He'em"
Sementara Jaemin melanjutkan makannya, Jeno disampingnya tersenyum melihat mood kekasihnya yang sedikit membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan dan Luka [NOMIN]
FanfictionBagi sebagian besar orang hujan adalah suatu kebahagiaan, leburkan kerinduan atas penantian. Namun bagi Na Jaemin, hujan tidak lebih dari satu makna, yaitu luka. ❝Apa sih yang lo harapin dari gua? Gua gak lebih baik dari sampah, Jen!❞ ❝Lo berharga b...