ミ Hujan dan Luka ミ
Tangan Jaemin berada pada samping kepalanya, mencoba menutupi telinga kuat. Suara gedoran pintu dan hujan bersaut nyaring pada telinganya. Tangisnya masih terdengar pilu dengan tubuhnya yang semakin bergetar bersama dinginnya lantai.
Jaemin bangun dari posisinya, tangannya menopang tubuhnya pada dinding untuk membantunya berdiri. Kakinya berjalan dengan terseok, tangannya berkali-kali memukul dadanya yang terasa sakit luar biasa.
Lemari pakaian adalah tujuan Jaemin yang pertama, tangannya dengan gemetar membuka dan mengeluarkan seluruh isinya. Ingatan tentang bagaimana masa lalunya terus terputar dalam benaknya, bagaimana tangan Papanya melucuti semua pakaiannya, bagaimana suara yang tengah terus berteriak memanggilnya dari luar memerintah atas segala keinginannya.
"Papa tunggu dirumah! Kalau kamu gak pulang beneran Papa seret kamu, Na Jaemin!"
Tubuh Jaemin kembali jatuh, kepalanya menunduk dalam, air matanya terus jatuh membasahi pipinya. Tangannya mengepal kuat, kini yang Ia dengar hanya suara tangisnya dengan derasnya hujan yang menemani.
"Lo sampah Jaemin, lo gak lebih baik dari sampah!" racau Jaemin.
Tubuhnya merangkak kearah samping ranjang, tangannya dengan panik membuka pintu laci, jari-jarinya mengobrak-abrik isinya. Tangannya berganti menarik laci bagian bawah, menemukan kotak obat yang biasa Jeno gunakan untuk mengobati lukanya.
Jaemin mengeluarkan kotak obatnya dengan tergesa, membukanya, dan mengambil benda logam dengan gagang hitam dikedua sisinya. Tangannya yang bergetar menggenggam kuat benda itu bersamaan dengan tubuhnya yang kemudian jatuh bersandar pada kaki ranjang.
"Good job, Na Jaemin" Jaemin tersenyum dengan pipinya yang masih basah sempurna.
Matanya memejam, sudut bibirnya terangkat merasakan sayatan-sayatan yang terus Ia buat pada pergelangan tangannya yang perlahan melepas semua hal yang telah menghujam hatinya telak.
Ditempat lain Jeno tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Fikirannya langsung mengarah kepada Jaemin saat hujan datang, Ia tidak mengira hujan akan jatuh tiba-tiba mengingat sore tadi Ia rasa cuaca sedang baik-baik saja.
Setelah memarkirkan mobilnya pada bassement, Jeno berlari kearah lift dan langsung masuk saat pintu lift terbuka. Matanya membola, dadanya berdenyut nyeri saat melihat seorang laki-laki yang Ia tau betul siapa tengah keluar dari lift sebelahnya.
Tubuh Jeno mematung beberapa saat membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk hingga suara pintu lift terbuka membuyarkan lamunannya.
Jeno berlari kearah unit milik Jaemin, membuka pintu dengan kunci miliknya dan secara bersamaan Ia merasakan hujaman tepat pada jantungnya.
"Na!" Jeno duduk di depan Jaemin yang bersandar pada ranjang dan menunduk dalam.
"Sayang, buka mata kamu"
Jeno meraih dagu Jaemin dan mengangkat wajahnya untuk menatap kearahnya. Jaemin membuka matanya pelan bersamaan dengan satu senyum manis keluar dari bibirnya.
Jeno menarik tangan Jaemin, mengambil kapas yang berada di kotak obat samping Jaemin, mengusap darah Jaemin pelan.
"Kok udah pulang?" tanya Jaemin, melipat lututnya di depan dadanya sendiri, menumpu dagunya pada lutut.
"Diem dulu, Na" perintah Jeno.
Mendengar perintah Jeno membuat Jaemin hanya diam melihat kearah Jeno yang dengan telaten membersihkan luka Jaemin. Dahi Jeno berkerut merasakan nyeri melihat luka Jaemin di pergelangan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan dan Luka [NOMIN]
FanfictionBagi sebagian besar orang hujan adalah suatu kebahagiaan, leburkan kerinduan atas penantian. Namun bagi Na Jaemin, hujan tidak lebih dari satu makna, yaitu luka. ❝Apa sih yang lo harapin dari gua? Gua gak lebih baik dari sampah, Jen!❞ ❝Lo berharga b...