X

44 8 0
                                    

Joana terus menundukkan kepalanya, menatap lantai marmer dengan mata yang mulai berair.

"Apa?!" sentak Jeffrey meluapkan emosinya dengan menghempas kasar lengan Javier. "Lo kembaran gue kan? Berarti lo ngerti gimana perasaan gue daritadi yang kalut gara-gara nih bocah!" tunjuknya pada Joana.

Tersentak kecil karena bentakan Jeffrey, susah payah Joana menahan agar cairan bening yang ditahannya tidak jatuh.

"Maaf," ungkapnya merasa bersalah.

"Maaf? Lo gak tau seberapa khawatirnya gue karena lo belum pulang! Belum lagi di luar lagi hujan deras. Mikir Ann! Seenggaknya angkat panggilan gue! Kabarin keadaan lo! Sebenernya lo tuh anggap gue apa sih?!"

Melihat tubuh Joana yang bergetar, Javier pun dibuat geram dan langsung mengambil tindakan dengan menarik kuat bahu Jeffrey, membuat kembarannya itu mundur beberapa langkah.

"Cukup, Jeff! Lo udah keterlaluan," ucap Javier meluapkan emosi.

Jeffrey yang tak terima pun menatap Javier dengan tajam, kedua tangannya sampai terkepal kuat.

"Kontrol emosi lo! Gue tau lo khawatir, tapi gak gini caranya!" Javier menarik adik bungsunya itu ke dalam dekapannya. Tangis Joana pun sontak pecah setelah merasakan sentuhan Javier.

"Don't cry, honey," bisik Javier dengan mengeratkan dekapan.

Joana terus menumpahkan air matanya yang terus memaksa keluar, membuat baju Javier sampai basah dibuatnya. Bahunya sampai bergetar hebat diiringi sesegukan.

"Lihat akibat dari ulah kamu itu," ujar Saddam di belakang Jeffrey dengan nada dingin.

Air muka Jeffrey perlahan mulai melunak, seketika perasaan bersalah menyelimutinya setelah mendengar isak pilu Joana. Bodohnya dia yang tidak bisa mengontrol emosi, bahkan sampai membentak gadis kecil itu?

Beberapa saat kemudian, Joana menjauhkan tubuhnya dari Javier dan mengusap kasar pipinya. Kedua matanya tampak sembab dan memerah.

"Jangan nangis lagi, oke?" Javier tersenyum teduh seraya mengusap lembut pipi Joana dengan ibu jarinya. "Sekarang ganti baju gih, nanti Anna bisa sakit."

Joana pun mengangguk kecil dan lekas pergi naik ke lantai atas. Melewati Jeffrey yang tengah menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata.

Dirinya bingung, kenapa Javier dan Jeffrey memiliki sifat yang bertolak belakang walau mereka itu kembar. Berbeda dengan Javier, Jeffrey memiliki sifat yang tempramental. Dia sering marah-marah, suka bicara dengan intonasi tinggi, membentak, atau mogok bicara jika dalam mood buruk. Dibanding Jeffrey, Joana pribadi lebih menyukai sifat Javier dan kakak sepupunya---Saddam, karena pembawaannya yang tenang dan tidak tempramental.

"Puas?" tanya Javier sengit.

Jeffrey menunduk sambil menggeleng pelan, dengan wajah bersalah.

"Lampiasin aja emosi lo itu, buat sampai Anna benci sama lo kalo bisa." Setelah mengatakan itu, Jevier melangkah pergi diikuti oleh Saddam.

Jeffrey mengacak kasar rambutnya sebagai pelampiasan, lalu berteriak keras. "AKHHH!!"

"Bodoh banget lo, Jeff...." gumamnya frustrasi.

Mahar's SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang