VI

45 7 0
                                    

Dengan langkah lambat, Joana memerintahkan kedua tungkai kecilnya untuk menuruni tangga agar sampai ke ruang nonton.

Kantung matanya terlihat jelas seperti panda, jalannya seperti zombie, belum lagi rambut panjangnya yang acak-acakan karena seharian berkencan dengan kasur kesayangan.

Biasanya orang akan menikmati hari minggu mereka dengan berjalan-jalan ke tempat hiburan atau sebagainya, tapi berbeda dengan Joana. Akibat kedatangan tamu, gadis itu hanya uring-uringan di kamar seharian sampai siang tiba. Jika bukan karena stok makanan yang dibelikan Jeffrey kemarin lusa habis, mungkin dia tidak akan keluar dari kamarnya dan lebih memilih mengunci diri di dalam.

Joana mendudukkan bokongnya di sebelah Saddam yang tengah menonton tv.

"Masih sakit gak perutnya?" tanya lelaki itu yang dibalas gelengan pelan.

Joana menaruh kepalanya di pundak lebar Saddam dan melingkarkan kedua tangannya di perut lelaki itu.

Jangan heran, ini adalah kebiasaan Joana yang sering dilakukan pada Saddam.

Tangan Saddam terangkat, mengelus lembut rambut Joana.

Joana mengedarkan pandangan, mendapati keadaan rumah yang tampak sepi dan seperti ada yang kurang. "Kak Jav mana kak?" tanyanya pada Saddam.

"Main sama temennya."

"Dari tadi??"

Saddam mengangguk kecil sambil menyingkirkan sebagian rambut Joana yang menutupi wajah gadis itu. "Kenapa?"

"Gak... papa sih. Kalo bang Jeff??"

Saddam menolehkan kepalanya ke belakang, menunjuk dapur dengan bibirnya yang dimajukan. "Lagi masak."

"Masak??" tanya Joana dengan mata berbinar.

"Iyaa."

"Uwuw," gumamnya kesenangan.

"Kenapa? Mau bantuin?" tanya Saddam membuat satu sudut bibir Joana tertarik ke atas.

Gadis itu menggeleng pelan. "Malaass. Yang ada nanti Anna malah dijadiin babu lagi sama ngab Jepri," jawabnya.

"Dasar, makannya mah nomor satu kamu itu," komentar Saddam sambil terkekeh.

Joana ikut terkekeh lalu menjulurkan lidah.

"JOANA MAHARDHIKAA!!" teriak Jeffrey menggelegar dari arah dapur.

Mendengar namanya yang dipanggil membuat Joana mendengus pelan. Lelaki itu pasti sedang cemburu karena melihatnya berduaan dengan Saddam.

Suka duka jadi Joana,

Dicemburuin ayang ❎

Dicemburuin abang ✅

Saddam yang melihat itu semakin tertawa, terlebih melihat ekspresi lesu dari adik sepupunya itu.

"JOAN---"

"IYA JEFFREY MAHARDHIKA! GAK USAH TERIAK-TERIAK JUGA GUE GAK BUDEG SOALNYA!" Sungguh tidak berkaca, padahal dirinya juga berteriak pada Jeffrey.

Mahar's SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang