"Akhirnya selesai juga cuci piringnya." Evelyn melihat ke arah meja makan dan tergoda untuk mengambil bakwan jagung. "Ambil satu deh, laper banget." Evelyn mengambil bakwan jagung itu dan memakannya. Ia menikmati bakwan jagung sambil duduk santai di ruang keluarga. Sembari mengunyah ia mengambil telepon genggamnya.
"Dah lama nih nggak buka Snapchat. Mendadak pingin banget cobain filter-filter lucu yang temen-temen pakai jadi photo profil."
Satu pesan dari Charles Davidson. Evelyn terdiam dan mengedipkan matanya beberapa kali. Hah beneran ini Charles? Evelyn menampar pipinya. "Ah sakit. Seriusan? Ngapain dia kirim pesan di Snapchat? Satu minggu lalu lagi, barusan dong?"
"Ini wajib banget aku screenshot dan aku kirim ke Alice."
Evelyn Holland took a screenshot! Muncullah notifikasi pada room chat Snapchat antara dirinya dan Charles.
"Eh, jangan bilang dia tahu lagi aku screenshot chat ini? Aduh gimana ya? Apa aku pura-pura chat aja ya?."Evelyn yang kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Berbekal nekat akhirnya ia memutuskan untuk memulai menyapa Charles.
"Loh kamu masih aktif pake Snapchat?" Tanya Evelyn membuka obrolan di platform lain.
"Eh Evelyn, iya nih kapanan iseng aja si aku on lagi. Kangen aja gitu sama lihat-lihat ada fitur apa sekarang." Jawab Charles beberapa menit kemudian. "Gimana nih kabarmu? Lagi sibuk apa?" Tanya Charles.
"Aku lagi bantu-bantu papa aja si, bantu di keuangan gitu sama lagi mau bikin studio desain. Semoga bisa terwujud."
"Asik dong, studio gimana tuh?"
"Semacam tempat untuk para desainer berkumpul, berdiskusi dan kerja bareng gitu."
"Oh.. Maaf ya aku orang awam nih, nggak tahu begituan. Semoga kesampaian ya!"
"Gimana kamu, masih asik main portafilter, tamper, sama steam wand?
"Ya masih gitu-gitu aja si. Di sini masih lockdown."
"Kalau lockdown kamu nggak kerja dong?" Evelyn penasaran.
"Ya gimana ya? Ya begitulah."
o0o
"Test... test... mic okay."
"One two three go!"
"Di awalan cerita. Tak ada perasaan. Di antara kita berdua. Tapi seiring waktu. Takdir kita bertemu. Mengikuti narasi hidup. Dan betapaaaaa... bahagiaaaaa... Ku melihatmu. Senyumanmu menemani hari-hariku. Tak 'kan samaaaaa... tanpamuuuuu.... Aku ingin terus bersamamu. Bila kau mau ku takkan kemana."
Suara merdu Cynthia memang tidak perlu diragukan lagi, semua genre lagu akan selalu berhasil dibawakannya, kalau kata Judika juri Indonesian Idol, semua genre bisa dilahap habis. Tidak salah, jika ia terpilih menjadi vokalis salah satu band di sekolah.
"Gila keren banget kamu Cyn!" Puji Charles sambil mengacungkan kedua jempol tangan nya dan menambah dua jempol dari kakinya.
"Siapa dulu dong?" Jawab Cynthia mode sombong.
"Istirahat dulu kali ya, laper banget aku." Nego Charles.
"Boleh deh"
"Iya setuju, cacing di perut dah berontak nih." Sahut Renold.
"Oke, boleh deh istirahat dulu." Jawab Cynthia terakhir.
Setelah kurang lebih 2 jam mereka terus berlatih tiada henti, akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti sejenak. Jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan cacing di perut mereka mulai aktif melakukan demo. Mereka berjalan bersama meninggalkan Studio Musik dan menuju ke Pujasera di dekat Studio Musik itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SATU DEKADE
RomanceIni adalah sebuah kisah nyata seorang gadis yang sedang mencari seorang pria yang mampu membuatnya berpaling seutuhnya. Seseorang yang sungguh mampu memantapkan hatinya untuk tak lagi melirik ke belakang dan terus menatap ke depan. Namun apalah daya...