VIII

46 8 1
                                    

Jika ditanya hari apa yang paling dibenci? Joana akan menjawab tidak ada. Namun setiap hari senin tiba, gadis itu selalu merasa lesu dan tidak bersemangat.

"Eeehh mau ke mana?"

Pergerakan tangan Joana terhenti saat ingin membuka pintu mobil, menatap Jeffrey dengan malas. "Menurut lo?"

"Sopan kah begitu??"

"Apalagi sih bang?!!" ucap Joana frustrasi.

Jeffrey menyodorkan punggung tangannya ke depan, membuat gadis itu menghembuskan nafas pelan.

"Bilang dong!" Lalu diciumnya punggung tangan Jeffrey.

Joana yang ingin membuka pintu mobil kembali mengurungkan niatnya karena Jeffrey kembali memanggilnya. Siapapun tolong tahan dirinya agar tidak melemparkan sepatu hitam ke wajah tampan sang kakak. "Apalagiii?!"

Kali ini Jeffrey menunjuk kedua pipinya dengan senyum manis.

Ekspresi Joana langsung datar, satu alisnya terangkat dan menatap Jeffrey kesal. "Kesurupan apa lo minta gue cium?!"

"Just come kiss me and bite me~"

"Ogah!" tolak Joana mentah-mentah.

"Ayolah, by. Apa mau gue aja yang nyium lo?" Jeffrey mendekatkan wajahnya dengan bibir yang dimajukan.

Sebelum itu terjadi, Joana lebih dulu mengecup kasar pipi Jeffrey lalu keluar dari dalam mobil.

"I hate you!" teriak Jeffrey dari dalam mobil dengan kaca jendela yang terbuka.

Joana mengacungkan jari tengahnya sebelum berlari masuk.

-----oOo-----

"Oper!"

"Kasih ke Diksi! Kasih ke Diksi!"

"Minggir woy!"

"Jangan ngerubung wehhh!"

"Air panas! Air panas!"

"BERISIK---GOLLL!"

"Mantap gol!"

Joana tertawa melihat aksi teman kelasnya yang tampak rusuh dan heboh saat tanding bola.

Sekarang sudah masuk jam pelajaran terakhir di hari senin yaitu olahraga, dengan materi bola besar, sepak bola.

Joana dan para siswi yang lain sedang menonton di pinggir lapangan setelah selesai bermain dan sekarang gantian waktunya para siswa yang bermain.

Pak Chandra, guru olahraganya pun juga ikut duduk menonton di sebelahnya. Bahkan Pak Chandra tak kalah heboh dengan temannya yang bermain. Guru dan murid yang sangat bersemangat.

Pluit dibunyikan, menandakan permainan telah usai dan waktunya mereka beristirahat sejenak. Pak Chandra menatap arloji di tangan kanannya. "Masih ada satu jam pelajaran, bapak lupa kalo ada urusan."

"Ini bapak tinggal gapapa ya? 10 menit mau bel nanti kalian ganti pakaian dan kembali ke kelas."

"Siap, Pak!"

Mahar's SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang