"Mau pulang sekarang tah, Ann?" Alvarez mengangkat bibirnya. Matanya tak pernah lepas memperhatikan Joana, sedikit tak rela jika gadis itu pergi.
Joana balas mengangguk kecil sembari memakai jaketnya.
Beberapa menit yang lalu Jeffrey telah mengabari jika sudah sampai. Mau tidak mau, Joana pun harus bergegas. Teman-temannya juga sudah pulang satu jam yang lalu, tepatnya pukul 6 tadi. Sementara sekarang sudah pukul 7.20 pm.
"Bang Jeff gak bisa nung---"
Pintu ruang inap terbuka, menampilkan sosok wanita dengan wajah cantiknya membuat ucapan Alvarez terpotong.
"Eh, Bunda." Joana tersenyum dan lekas mencium punggung tangan Ibu dari Alvarez itu.
"Loh, Anna belum pulang?" heran Bunda, lalu menatap putra semata wayangnya yang menampilkan senyum manis. "Pasti ditahan sama si bayi dulu ya?" tebaknya.
Mata Alvarez mendelik, tertohok dengan kalimat sang Bunda. "Ih, Bunda! Mana ada Ares bayi! Lagipula Ares gak nahan Anna di sini."
"Ini buktinya, kamu pasti nahan Anna kan??" tuding Bunda sambil memicingkan mata.
Alvarez terlihat gelagapan, memikirkan jawaban yang tepat. "A-abangnya Anna masih di kampus, makanya dia tunggu di sini," ucapnya yang tak sepenuhnya salah.
"Halah kamu ini, bisa aja ngelesnya."
"Serius, Bun---" gara-gara bicara abangnya Joana, Alvarez teringat jika Jeffrey sedang menunggu gadis itu. "Oh ya, Ann, bang Jeff udah di depan kan??"
Joana menepuk keningnya pelan. "Oh iya! Anna lupa, kalo gitu Ann pulang dulu ya, Bun?" pamitnya.
"Eh, iya sayang." Tercengangnya Bunda.
"Cepet sembuh ya, Res!" seru Joana sebelum keluar.
"Makasih ya, Anna. Hati hati!" ujar Bunda yang dibalas anggukan kecil.
Sepeninggalan Joana dari ruang inapnya, ekspresi Alvarez berubah lesu.
Bunda yang melihat itu pun menggelengkan kepala. "Udah makan belum kamu, Res?" tanyanya membuat Alvarez menoleh.
"Hng?" kemudian mengangguk kecil, "Habis makan roti tadi sama Anna."
"Oalah." Bunda mengupas kulit jeruk, buah tangan dari teman-teman Alvarez. "Udah punya pacar dia?"
Kening Alvarez tampak mengerut, menatap bingung sang Ibu.
"Anna," kode sang Bunda sambil menyodorkan jeruk ke depan mulutnya.
Alvarez menerima suapan itu lalu mengunyahnya lambat. "Belum."
"Pepet dong," kata Bundanya dengan menaik turunkan alis.
Alvarez dibuat tertohok dengan usul sang Bunda. Tapi tunggu, apa Bundanya itu memberikan lampu hijau?
"Kenapa? Abangnya Anna galak ya?"
Lagi-lagi Alvarez dibuat tertohok. Kenapa Bundanya itu seperti cenayang? Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Y-ya gitu..."
Sang Bunda berdecak pelan. "Masa anak Bunda penakut sih? Kalo galak berarti luluhin dong hatinya."
"Iya deh, nanti Ares coba," ucap Alvarez kemudian.
-----oOo-----
"Lama banget?" tanya Jeffrey saat Joana baru masuk ke dalam mobil.
Gadis itu memutar bola mata malas. "Tadi nunggu Bundanya Ares."
"Oh ya?" Jeffrey mulai melajukan mobilnya di jalanan malam. "Gimana keadaan lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar's Sibling
FanfictionMemiliki kakak kembar berparas tampan dan digandrungi kaum hawa sering membuat Joana elus dada dan merasa tertekan. Yang satu memiliki sifat posesif dan satunya lagi protektif, sangat cocok bukan? __________ "Kalo lo mau pacaran harus lapor ke gue...