Setelah merasa semua siap dan tidak ada yang tertinggal, Joana keluar dari kamarnya untuk sarapan.
Di ruang makan terlihat Javier dan Saddam yang sedang mengisi perut dengan sarapan, sementara kembaran dari Javier itu tidak terlihat batang hidungnya.
"Pagi," sapa Joana dengan senyum manis.
"Pagi," balas Javier dan Saddam.
Joana menarik kursi di sebelah kiri Javier yang sedang memakan roti sambil memainkan ponsel. Dia mengambil selembar roti dan selai strawberry kesukaannya. Tangannya sibuk mengoles selai, sementara matanya sesekali melirik ke arah Javier. "Kalo kata mama, waktu makan itu berarti harus makan...."
Javier yang merasa tersindir oleh sang adik, menampilkan deretan giginya yang rapih. "Iyaa Adikku sayang, ini udah nggak." Lalu meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali melahap roti yang tersisa setengah.
"Bang Jeff mana?" tanya Joana di sela mengunyah roti.
Rasanya kalau babu satunya itu tidak tertangkap oleh pandangan, Joana menjadi gelisah.
Saddam menunjuk toilet dengan dagunya menjawab pertanyaan Joana.
"Sakit perut lagi?" yang dijawab anggukan kecil.
"Kebiasaan banget sih," ucap Joana dengan wajah kesal.
"Kayak gak tau si Jepri aja." Selesai Javier berucap, Jeffrey keluar dari toilet dengan wajah sumringah sambil menepuk pelan perutnya. "Gimana?"
"Kelar," jawab Jeffrey, menampilkan senyum lebar.
"Kebiasaan, pagi-pagi bukannya minum air malah neguk cola. Ya begitulah akibatnya," omel Joana dengan memberikan lirikan sinis.
Sementara Jeffrey membalas omelan si bungsu dengan senyum tanpa dosa.
Setelah menghabiskan selembar roti dan segelas susu, Joana mengambil jaketnya yang di gantung pada sandaran kursi lalu memakainya, sebelum menggendong tas di pundak. "Ayo kak Jav," kodenya.
Javier melirik sang kembaran. "Gak sama Jeff?" bingungnya.
"Nanti dia ngambek lagi sama Ann gara-gara fans nya." Dengan sengaja Joana menekankan kata fans.
Javier yang mengerti pun terkekeh pelan. "Ayok lah."
"Gak ada kelas pagi kan?" tanya Joana teringat jadwal padat seorang Javier Mahardhika.
Javier menatap arloji di pergelangan tangannya. "Masih ada waktu kok kalo gue anter lo," jelasnya.
Joana mengangguk kecil dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Sepeninggalan Javier dan Joana, Jeffrey mendengus kesal dan menghempaskan badannya sambil menyandar pada sandaran kursi.
"Kalo gitu gue juga cabut ya, bentar lagi kelas mulai." Saddam bangun dari duduknya setelah meneguk habis segelas susu coklat.
"Y," balas Jeffrey ngambek.
-----oOo-----
Setelah bel istirahat berbunyi, Joana dan Alvarez lekas turun ke lantai satu, karena di sana letak kantin berada.
Sesampainya di depan kantin, mereka berdua celingukan mencari meja yang kosong. Hampir semua meja sudah dipenuhi oleh para murid yang sedang mengisi perut sehabis belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar's Sibling
FanfictionMemiliki kakak kembar berparas tampan dan digandrungi kaum hawa sering membuat Joana elus dada dan merasa tertekan. Yang satu memiliki sifat posesif dan satunya lagi protektif, sangat cocok bukan? __________ "Kalo lo mau pacaran harus lapor ke gue...