EMPAT

646 66 6
                                    



Hiii~ Jangan lupa vote sm tinggalin komentar ya..
Stay happy stay healthy kalian semua :D
Happy reading <3

ミ Hujan dan Luka ミ



Jeno menarik selimut menutupi tubuh telanjang Jaemin yang tengah tertidur, Ia beranjak dari ranjang melepas kondom yang sudah penuh dan mengikatnya kuat, melemparnya kearah tempat sampah yang berada di samping laci sebelum Ia memungut celana pendeknya di lantai dan memakainya.

Jeno masuk ke dalam kamar mandi, menumpu kedua tangannya pada wastafel, melihat cerminan wajahnya disana. Pandangannya turun kearah dada telanjangnya, pada bercak-bercak kemerahan yang Jaemin buat.

Tanpa sadar Ia menghela nafas kasar, memilih mencuci wajahnya sebelum kembali ke dalam kamar. Pandangannya melihat kearah Jaemin yang tengah memejam dengan bulu matanya yang lentik dan pipinya yang sedikit memerah membuat senyum mengembang dari bibir milik Jeno.

Jeno mengambil satu kotak rokok dari laci, menyalakannya dan memilih duduk di sofa panjang samping ranjang, apartemen milik Jaemin adalah apartemen studio berukuran kecil. Hanya satu kotak berisi ranjang dengan ukuran sedang, sofa panjang dengan televisi di depannya, dapur kecil dengan dua kursi makan dan kamar mandi.

Alasan utama Jaemin memilih membeli apartemen adalah karena Ia sudah tidak mau dirumah, Jaemin membeli apartemennya dengan menjual mobil pemberian Papanya saat Ia berada di semester 7 sebelum keduanya berpacaran.

Jeno dan Jaemin adalah teman dari SMA hingga di bangku perkuliahan namun hanya Jeno yang selesai hingga lulus sedangkan Jaemin berhenti di semester 7 dan Ia memilih bekerja, mulai dari toko bunga, toko roti hingga minimarket sebelum 4 bulan lalu Ia dikenalkan pada Mark yang sedang merintis cafe baru tempat Ia bekerja sekarang.

"Kenapa nggak tidur?" Jeno yang tengah melamun mengerjap, menoleh kearah Jaemin yang menatapnya.

"Abis cuci muka ngantuknya ilang"

"Are you okay?" Jaemin merubah posisinya menjadi duduk, Ia bergeser mendekat kearah sofa.

Jeno mengangguk, mematikan rokoknya pada asbak dan menepuk pahanya yang kemudian Jaemin mendudukkan dirinya disana dengan selimut yang melilit tubuh telanjangnya.

"Kenapa?" Jaemin melingkarkan tangannya pada leher Jeno, menumpukan kepalanya pada bahu milik kekasihnya.

"Gapapa"

"Gara-gara aku ya?"

Jeno tersenyum getir, ucapanJaemin benar namun dari pada Jeno menjawabnya dan membuat Jaemin merasa bersalah Ia memilih menggeleng.

"Sayang"

"Hmm?" deham Jaemin, Ia memejam di bahu Jeno.

"Kamu berhenti kerja aja ya.."

"Kenapa?" Jaemin menarik diri, melihat kearah Jeno.

"Aku gak tenang tiap kamu kerja, Na"

"Aku kerja buat aku sendiri, Jen. Aku perlu beli ini itu buat hidup"

"Aku tau, ada aku"

"Aku juga harus nabung buat gantiin mobil pemberian Papa yang aku jual buat beli apartemen"

"Iya tau, aku bisa kasih kamu uang"

"Jen? Seriously?"

Mata keduanya saling bertatap beberapa saat, Jeno mengangguk pelan membuat Jaemin turun dari pangkuan Jeno dan berjalan kearah ranjang.

Hujan dan Luka [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang